Rabu, 28 Oktober 2009

Cageur, Bageur, Bener, Pinter


Jum'at sore, saat tengah menulis catatan, tiba-tiba ingatan saya melayang kepada kakek saya almarhum. Saya ingat nasihat permanennya. Ya, permanen. Karena setiap kesempatan berkumpul bersama para cucu, nasihat itu tak pernah absen dari bibir sepuhnya. Sampai-sampai kami semua, para cucu beliau, telah sangat hafal bunyinya hingga ke urutannya yang memang tak boleh diubah, yaitu : cageur, bageur, bener, pinter plus ada 4 point lagi yaitu : sabar, tawekal, taliti, ati-ati. Semuanya dalam bahasa sunda.

Hanya empat point yang ingin saya bagi dengan anda, yakni 4 yang pertama dan menjadi judul tulisan berbagi kita kali ini.


Saya selalu merasa bahwa kata-kata atau kalimat atau frase dalam bahasa sunda, adalah bahasa kalbu, yang terkadang sulit dicari padanan kata yang tepat bila ditranslate ke dalam bahasa Indonesia. Maka saya tetap menggunakan bahasa yang digunakan kakek saya dalam membekali kami : Cageur. Bageur. Bener. Pinter.

Susunan kata itu tak sekalipun boleh dibolak-balik, sebab mereka sudah menjadi tatanan baku yang saling bertautan layaknya kakak beradik (kakak adik tak mungkin saling bertukar urutan bukan?) sehingga memberi ruh pada setiap perilaku pelakunya. Kakek saya, yang saya panggil Aki, tidak menyuruh cucunya agar pintar terlebih dahulu, melainkan Cageur. Sehat kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Beliau selalu mengingatkan kami agar selalu menomorsatukan kesehatan. Karena hanya dengan kesehatan maka semua aktivitas lain akan dapat dilakukan secara maksimal.


Cageur

Cageur dalam bahasa sunda dapat diartikan sebagai sehat, tidak gila, tidak stress, sehat jasmani dan sehat ruhani. Agar tidak gampang sakit : menjaga keteraturan makan dan minum, mengatur porsi istirahat, proporsional dalam melakukan berolahraga, menyediakan waktu ibadah dengan tumaninah. Begitulah gambaran umumnya.

Lebih khusus lagi, makanan dan minuman yang kita konsumsi selain memerhatikan 4 sehat 5 sempurna juga tidak mengabaikan halalan thoyyiban. Dalam artian, bukan hanya halal secara syari'at (QS. Al-Maidah ayat 3 dan ayat 90) yang secara tegas ditulis dalam Al-Qur'an:


"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkem binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disebelih untuk berhala ...."

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi berhala, mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan ..."


melainkan pula halal secara hakikat yang diatas disebut dengan istilah thoyyiban. Maksudnya : makanan atau minuman yang dihalalkan secara syari'at dapat berubah status kehalalannya menjadi haram apabila didapat dengan cara-cara yang melanggar syari'at, seperti dengan cara mencuri, merampas, dan lain sebagainya.

Maka cageur yang diajarkan Aki mencakup keseluruhan pola hidup sehat yang merujuk pada ajaran Islam yang universal.


Bageur

Bageur dapat bermakna kata sifat maupun kata kerja. Saya menerima nasihat ini dengan pemahaman sederhana saja yaitu : jadilah orang baik dan berbuat baik setiap waktu, be a good person. Be a good person adalah sebuah aporisma. Bukankah aporisma itu bermakna kebergerakan diri tiada henti ? Yang akan menginspirasi siapapun yang mengamalkannya menjadi lebih baik dari hari ke hari. Sebuah pesan singkat yang kaya tafsir, bukan? Sebab mungkin anda akan memberikan tafsiran yang berbeda dengan pemahaman saya.


