Rabu, 29 April 2009

Konsumsi UN Special dari Bu Midah

Hari ke tiga UN di sekolahku.

Usai membuat administrasi buat Pengawas Ruang dan unak-anik penyelenggaraan UN lainnya, langsung go to ruang konsumsi. Laperrr!!

eh salah... kata Pak Pian gak boleh tuh bilang "lapar", sebab kata itu hanya pas untuk orang yang sudah tiga hari gak ketemu nasi. So, kubilang saja perutku minta diisi hehe ...

Ada Bu Midah disana. Siap dengan dus putih cantik. Alamak ... ada so-un goreng kecap campur ayam didalamnya.

Alhamdulillah ... perutku tak lagi nendang-nendang.

Bicara soal makanan. Kemarin Bu Midah bikin eclair special untukku ! Duh ... makasih banget ya, Bu. Ibu baik sekali.

Konsumsi UN kali ini memang dibuat oleh orang yang suka masak, jadi aku bisa pesen makanan fav-ku. Asyiik ...

Udah, ah. Ada yang mau ? Eclair buatan Bu Midah ditanggung gak mengecewakan !!

Rabu, 22 April 2009

terima kasih




terima kasih
telah menghadiahiku tawa
dalam abu-abunya senyumanku
yang karenamu menjadi pelangi
menyemarakkan waktu
dalam pusaran perjalanan hati
menuju kesempurnaan fana


terima kasih
telah bersedia berbagi tangis
dalam cucuran ketakteraturan
yang kuciptakan dalam hari-hari risau
oleh galau yang terjadi
di arus belajarku yang tak pernah usai
karena kebebalanku
memaknai jejak


sekali lagi, terima kasih
telah bersedia menjadikanku ibu
karena sebenarnya
engkau telah banyak mengajariku
bagaimana ku harus berbuat
sebagai seorang ibu bagi kehidupan


27 des 2008


Kisah Nasruddin Hoja



Khazanah kisah Nasruddin Hoja tentu sudah banyak orang yang tahu. Di dalamnya mencakup beragam topik, penguasa zalim, hakim, koruptor, ulama, cendekiawan, ketamakan, kekikiran, sampai dirinya sendiri menjadi bahan humor. 

Kisah-kisah Nasruddin selain mengandung kritik dan sindiran, juga sarat dengan pesan moral dan agama. Meski disampaikan dalam bentuk humor, kisah Nasruddin ini cukup dapat menyentil kesadaran seseorang. Contohnya, kisah ini :

"Wahai Mullah," teriak seorang bangsawan sombong ketika berjalan mendahului Nasruddin. "Arah mana yang menuju ibu kota?"

"Bagaimana engkau tahu kalau aku Mullah?"

Orang yang hanya kebetulan menggunakan kata "Mullah" itu ingin menunjukkan apa yang sesungguhnya tidak ia miliki, berkata dengan sombong : "Aku bisa membaca pikiran orang."

"Bagus," kata Nasruddin, "sekarang, baca saja arah yang menuju ibu kota dalam pikiranku."

Sabtu, 18 April 2009

Gara-gara Kora-kora

Ceu Lina o-o.
Kisah yang tercecer di ujung petualangan Dunia Fantasi adalah o-o nya Ceu Lina di wahana Kora-kora.

Ceritanya, kita ber 2 mobil (berapa orang tuh kira-kira ?) nyolong waktu main ke ibukota. Urang Garut saba Jakarta ... Maunya sih semua dinaiki, apa daya "sang perut" berkolaborasi dengan kepala untuk berteriak TIDAAAKK!! haha ...

Saat antrian panjang di Kora-kora, Bu Iput batal naik, teringat pengalamannya dahulu kala di wahana itu (nightmare!). Aku ? Jangan tanya, sejak awal aku sudah sadar diri untuk tidak mendekat. Ningal we ti katebihan ... Kasiaaan deh aku!

Ceu Lina ? Meski lambungnya baru saja merasa tak nyaman sisa perjalanan jauh dan telat sarapan. Dengan gagahnya bilang : "Hoyong naek deui ah, da dulu juga kuat." Oke Ceu, Tarik!

Bersama para gadis, Ayoe, Santi dan Neng Ucu, beliaupun menyatu dalam sebuah perahu fantasi bertajuk "Kora-kora".

Hasilnya ?
Pucat pasi.
......... Keluarin aja, Bu, biar plong......
Baik benar si mbak penunggu wahana ini. Maka bergabunglah Ceu Lina bersama kurang lebih 10 orang korban.

