Senin, 31 Mei 2010

Jiwa Sukses dan Wise Word

Mario Teguh, motivator dan pengasuh acara Golden Ways di salah satu stasiun televisi Indonesia, mengatakan bahwa orang berhasil adalah orang yang baik. Saat ia menjadi orang baik, ia telah berhasil dalam hidupnya. Saya setuju dengannya. Sangat setuju.

Ketika sebagian orang berasumsi bahwa orang sukses adalah ia yang memiliki harta melimpah, kedudukan tinggi, dan kewenangan memerintah bawahan, pernyataan pak Mario seolah kontraproduktif. Kesuksesan tidaklah diukur secara materi. Orang yang sukses adalah orang yang mampu mencapai tujuan hidup hakiki, yakni menjadi orang benar, orang baik.

Dalam kacamata agama, manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah. Bukan untuk yang lain. Proses ibadah, dalam segala aspek hidup, secara otomatis akan mengantarkan manusia pada jalan kebaikan. Maka orang yang berhasil dalam hidupnya adalah orang yang baik.

Perjalanan menuju kebaikan selalu penuh rintangan, semoga saya dimampukan Allah untuk menghalau rintangan itu dan tiba di titikNya. Amiiin.

Tulisan ini untuk mengemas award "Jiwa Sukses" yang dihantarkan oleh sobat sekaligus guru saya Kang eNeS. Hatur nuhun atas semuanya (terutama ilmunya), Kang, semoga Allah swt menghimpunkan segala kebaikanNya untuk akang dan keluarga. Ini awardnya :


Sedang yang ini award dari Nuansa Pena, disertai tugas menuliskan kata mutiara atau kalam hikmah.


Rasulullah saw pernah bersabda : "Para pengasih akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Mahasuci dan Mahatinggi. Kasihilah makhluk yang ada di muka bumi, niscaya yang ada di langit akan mengasihi kalian."

Terimakasih mas Edi (pemilik blog Nuansa Pena) atas silaturahim yang terjalin selama ini. Semoga membawa banyak manfaat bagi semua. Amiiin.

Award-award ini saya kirimkan kepada Teh Latifah Hizboel dan Mas Aulawi Ahmad, semoga berkenan menerimanya.

Minggu, 23 Mei 2010

Rain Affair : Antara Cinta dan Dusta

Rain Affair. Apa yang engkau pikirkan saat membaca judul itu?
Urusan Hujan? Permainan Hujan?Pasti segala sesuatu mengenai hujan.
Atau bahkan hujan tak ada sama sekali dalam kisah ini, semata kisah cinta romantis, hanya ... akan lebih syahdu bila hujan mengguyur? Bisa iya, bisa juga tidak. Novel ini akan mengabarkan semuanya. Tentang cinta, dusta dan ... (lagi-lagi) hujan.

Ya novel.
Rain Affair adalah sebuah novel romantis karya Clara Canceriana.
Yuk, kita menyusuri lekuk likunya satu persatu.

Novel ini dikemas dalam balutan warna cinta : biru dan pink. Juga putih.
Ada payung terbentang terbalik warna pink mengabarkan sisa hujan di bawahnya, berupa genangan air. Nah, di sampulnya saja aroma hujan sudah menyergap. Artinya, sang penulis akan membuat tokohnya atau setidaknya background kisah ini dengan ritmis hujan, pemuja hujan, penggila hujan. Ugh, pantaslah. Anak judulnya menulis : ketika hujan aku jatuh cinta.


Novel ini mengisahkan romantika perasaan Noah, Lea dan Nathan. Perjalanan cinta Noah dan Lea dirajut dalam bingkai kasih yang aneh. Cinta yang bermandikan dusta, sayang yang berselimutkan kepalsuan. Cinta dan dusta menyatu dalam aliran hujan. Tergenang seolah tak terpisahkan. Sementara Nathan, orang ketiga yang berdiri di luar genangan, tetap berusaha untuk menjadikan dirinya 'payung' di hati Lea. Meski ia tak yakin gadis itu masih mengingat dirinya.