Bener

Kata ini bermakna "kebenaran" bukan "kejahatan" atau "kesalahan". Saya diingatkan terus untuk selalu berbuat benar dalam segala hal. Bertindak benar, berkata benar alias jujur dan tidak bohong, berjalan di jalur yang benar, berfikir benar, pokoknya segalanya harus benar. Darimana kebenaran itu datang ? Dari ajaran yang benar. Dan ajaran yang benar hanya satu : yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Itulah yang saya pahami. Semoga semakin hari, Allah terus memberi pemahaman yang benar pada saya, dan memberkahi sekecil apapun upaya saya dalam memahami kebenaranNya. Amiin.


Pinter

Proses pencarian ilmu agar seseorang menjadi pintar dimulai sejak kita dilahirkan, bahkan ada sebagian pendapat, sejak kita dalam rahim ibu, hingga liang lahat. Jadi, kepintaran itu setiap hari kita gali, kita cari agar kita temukan hikmahnya.

Lalu mengapa Aki menempatkan pinter ini di urutan 4 bukan pertama?


Teori urutan ini kemudian menginsyafkan saya akan satu hal, yakni : mengapa sekarang banyak orang pinter yang korupsi, orang pinter yang kemaruk, orang pinter yang memanfaatkan kekuasaan demi segelintir orang, orang pinter yang serakah, orang pinter yang gila hormat, orang pinter yang menindas, dlsb.

Mungkin kepintarannya tidak melalui ke 4 tahapan itu dengan benar Atau sudah melalui tahapan itu tetapi tiap tahapnya tidak lulus, tapi langsung loncat kelas hehe ...

Jadinya ya begitulah ... kalo kata orang sunda mah : Ngaduriksakeun!


Saya lega, sekarang banyak sekolah dasar atau ada homeschooling yang mengedepankan kematangan emosional, kejujuran, keluhuran moral dan ketinggian pemahaman spiritual dalam membekali anak-anak calon pemimpin bangsa ini, sehingga kelak tak akan ada lagi istilah pejabat korup atau orang pinter serakah.


Konsep Aki yang sederhana : Cageur Bageur Bener Pinter itu, sangat jitu buat membekali calon pemimpin, bukan ?

Bagaimana anda memahami konsep tersebut ? Mungkin anda lebih tepat dalam mengapresiasi dan mengamalkannya.


Yang tengah saya pikirkan saat ini adalah sudahkah saya secara tepat mengamalkan ajaran beliau? Semoga sekecil apapun usaha saya dalam menafsirkannya, Allah berkenan memberkahinya, dan semoga sekecil apapun nilainya, berkah itu sampai juga pada almarhum Aki.

Allahummagfirlahuu warhamhuu wa'afihii wa'fu'anhuu wa akrim nujuulahuu wawassi'madkholahuu ...

Amiiin....

Jumat, 23 Oktober 2009

Selamat Ulang Tahun, Nak ...


Hari ini empat belas tahun yang lalu
engkau hadir melengkapi peranku, nak sayang...
Ibu dekap engkau dalam pelukan doa dan cinta
tiada duka setelahnya
hanya tawa, ceria, canda dan bahagia
sebab engkau hadiah terindah yang Tuhan beri

Hari ini
ibu menyadari satu hal
engkau tak lagi mau ibu kecup
suaramu kian berat
kisahmu tak lagi semengalir dulu
Aaah ya ...
engkau bukan lagi anak manja yang kerap ibu hantar ke peraduan

Ibu menulis ini dengan sedikit titik air di sudut mata
bukan
bukan sedih kehilanganmu
sebab engkau tak kan pernah hilang dari ibu
sebagaimana engkau tak kan pernah menghilangkan keberadaan ibu

titik air ini ada mungkin karena ibu tahu
engkau tengah menjejak jalan baru
yang dulu ibu lesatkan dari peraduanmu
tak selamanya ibu dapat menyelami dasar samudra hatimu, nak
seperti hari-hari kemarin yang kita lewati dengan sedikit beradu kata
ibu mengerti
engkau tak lagi anak manja ibu yang dahulu

di jalan yang sekarang tengah kau titi
doa ibu tetap melingkupi aura tubuhmu
meski raga ibu tak sedang berada dekat denganmu
dalam tengadah malam-malam kulesatkan pinta pada Pemilik sejatimu
agar engkau tetap Dia himpunkan dalam kebaikan dan kemanfaatan

Nak sayang
Cintaku
Selamat ulangtahun ...

