Minggu, 11 November 2012

saat engkau berkata : tunggu aku

tiba-tiba kusadari hari telah menua, dan aku masih duduk di bangku ini
sebuah taman kota berpohon beringin entah berapa tahun usianya
entah berapa lembar daun yang dimuntahkannya
berapa musim menggugurkan rindu
atau tak terhitung angin menerbangkan rencana
duduk disini aku
masih di bangku yang sama
saat engkau berkata : tunggu aku 

dan engkau tak jua menepi



Sabtu, 10 November 2012

sebab engkaulah pahlawan kami

hari ini 10 Nopember, hari dimana negeri ini mengenang hari pahlawan
sejatinya engkau tengah berhimpun dalam tasyakur ngunduh mantu si bungsu
bertemu teman lawas sesama pejuang angkatan 66
dimana biasanya momentum pernikahan adalah saat reuni
tentang pergolakan yang masih atas nama rakyat
tentang masyarakat yang bahu-membahu menyokong aksi mahasiswa
tentang idealisme yang merontokkan muslihat di gedung parlemen
tentang apa saja yang menumbuhkan kemudaan

hari ini 10 Nopember, dimana pegawai berseragam batik biru
sejatinya engkau bersama kami
menerima salam selamat dan suka cita
telah mengantarkan si bungsu dalam pelaminan yang barokah
bercerita kiprah pengantin dalam melanjutkan spirit kebangsaan
betapa ia, sang pengantin, adalah representasi engkau
dalam semangat global dan mendunia
hingga mengantarkannya tiba di meja Obama

hari ini 10 Nopember, dimana banyak orang menerjemahkan arti pahlawan
engkau terbaring lemah di rumah sakit
sementara istri tak mungkin meninggalkan besan dan tetamu
dalam sedan yang tersimpan
kami disini berhimpun dalam syukur sekaligus debur
bagai ombak yang riuh di luar namun sepi di dalam
kami sunyi tanpamu

hari ini 10 Nopember
mengingatkan kami satu hal
betapa suaramu, meski lemah, adalah kekuatan tak terperi
betapa dirimu, semangat yang membakar pori-pori

hari ini 10 Nopember
kami tahu
engkaulah pahlawan kami

(*dedicated to Bpk. Giom Suwarsono,
lekaslah sembuh