Kisah itu ternyata yang paling seru, saat kami berbagi di perjalanan pulang. Tawa tak habis-habis!
Nightmare, kata Santi.
Asa ditalkinan, kata Ayoe da di sebelahnya ada ibu-ibu yang terus bertakbir perlahan.
Gustiii, tulungan abdi, kata Ceu Lina.
Ihh, kumaha ieu teh ?
Tak kan terlupakan sampai jadi nenek-nenek, kata Cici (pipilueun tah)
Thank's God, diantara kengerian ternyata terselip kebahagiaan.

Rabu, 15 April 2009

Dzikrullah Bersama Langit


Waktu itu masih di tahun 70-an awal. Setiap senja kami berkumpul di “tepas” rumah, duduk di atas bale-bale bambu sambil memandangi langit. Selalu ada yang baru di atas sana. Kemarin awan besar menyerupai beruang mengangkangi angkasa, sekarang selaput tipis beriring seperti buih di laut. Dulu ia sempat melebur warna jingga dan membuatku melompat-lompat kegirangan, kini ia mewujud gumpalan lembut berarak ditiup angin sore. Lalu aku hanyut dalam enigma waktu tanpa ruang. Meninggalkan diriku yang bergeming dalam angan masa kecil.

Selalu begitu.
Ada keterkesimaan yang merambat diantara fantasi dan sufistik, saat langit, awan, bintang, bulan, matahari, angkasa, malam, siang, berpadu dengan lanskap alam menyergap titik terdasar benakku.

Seiring usia yang terus mengejar, fantasi itu melebur dalam keterjagaan.
Bersama langit tumbuh keinsyafan, Tuhan tengah melukis hati para pencari. Disana berjuta ayat-ayat Kauniyah terbentang senyata-nyatanya.

“Robbanaa maa khalaqta haadzaa bathilaa”
“Ya Tuhan kami, tidaklah semua ini Engkau ciptakan dengan sia-sia.”


diunggah dari dbaonk.files.wordpress.com
hasil bidikan annie

diunggah dari apod.nasa.gov


Bagaimana manusia bisa begitu sombong berjalan di muka bumi ?

“Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit ibarat atap.
Allah menurunkan hujan dari langit. Dengan air hujan itu tumbuh
dan keluarlah buah-buahan rezeki untukmu.
Janganlah kamu adakan bandingan (sekutu) Allah swt dengan yang lain.
Padahal kamu mengetahui.”
QS. Al-Baqarah 22

“Dialah yang telah menjadikan semua yang di muka bumi ini untuk kamu.
Kemudian Dia sengaja menjadikan kejadian angkasa,
lantas diciptakanNya tujuh lapis.
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”
QS. Al-Baqarah 29

Tak perlu lagi kata-kata.
Langit telah membungkam sejuta aksara.
Selain kekhusyuan Asmaul Husna.

Selasa, 14 April 2009


Sahabat Ali bin Abu Thalib karamallhu wajhah meriwayatkan bahwa Rasulullah swt bersabda :

"Ketika orang-orang membenci orang miskin,

mendirikan bangunan tinggi di dunia

dan saling berlomba mengumpulkan kekayaan dengan rakus,

maka Allah swt akan menurunkan kepada mereka empat jenis siksaan di dunia ini,

yaitu musim paceklik panjang (kelaparan),

kezaliman para penguasa,

pengkhianatan para pemegang hukum dan

penganiayaan para musuh."


Apabila seseorang mengerjakan amal kebajikan
dan menjaga hatinya dari pikiran jahat terus-menerus dalam waktu panjang,
maka ia menjadi terbiasa dengannya.
Lalu amal kebajikan itu menjadi kebiasaan
dan perbuatan itu menjadi hal-hal penting di akhir hidupnya.
Imam Al-Ghazali di Ihya 'Ulumuddin