(Sobat blogger semua, anak sulungku sudah ABG mohon doa ya supaya saya dan ayahnya dapat mendampinginya dalam kebaikan di jalan-Nya. Amiiin ...)

Kamis, 22 Oktober 2009

Bertemu Sahabat Menemukan Nasihat


Hari itu Rabu 18 Pebruari, saat tangan menarikan gerakan di situs-situs perjalanan dunia maya, bertemulah saya dengan sahabat lama, yang Subhanallah, telah begitu tinggi menggapai keindahan "Hidup". Lewat catatan dan gambar ia kisahkan perjalanan ruhaninya menapaki terjalnya gunung pencarian jati diri.


Semula, hanya rindu yang tak terkira saat wajahnya terpampang jelas di hadapan saya. Saya merasa menemukan kembali teman yang hilang. Yang dulu sempat secara intens saling berkirim kabar via surat hingga berlembar-lembar, karena kami memang telah terpisah jarak cukup lama. Masa-masa SD dilalui bersama. Saat SMP dan SMA kami terpisah kota bahkan kemudian terpisah pulau. Tapi karena memiliki hobi sama dalam ‘bercerita’ maka kamipun tetap berhubungan hingga karena kesibukan masing-masing kami tak lagi saling berkirim kabar.


Sampai hari ini, lebih dari 20 tahun kami terpisah. Maka dapat dibayangkan betapa hati saya berbunga dapat ‘menemukannya’ kembali. Meski baru di negeri antah berantah saya sungguh bersyukur atas anugerah ini. Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah …


Di halaman jiwanya itu, sebuah blog inspiratif, ia berceritera banyak. Tentang dirinya, hatinya, keluarganya, puteranya yang ia sebut para panglimanya, kiprahnya di dunia pendidikan dan wirausaha, lingkar pergaulan yang memungkinkannya terus berkarya, keinginan-keinginannya untuk terus menemukan CintaNya, dan sekian lagi deretan kisah yang ia tulis dengan bahasa kalbu. Saya sungguh tenggelam hingga ke dasarnya.


Saya belum lagi bertemu dengannya secara nyata, tapi aroma sufistik telah memengaruhi jiwa saya. Pengalaman ini memberikan sesuatu bahwa nasihat dapat datang dalam bentuk yang tak berwujud. Ia sampai dengan diam-diam, tak bersuara, tapi memberi dampak demikian besar melebihi segunung kata-kata bersayap yang kerap saya dengar.


Ia, sahabat saya itu, telah menyentuh kesadaran saya melalui tulisan-tulisannya, melalui perjalanan hidupnya. Bahwa untuk bisa berbagi, kita tak perlu berbuih mulut, cukup mendekat ke dalam diri, melihat ke dasar hati, menerima penuh kesyukuran apapun yang Tuhan kirimkan, maka tangga pertama menuju Hidup dan Hikmah itu akan kita dapatkan dan mengkristal dalam kedirian kita, dan tanpa peringatan serta tanpa kita sadari jadilah kita “sebentuk kebaikan”.


Kini, saya tak hanya sekedar rindu untuk bertemu dengannya. Saya sangat sangat rindu untuk memeluk dan dipeluk oleh kesetiaan cinta sahabat saya itu padaNya. Agar kesetiaan itupun menulari saya untuk tetap memelukNya.


… Rita, saya rindu …

Rabu, 21 Oktober 2009

Posting lagiiii ...!!


Alhamdulillaah, Ya Allah ...

