Minggu, 22 Maret 2009

Cageur, Bageur, Bener, Pinter


Jum'at sore, saat tengah menulis catatan, tiba-tiba ingatan saya melayang kepada kakek saya almarhum. Saya ingat nasihat permanennya. Ya, permanen. Karena setiap kesempatan berkumpul bersama para cucu, nasihat itu tak pernah absen dari bibir sepuhnya. Sampai-sampai kami semua, para cucu beliau, telah sangat hafal bunyinya hingga ke urutannya yang memang tak boleh diubah, yaitu : cageur, bageur, bener, pinter plus ada 4 point lagi yaitu : sabar, tawekal, taliti, ati-ati. Semuanya dalam bahasa sunda.



Hanya empat point yang ingin saya bagi dengan anda, yakni 4 yang pertama dan menjadi judul tulisan berbagi kita kali ini.

Saya selalu merasa bahwa kata-kata atau kalimat atau frase dalam bahasa sunda, adalah bahasa kalbu, yang terkadang sulit dicari padanan kata yang tepat bila ditranslate ke dalam bahasa Indonesia. Maka saya tetap menggunakan bahasa yang digunakan kakek saya dalam membekali kami : Cageur. Bageur. Bener. Pinter.
Susunan kata itu tak sekalipun boleh dibolak-balik, sebab mereka sudah menjadi tatanan baku yang saling bertautan layaknya kakak beradik (kakak adik tak mungkin saling bertukar urutan bukan?) sehingga memberi ruh pada setiap perilaku pelakunya. Kakek saya, yang saya panggil Aki, tidak menyuruh cucunya agar pintar terlebih dahulu, melainkan Cageur. Sehat kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Beliau selalu mengingatkan kami agar selalu menomorsatukan kesehatan. Karena hanya dengan kesehatan maka semua aktivitas lain akan dapat dilakukan secara maksimal.

Cageur
Cageur dalam bahasa sunda dapat diartikan sebagai sehat, tidak gila, tidak stress, sehat jasmani dan sehat ruhani. Agar tidak gampang sakit : menjaga keteraturan makan dan minum, mengatur porsi istirahat, proporsional dalam melakukan berolahraga, menyediakan waktu ibadah dengan tumaninah. Begitulah gambaran umumnya.

Lebih khusus lagi, makanan dan minuman yang kita konsumsi selain memerhatikan 4 sehat 5 sempurna juga tidak mengabaikan halalan thoyyiban. Dalam artian, bukan hanya halal secara syari'at (QS. Al-Maidah ayat 3 dan ayat 90) yang secara tegas ditulis dalam Al-Qur'an :

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkem binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disebelih untuk berhala ...."

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi berhala, mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan ..."

melainkan pula halal secara hakikat yang diatas disebut dengan istilah thoyyiban. Maksudnya : makanan atau minuman yang dihalalkan secara syari'at dapat berubah status kehalalannya menjadi haram apabila didapat dengan cara-cara yang melanggar syari'at, seperti dengan cara mencuri, merampas, dan lain sebagainya.

Maka cageur yang diajarkan Aki mencakup keseluruhan pola hidup sehat yang merujuk pada ajaran Islam yang universal.
Bageur
Bageur dapat bermakna kata sifat maupun kata kerja. Saya menerima nasihat ini dengan pemahaman sederhana saja yaitu : jadilah orang baik dan berbuat baik setiap waktu, be a good person. Be a good person adalah sebuah aporisma. Bukankah aporisma itu bermakna kebergerakan diri tiada henti ? Yang akan menginspirasi siapapun yang mengamalkannya menjadi lebih baik dari hari ke hari. Sebuah pesan singkat yang kaya tafsir, bukan? Sebab mungkin anda akan memberikan tafsiran yang berbeda dengan pemahaman saya.

Bener
Kata ini bermakna "kebenaran" bukan "kejahatan" atau "kesalahan". Saya diingatkan terus untuk selalu berbuat benar dalam segala hal. Bertindak benar, berkata benar alias jujur dan tidak bohong, berjalan di jalur yang benar, berfikir benar, pokoknya segalanya harus benar. Darimana kebenaran itu datang ? Dari ajaran yang benar. Dan ajaran yang benar hanya satu : yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Itulah yang saya pahami. Semoga semakin hari, Allah terus memberi pemahaman yang benar pada saya, dan memberkahi sekecil apapun upaya saya dalam memahami kebenaranNya. Amiin.

Pinter
Proses pencarian ilmu agar seseorang menjadi pintar dimulai sejak kita dilahirkan, bahkan ada sebagian pendapat, sejak kita dalam rahim ibu, hingga liang lahat. Jadi, kepintaran itu setiap hari kita gali, kita cari agar kita temukan hikmahnya.

Lalu mengapa Aki menempatkan pinter ini di urutan 4 bukan pertama?

Teori urutan ini kemudian menginsyafkan saya akan satu hal, yakni : mengapa sekarang banyak orang pinter yang korupsi, orang pinter yang kemaruk, orang pinter yang memanfaatkan kekuasaan demi segelintir orang, orang pinter yang serakah, orang pinter yang gila hormat, orang pinter yang menindas, dlsb.