Keadaan seperti ini layaknya menggantang pelangi. Mereka tak bahagia. Hingga mereka berani memutuskan untuk bersegera memutuskan rantai dusta dan kepalsuan diantara mereka.
Kebahagiaan itu ibarat pelangi. Indah. Nampak dari jauh, tak tergapai. Padahal sebenarnya ia ada di dalam diri mereka sendiri.

Bagaimana kisah ini berakhir?
Temukan jawabannya di Rain Affair karya Clara Canceriana, penerbit Gagas Media.

****
Pre-Review ini ditulis untuk memeriahkan : Rain Affair Pre-Review Contest
yang diadakan oleh Clara Canceriana
.

Namanya juga pre-review, jadi ditulis sebelum bukunya dibaca. Sedikit sok tahu hehe ... plus informasi awal dari sang penulis buku. Semoga berkenan ...

ujung jalanan belum usai

kaki-kaki itu berderap bersamaan
tangan-tangan itu menggenggam karung berisi pasir,
koral, batu
bergantian
lelaki berkopiah
perempuan berkerudung
anak-anak seusia remaja tanggung
hendak kemana?

mataku menangkap senyum
diantara terik yang merayap langit
segerombolan santri berderap menggenggam karung
berdua-dua
berjalan di payung langit
lelaki berkopiah
perempuan berkerudung
anak-anak seusia remaja tanggung
hendak kemana?

ooo...
kiranya ujung jalanan belum usai

Jumat, 21 Mei 2010

Sebaiknya Aku Diam

Teriakanmu memecah keheningan. Sebaiknya memang aku diam, untuk memecah teriakanmu.
Impas ...

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti kontes Fiksi Mini yang diadakan oleh mbak Wi3nda di sini


Selasa, 18 Mei 2010

Yang Tertunda

"Maafkan ...."
Ya, maaf karena beberapa tag dan award terlalu lama saya simpan di bilik. Baru sempat saya kerjakan sekarang dengan beberapa alasan yang gak penting.

Sudah lama saya dikirimi tugas oleh Fanda agar memilih beberapa theme blog yang saya suka. Sebetulnya saya suka tugas ini, masalahnya saya rada gaptek, sulit memindahkan theme blog favorit secara keseluruhan mulai header hingga postingannya. Karena itu tugas ini rada lama (lama banget malah hehe ...) kukerjakan. Ada beberapa yang gatot (gagal total), so dengan beribu maaf (*memerah pipi karena malu) beberapa theme gak bisa saya tampilkan, cukup nama blognya saja. Maaf yaaa ...

Maka inilah hasilnya :

1. Ruang Jeda nya Mas Yan's dalam jeda (sayang sekarang theme-nya sudah diganti)



2. Cerita Rahma Hari Ini, milik Rahma Meisyara Adnin alias Cici (my little princes)



3. Curhat Fanda. Saya suka bunga pointtsetia-nya

4. Cerita Inspirasi Ada kincir yang berputar, jadi terasa pas dengan judulnya, menginspirasi.

5. bukan sesiapa, blog milik mbak eka ini minimalis dengan content yang pas, jadi terasa sederhana.



Sebetulnya saya juga suka theme blognya Teh Latifah Hizboel yang Cinta Hakiki, Jendelaku Menatap Dunia milik Sinta, Kedai Kopi milik Ivan Kavalera sang penyiar dan penyair asal Bulukumba, cuma itu tadi gak bisa diupload disini (haaa ... ketahuan gapteknya!!).

Sekali lagi, maafkan, ya, sobat.

Kemudian ini award dari Gek

terima kasih Gek, maaf telat ...

award dari mbak ninneta disertai pesan menyebar kasih sayang kepada sesama


terima kasih award cinta kasihnya, semoga kita selalu bisa menebar kasih sayang hingga damai bumi kita. amiiin.

award dari mbak Reni
Beliau adalah sobat blogger yang sangat rapi menyimpan award dan memajangnya, sampai2 hafal berapa kali seseorang mengirimkan award padanya. Keren! Saya kebagian posisi ke-6 sebagai pemberi award terbanyak padanya, karenanya dihadiahi ini :

Terima kasih ya, mbak ...