Total 18 hari saya tidak update. Kalau menurut istilah mbak reni "mati gaya". Terima kasih buat sobat blogger semua yang dengan setia berkunjung dan mendorong saya untuk kembali menulis. Bahagia rasanya mendapat perhatian dan motivasi. Kalian semua begitu berarti buat saya. Sungguh.

Bukannya tanpa alasan saya mati gaya, mati suri, atau apalah istilahnya.
Sejak hari pertama ngantor usai libur lebaran, saya dikejar target untuk melaksanakan kegiatan tahunan di Perpustakaan MTsN Garut, tempat saya bertugas. Sejatinya, perencanaan dan segala macam tetek bengek persiapan telah tertulis di kertas rencana sejak Ramadhan, namun tetap saja karena melibatkan banyak pihak, maka memerlukan perhatian yang fokus. Kegiatan berlangsung selama 2 minggu, maka saya putuskan untuk sejenak berhenti ngeblog. Paling hanya sekedar menengok, mampir ke blog sobat, atau refreshing 'muter-muter' keliling taman blogosphere. Itupun nyuri-nyuri waktu.

Inginnya, saat senja tiba di rumah, saya buka kompi (ini nama yang biasa disebut Fanda), tapi rupanya tugas rumah tangga tak bisa ditunda (asisten saya hanya datang 2 minggu sekali buat mencuci, menyetrika dan beres-beres). Kedua buah hati masih memerlukan kehadiran ibunya buat sekedar 'curhat' perjalanan kisah mereka hari ini. Biasanya semua itu baru usai saat anak bungsuku tidur dan dapur telah 'bening'. Tak sempat lagi saya sentuh "mainan" saya, karena mata dan tubuh meminta porsinya buat istirah. Maka .... selamat tidur sobat blogger. Begitulah...

Hari ini.
Saat menengok blog saya, ada mbak reni, ada bluethunderheart, Kang eNeS, mbak Tisti dan Kang JT menyuntikkan semangat itu. Ada Fanda yang terus berinovasi dan melahirkan Vixxio, ada Anita sobat baru, mbak Aisha, juga ada Bi Aam, dan banyak lagi.

Karena mereka sekarang saya : Posting laggiiii ...!!!
Alhamdulillah.

Jumat, 02 Oktober 2009

Bakar Jembatan


Sumber gambar : denisrahadian.wordpress.com

Jika sudah memulai sesuatu, padamkan semua kemungkinan untuk kembali.

Kalimat tercetak tebal di atas adalah hikmah yang dapat saya ambil dari kisah yang saya baca dari Buku "Half Full-Half Empty" tulisan Parlindungan Marpaung. Dan kisah itu akan saya bagi dengan anda.

Julius Caesar adalah komandan perang yang berhasil merebut Pantai Britania karena strateginya yang cukup unik.Dalam catatan sejarah tertulis bahwa ketika Caesar berhasil mendaratkan pasukannya pada tengah malam yang dingin, sang komandan berdiam diri sejenak, sementara pasukannya sibuk merapatkan dan menyembunyikan perahu-perahu yang sudah mereka tumpangi. Mereka berpikir, setelah pertempuran selesai akan kembali lagi ke kapal induk dengan menggunakan perahu tersebut. Namun, betapa kagetnya seluruh pasukan ketika sang komandan berteriak, "Bakar semua perahu yang sudah kamu daratkan!"

Sebagai pasukan yang taat kepada komandan, merekapun dengan ragu-ragu akhirnya membakar semua perahu sampai hangus. Semua pasukan bertempur habis-habisan, karena mereka berpikir tidak akan kembali lagi. Jadi harus menang, atau mau bertempur.

Memang, sahabat, perjalanan menuju sukses kerapkali diwarnai oleh kekhawatiran sehingga terkadang membuat kita cenderung untuk kembali, bahkan mundur dari pergumulan hidup yang selalu dilalui. Hal ini pula yang membuat orang mengalami stagnasi pertumbuhan dalam meraih keberhasilan hanya karena takut tidak berhasil atau takut ditolak orang lain.

