Selasa, 16 November 2010

Status Waspada, Terhadap Apa ....??


Miris, prihatin, sedih, nelangsa, segala rasa campur aduk melihat gambar hidup terpampang di televisi setiap hari, saat terjadi letusan Merapi, tsunami Mentawai, banjir Wasior, dan segala macam bentuk bencana yang tengah melanda negeri ini.

Kecemasan lantas meninggi saat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebukan bahwa ada 21 gunung berapi lagi di Indonesia yang dalam kondisi aktif. 18 gunung berstatus waspada, 2 gunung berstatus siaga, dan 1 gunung berstatus awas.

Menurut informasi yang saya baca disini, nama-nama gunung yang berstatus waspada antara lain : Gunung Kerinci di Jambi, Gunung Talang di Sumatra Barat, Gunung Anak Krakatau di Lampung, Gunung Papandayan di Jawa Barat, Gunung Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah, Gunung Rinjani dan Gunung Rokatenda di Flores, Gunung Bromo di Jawa Timur, Gunung Soputan di Minahasa, Gunung Dukuno di Halmahera, dan Gunung Gamalama di Ternate.

Sedang gunung yang berstatus siaga yaitu Gunung Karangetang di Sulawesi Utara dan Gunung Ibu di Halmahera Barat. Satu gunung berstatus awas tetap dipegang Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta.

Negeri ini memang 'kaya' akan gunung berapi. Dan kita sudah biasa hidup berdekatan dengannya, sejak lama sebelum kita lahir. Tapi saat ia (gunung berapi) itu dinyatakan aktif dan bergolak, tak urung kita dilanda kecemasan. Cemas, akan apa yang akan terjadi, mengingat demikian dahsyat akibat yang disebabkan oleh letusannya. Terlebih lagi bagi saudara kita yang hidup berdampingan dengan gunung-gunung yang disebutkan tadi. Setelah informasi itu tersebar, maka sedikit banyak, ada sebuah kekhawatiran yang melanda, meski kadarnya berbeda pada setiap orang.

Saya tinggal di Garut, berdekatan dengan Gunung Papandayan. Statusnya kini "Waspada". Meski faktanya status waspada Gunung Papandayan sejatinya telah terjadi sejak lama. Kenaikan dari 'aktif normal' menjadi 'waspada' pernah terjadi pada Kamis, 2 Agustus 2007. Sejak hari itu telah beberapa kali terjadi gempa, yakni 1 kali gempa tektonik jauh, 1 kali gempa vulkanik A, 2 kali gempa vulkanik B, dan 116 kali gempa tremor. Lama gempa antara 5,5 sampai 75 detik." Sumber : dari sini

Saya tak mengerti benar maknanya, yang saya tahu adalah Papandayan tengah bergolak meski belum sampai pada 'titik didihnya' hingga meletus. Dan kita perlu tetap waspada.

Semua orang khawatir, semua waspada.

Sejatinya, kewaspadaan tak hanya berlaku di saat situasi tak aman atau mengancam semata. Kewaspadaan perlu ditanam kuat dalam jiwa setiap saat. Terlebih saat ini. Saat ancaman melanda dari setiap sisi, setiap tempat, setiap ruang, setiap waktu. Bukan sekedar ancaman gempa akibat letusan gunung, melainkan ancaman yang lebih dahsyat dari itu. Ancaman yang menggempur tak kenal ampun, justru melalui jalan yang tak kasat mata.

Terkadang tak terindera.

Ancaman yang tampil dengan busana berkesan, tak nampak mengancam. Seperti ancaman yang tumbuh dari diri sendiri, malas, sombong, dengki, hasud, khianat, alpa berbagi, merasa telah cukup beribadah, duka berkepanjangan, kufur nikmat (tak mampu bersyukur) dan companyonnya. Ancaman yang datang dari orang-orang tercinta, seperti cinta kasih yang berlebihan, rengekan untuk permintaan yang tak pantas, lalu kita 'iya'kan, dan sebagainya.

Atau ancaman dari luar. Adat dan norma lingkungan yang mulai pudar, membuat batas antara yang hak dan batil menjadi buram. Sulitnya memisahkan hitam dan putih dewasa ini. Makin tipisnya urat malu, hingga sering kita melihat manusia berpakaian tetapi 'telanjang', atau setiap orang bicara kebenaran menurut versi mereka sendiri,
pembiaran kebodohan dan kemunkaran terjadi di sekitar kita padahal kita mampu meniadakannya.