Mungkin kepintarannya tidak melalui ke 4 tahapan itu dengan benar ! Atau sudah melalui tahapan itu tetapi tiap tahapnya tidak lulus, tapi langsung loncat kelas hehe ... Jadinya ya begitulah ...Ngaduriksakeun !
Saya lega, sekarang banyak sekolah dasar atau ada homeschooling yang mengedepankan kematangan emosional, kejujuran, keluhuran moral dan ketinggian pemahaman spiritual dalam membekali anak-anak calon pemimpin bangsa ini, sehingga kelak tak akan ada lagi istilah pejabat korup atau orang pinter serakah.

Konsep Aki yang sederhana : Cageur Bageur Bener Pinter itu, sangat jitu buat membekali calon pemimpin, bukan ?

Bagaimana anda memahami konsep tersebut ? Mungkin anda lebih tepat dalam mengapresiasi dan mengamalkannya.

Yang tengah saya pikirkan saat ini adalah sudahkah saya secara tepat mengamalkan ajaran beliau? Semoga sekecil apapun usaha saya dalam menafsirkannya, Allah berkenan memberkahinya, dan semoga sekecil apapun nilainya, berkah itu sampai juga pada almarhum Aki.
Allahummagfirlahuu warhamhuu wa'afihii wa'fu'anhuu wa akrim nujuulahuu wawassi'madkholahuu ... Amiiin....


Kamis, 19 Maret 2009

Semua telah selesai dituliskan !
tak ada kebetulan setitikpun di dunia ini ...

Majelis Orang-orang Shalih ('Aidh al-Qarni)

puisi untuk anakku

Nak ...
kan kuraih bulan
untuk kuhidangkan di cawan dahagamu
akan kubungkus bintang
agar dapat kau terangi jiwamu
berbagi cahaya dengan duniamu

tak ada yang lelah kukejar
asal engkau temukan inginmu...

Berguru

semut itu mengajariku tentang
bagaimana ku harus berjalan
dalam garis kesetiaan
dan
kebersahajaan berbagi

Rabu, 18 Maret 2009

Kebersamaan di Pangandaran


Ya Allah, terima kasih ...
telah Kau himpun kami di bumiMu yang luas ini. Di tempat ini, di lautMu, di pantaiMu, di bawah matahari pantai Pangandaran dan diantara deburan ombak. Kami menghirup udara yang sama meski dalam rasa yang berbeda. Rasa yang membebaskan ...

Sesuai rencana, kami sekeluarga besar : anak cucu mantu dari Bapak dan Ibu berjumlah 16 orang (dengan dua orang balita lucu de Echa dan de Puput) berkesempatan berlibur selama tiga hari dua malam, bercengkrama dengan laut dan pasir pantai, aroma laut dan wisata air. Duhh, suasana kebersamaan ini ... sungguh tak terbeli dengan apapun. Kehangatan keluarga melebihi hangat matahari pagi yang kami tunggu-tunggu di Pantai Timur.
Subhanallah, memandang sun rise betapa indah, memandang kehangatan hati kami lebih-lebih lagi. Sayang, ada yang kurang, adik kami seorang (artinya jadi sekeluarga alias 4 jiwa) Aam, tak ikut serta.

Memuaskan dahaga kami akan keindahan yang tiada henti memanjakan mata dan telinga, setelah bersafari ke cagar alam, menyapa Batu Layar, Batu Buaya, Pohon Kalong dan Pasir Putih dengan berperahu, selanjutnya kami meluncur ke wisata petualangan di Green Canyon alias Cukang Taneuh, kurang lebih 20 km dari Pantai Pangandaran. Dengan bersampan kami menyusuri sungai yang, entah, ujungnya ada dimana. Di kiri kanan, pepohonan rimbun menyertai kami. Inilah rupanya yang membuat permukaan air tampak hijau. Semakin jauh kami bersampan, aroma laut perlahan berubah menjadi aroma gunung. Sungguh kontras! Perpaduan yang indah sekaligus mendebarkan. Air laut yang yang semula asin dan hangat berubah tawar dan dingin. Kami memandangi tebing-tebing tinggi yang tiba-tiba menyergap. Cadas batu dengan kucuran air menyiprati tubuh kecil manusia-manusia yang penasaran akan kebesaran alam. Melihat kiri kanan, tiada lain selain cadas basah. Begitu pula di atas, pandangan tak dapat menembus selain stalagtit yang mengucurkan air dingin.
Maka, bagaimana manusia bisa begitu sombong dan jumawa ? Sementara baru tiba disini saja, kita hanya dapat bergumam : Masya Allah ...! Betapa agung Engkau, betapa tak berdayanya kami.

Suasana berubah ramai ketika A Eri, Kang Agus, n'Nan, Binbin, dan Teh Iva memutuskan untuk menjawab tantangan Akang pemandu agar berenang hingga ke kelokan tebing. Dengan kedalaman lebih dari 5 meter dan suhu air yang dingin (terlebih lagi gak bisa berenang!) dengan menggunakan rompi pelampung mereka berpetualang... hehe... petualangan kecil-kecilan.
Sukses memang, menyisakan cerita menggelikan tentang kengerian yang sempat hinggap hingga acara "kabulusan" alias kedinginan. Haha ...

Itulah sepenggal cerita kita : Trip to Pangandaran.