John C. Maxwell pernah mengatakan : "Kekhawatiran akan menghambat tindakan, tiadanya tindakan menuntun pada tidak adanya pengalaman, tiadanya pengalaman menuntun kita pada ketidaktahuan, dan ketidaktahuan akan melahirkan kekhawatiran"
Jadi ketakutan, jika tidak disikapi dengan baik, justru akan melahirkan sejumlah kekhawatiran baru.

Maka sekali lagi, hikmah dari kisah tadi adalah : Jika sudah memulai sesuatu, padamkan semua kemungkinan untuk kembali. Beberapa 'daya tarik' yang mampu menarik kita untuk kembali adalah keterikatan pikiran dan nostalgia kesuksesan masa lalu. Hapuskan itu dari otak kita.

Peristiwa Jenderal Julius Caesar sekaligus mengingatkan pada sebuah ilustrasi tentang seseorang yang menyeberang jembatan gantung. Begitu sampai di seberang, ia lalu mengambil api dan membakar jembatan tersebut sehingga seklipun ia berhadapan dengan binatang terbuas atau apapun yang membahayakan, ia tak akan kembali melainkan terus menghadapinya. Kalaupun terlampau berat, paling mengubah rute perjalanan.

Mari kita "bakar jembatan" kita, yaitu segala sesuatu yang membuat kita kembali dan surut ke belakang. Yang penting bukan darimana kita memulai, melainkan dimana kita berakhir. Inilah yang menggambarkan diri kita sebenarnya.



Kamis, 01 Oktober 2009

Gempa Lagi ...


Dua kali bulan ini.
Ya, dua kali gempa di atas 7 SR. Awal September gempa mengguncang Jawa Barat bagian Selatan, dan di ujung September meluluhlantakkan Sumatra Barat.

Fenomena alam ini, meski telah diprediksi beberapa tahun lalu pasca Tsunami Aceh oleh para ahli, tetap mengagetkan dan meninggalkan duka. Sebagaimana yang telah diperhitungkan, lempeng tektonik IndiaAustralia dengan lempeng tektonik EropaAsia akan mengalami tumbukan/pergeseran usai tsunami Aceh di 26 Desember 2004 lalu. Pertemuan lempeng-lempeng tersebut memanjang dari Sumatra bagian utara hingga ke pulau Jawa, itu yang dulu sempat saya tahu dari informasi pasca tsunami. Tak sampai 5 tahun, beberapa kali gempa terjadi, di Nias, Yogya dan sekitarnya, Jawa Barat, dan sekarang kembali ke Sumatra, semuanya di sisi barat dan selatan Sunda Plate (bagian dari lempeng EropaAsia).

Sebagaimana makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang terus bergerak dan tumbuh secara alamiah, bumi inipun terus bergerak, yang dalam istilah lain kita sebut sunatullah. Hanya saja pergerakan bumi ini berdampak demikian besar bagi kehidupan manusia (mungkinkah pergerakan makhluk lain selain bumipun sebenarnya berdampak besar, namun manusia tak tahu atau tak merasakan karena ketidakmengertiannya ? Wallahu alam...)

Gempa-gempa ini semakin membuat kita sadar betapa kecil manusia. Betapa kuatnya alam, betapa kuatnya pemilik alam dan manusia. Betapa tak berdaya manusia. Apa lagi yang dapat manusia banggakan? Sedang pergeseran saja telah melantakkan sendi-sendi kehidupan, apatah lagi bila bumi berguncang?

Dalam situasi seperti ini : mari ulurkan tangan, saling menggenggam dan terbuka, untuk membantu meringankan beban saudara kita. Mari tengadahkan hati dalam doa agar mereka diberi kekuatan iman dalam menghadapi takdir-Nya. Dan mari tetap istiqomah dalam jalan-Nya, agar Ia tak pernah berpaling dari pinta kita. Sebab kepada siapa lagi kita berpegang selain pada tali-Nya, kepada siapa lagi kita mohon naungan selain pada naungan-Nya.