Apalagi yang patut diberi status Waspada dan Siaga, selain hilangnya ciri-ciri kemanusiaan kita?

Saya tak bermaksud untuk tak peduli terhadap pencegahan bencana dan mengacuhkan status waspada sebuah gunung. Akan tetapi, selain ancaman besar yang tengah kita hadapi dan perlu kita waspadai, kita harus pula mewaspadai ancaman yang lebih besar lagi. Ancaman bagi eksistensi ruh kemanusiaan.

Gunung itu telah meletus, laut itu telah meluap, banjir itu telah melanda, jangan biarkan hati kita ikut tercerabut. Jangan biarkan iman kita terbawa hanyut. Waspadalah! Ancaman lebih dahsyat tengah mengintai kita, dan kita tak menyadarinya.

Mari kita kembali ke kebeningan ...

15 komentar:

  1. alhamdulillah berhasil ya...
    tapi kalo merubah tampilan, aku gak bisa Mbak. memang kalo yang dari MP3.codes itu melebar dan agak besar gitu. tapi kalo yang dari full music itu bentuknya kecil kayak yang ada di blogku.

    gimana kalo coba diletakkan di bawah aja??
    bukan di samping seperti ini.

    BalasHapus
  2. Wah, bagus! Maha Suci Allah
    Semoga...

    BalasHapus
  3. moga segera selesai ya dan tak ada bencana lagi.

    BalasHapus
  4. Kita mulai harus lebih waspada mulai sekarang... agar kita mampu menjaga eksistensi ruh kemanusiaan kita.

    BalasHapus
  5. Tulisan yang luar biasa, khas Mbak Annie..
    Salut mbak. Bagus sekali tulisannya.

    BalasHapus
  6. salam sobat
    tetap waspada ya,walaupun masih khawatir.
    alhamdulillah wedus gembel berakhir.
    semoga ada hikmahnya dibalik bencana tersebut.

    BalasHapus
  7. benar mbak... mari kita kembali kepada keheningan untuk meneliti hati... apakah kita semakin berkenan kepadaNya atau malah apa yang kita lakukan selama ini semakin jauh dari tuntunanNya... salam kasih selalu...

    BalasHapus
  8. @ Baby Dija : aiih, ade kecil mampir disini. Sip lah! Tolong bilang ke tante Elsa, makasih atas bantuannya, ya.

    @ LFH : trims sudah mampir
    @ sang cerpenis : aamiin
    @ catatan kecilku : benar, mbak reni
    @ the other : terima kasih banyak, mbak
    @ Nura : selalu ada hikmah di balik bencana
    @ Mas Goen : semoga kita makin dekat padaNya. aamiin, terima kasih, Mas

    BalasHapus
  9. Semoga gungung papandayan ngga meletus....amin...
    sudah cukup miris saya ngeliat merapi.....

    BalasHapus
  10. Tulisan ini benar-benar membuatku tarik nafas berulang ulang,merinding entah apa yang ku rasa.

    Btw,status waspada ini harus di barengi dengan memulai pindah dari sekitar gunung2 yng bersetatus tersebut,sist.Plz...pindah deh sist..berusaha cari tempat yang sekiranya aman.Kita memang tidak tahu kapan ajal tiba,tapi setidaknya kita telah berusaha kan?Semoga Allah selalu melindungi kalian semua yang di sana..amin.

    BalasHapus
  11. alhamdulillah sekarang udah ga meletus lagi
    meski begitu harus tetep waspada.

    BalasHapus
  12. semoga cepat kembali aman dan normal ya mbak...
    kami turut mendoakan:D

    BalasHapus
  13. semoga nggak ada lagi bencana yah.. saya takut sekalii, apalagi mengingat tsunami aceh dulu

    BalasHapus
  14. Hi Mba Ani, salam kenal. Thanks dah mampir ke blog keluargazulfadhli yah :-)

    Semoga ga ada lagi bencana di negeri tercinta. Dan semoga dengan adanya sentilan dari Tuhan kita menjadi lebih 'sadar' dan 'mawas diri'.

    NB: Tiba2 gw jadi kangen dodol neh setelah mamapir kesini hehehe

    BalasHapus
  15. mbak, ada award buat mbak..kalau berkenan silahkan diambil yah...:D

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...