Jumat, 10 April 2009

Diajar Nyerat

Kakek saya, Endus Supena, selama hampir 60 tahun tak pernah absen menulis catatan harian, bahkan pada saat yang terbadai (meminjam istilah Abdurrahman Faiz, penulis cilik putera penulis Helvy Tiana Rosa).
Beliau menulis secara rutin, tak terjeda, sejak usia 40 tahun sampai ajal menjemputnya di usia 107 tahun. Sebegitu setianya beliau pada catatan, kemanapun pergi buku harian tak pernah tertinggal. Aki (begitu saya menyapanya) dengan buku harian laksana gula dengan manisnya. Ia adalah dua kata berbeda tetapi memiliki satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Banyak permata yang saya dapat dari perjalanan hidup aki, diantaranya adalah pesan untuk selalu "menulis catatan hidup" sehari-hari. Meskipun peristiwa itu tak berarti dan remeh, tuliskan. Sebab kelak, saat waktu tak lagi sama, ia akan berubah menjadi sejarah yang tak terduga! Maka, tuliskanlah sekecil apapun artinya itu untukmu. Selami dan renungkan keseharian itu dalam bentuk kata-kata, maka kau akan menemukan betapa berharganya hidup, betapa berartinya dirimu dan alangkah sia-sianya waktu bila tak diisi dengan perbuatan.
Maka, ketika aki meninggal dunia, saat jasadnya tak lagi bersama kami, yang teringat dari peninggalan aki bukanlah harta dan tanah, melainkan buku catatan harian. Buku-buku itulah yang kami jadikan pusaka peninggalan tak ternilai.
Buku harian itu berjumlah 58 buah. Setiap 1 buku menyimpan perjalanan 1 tahun atau 1 tahun 3 bulan, tak sama, tergantung banyak tidaknya tulisan beliau. Semua catatan penting kelahiran, aqiqah, kematian, kelulusan, pernikahan para anak cucu mantu lengkap tertulis. Tiga malam pertama kepergiannya kami isi dengan membaca kisah hidupnya sekaligus perjalanan kelahiran serta kenakalan dan kesehaian kami anak cucu mantunya. Duh ... aki, hatur nuhun !
Kesetiaan.
Itulah yang saya genggam dari ketekunan aki menulis kesehariannya.
Kesetiaan pada hidup.
Kesetiaan pada keturunan.
Kesetiaan pada kebiasaan yang menjadikannya berarti.
Bagi saya ini sungguh luar biasa !
Sebuah mozaik yang dengan cermat beliau susun dalam hidup yang telah dianugerahkan Allah Yang Mahahidup. Mozaik itu kemudian menjelma sebuah pusaka sarat nilai yang beliau persembahkan bagi keturunannya. Tentunya untuk dijadikan teladan.
Kini...
mampukan saya menulis terus setiap hari?
Selama ini selalu saja ada rentang waktu yang kosong, baik hitungan hari atau bahkan minggu, lembaran harianku putih, tak ada kata, tak ada rasa. Tak pernah konsisten !
Konsistensi!
Itulah sesungguhnya yang diajarkan aki lewat kesetiaannya pada catatan harian.
Ternyata, menulis setiap hari, benar-benar setiap hari, tak semudah yang saya bayangkan. Di dalamnya terdapat banyak sekali virus kemalasan, ngantuk atau bahkan lupa!
Padahal, kata Pak Hernowo penulis "Spirit Iqra", menulis dan juga membaca akan menumbuhkan dendrit ( salah satu komponen penting di otak yang berfungsi mengalirkan dan mengait-ngaitkan informasi).
Pantas saja aki berumur panjang dan tak pikun hingga akhir hayatnya! Otaknya terus bekerja ...
Lagipula Sahabat Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, mewasiatkan : "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya."
Lalu kalau begitu, agar selalu sehat, bernas, dan tak cepat pikun : teruslah menulis. Tulis apa saja.
Saur pun aki oge : Diajar nyerat, supados sehat.

Rabu, 08 April 2009

Rahma Meisyara Adnin ( Cici )

Semoga Allah swt senantiasa membekaliku agar dapat

menjaga senyummu tetap mengembang

Keep smilling, my little princess

Jumat, 03 April 2009

Intermezzo

Malam itu tiba-tiba saja Kakang menemukan "sesebitan" di laci lemari. Keributan kecil terjadi. Ada kasak-kusuk, bisik-bisik dan haha hihi dengan Cici. Kudiamkan saja, asyik dengan bacaanku. Lalu
"Bu ..."
"Hmmh......." gumamku tak acuh
"Bu, ada ninja belang!"
ketika kutengok
Masya Allah ... ha ha ha


Eeng .. ing .. eng ...

Sesebitan kain belang kuning dan orange merubah
Kakang dan Cici jadi :
Pendekar Ninja atau ..... (?)



Malam-malam sebelum bobo
anak-anak ini malah 'hebooh ..'
 
betul, kan ?
dan ini (sedang akrobat):


sudh ah ... bacaan ibu gak selesei nih
ngetawain kalian berdua