Ini tag dari Anazkia

1. Apakah nama profile blog-mu? Apa artinya?
Ani Rostiani. Itu nama yang diberikan oleh orangtua saya. Ani adalah nama yang lazim bagi orang Sunda, sedangkan Ros diambil dari nama kembang ros (mawar) yang tumbuh subur di halaman rumah kakek, wangi dan cantik. Harapannya (pasti) agar saya tumbuh menjadi anak perempuan yang cantik (akhlaqnya) dan menyebarkan wangi kebaikan dalam setiap perilaku. Katanya sih begitu ...

2. Apakah nama blog-mu, apa artinya dan mengapa dinamakan seperti itu?
Blog ini kunamai 'resonansi ani rostiani'. Resonansi adalah getaran suara. Saya membuat blog ini karena ingin menuangkan segala getar dan rasa yang ada didalam diri, yang saya pikirkan, saya lihat dan saya rasakan ke dalam blog ini, begitu...

3. Sejak kapan mulai tertarik untuk membuat karya tulisan?
Sebetulnya saya menulis sejak SD, cuma yaaa gitu deh. Disimpan saja di sela-sela tumpukan buku dan catatan gak penting. Lagipula dulu, sejak kelas 3 SD saya diwajibkan menulis catatan harian oleh kakek (sekarang almarhum). Bila dikumpulkan, entah ada berapa puluh buku yang sudah kutulisi kejadian-kejadian kecil masa laluku, yang penting maupun yang gak penting (jiiiaaah, gayanya!!)

4. Apa motifasimu membuat blog ini?
Ya buat menyalurkan keinginan menulis.

5. Siapa yang menginspirasimu untuk membuat blog?
Teman kantorku, namanya Pak Haji Endang, meski secara praktek saya lebih banyak belajar dari Kang eNeS (hatur nuhun, Kang)

6. Siapa(-siapa) teman bloger yang mengajari dan membantumu membuat blog? (say something for appreciation)
Awalnya memang saya belajar dari buku, otak-atik sendiri. Lalu saya banyak belajar dari Kang eNeS. Beliau ini yang dengan sabar menjawab segala tetek bengek keingintahuan dan kegaptekkan aku. Karena itu disini aku ucapkan hatur nuhun pisan, Kang ...

7. Sekarang sudah punya berapa blog? Apa aja?
He .... jadi malu. Ada 3 blog sih, 4 dengan blog keroyokan. Tapi yang tiga jarang update. Apalagi blog yang berbahasa Sunda, sudah hampir 4 bulan ini terbengkalai. Ini dia mereka : resonansi ani rostian, Perpustakaan MTsN Garut, Cikaracak Ninggang Batu

8. Pertanyaan-pertanyaan di atas dihibahkan kepada
Sebagai rasa terima kasihku, aku hibahkan saja tag ini kepada Kang eNeS hehe ... Terus buat Persahabatan Latansa. Semoga tidak memberatkan ...

Untuk award-awardnya saya persilakan kepada sobat blogger yang belum punya dan bersedia mengambilnya, untuk memboyong ke rumah.
Alhamdulillah, lega rasanya telah menyelesaikan amanat ini.

Minggu, 16 Mei 2010

Malam dalam Hujan


malam ini, seperti malam-malam yang kemarin, aku dipeluk hujan. memunguti satu persatu potret yang Engkau gambar di dinding batu. sendirian ...

malam ini, seperti malam-malam yang kemarin, aku bersama hujan. merasai aroma wangi yang Engkau kirimkan lewat catatan kitab. sendirian ...

malam ini, seperti malam-malam yang kemarin, aku kuyup dalam hujan. mendamba guyuran cintaMu bagai air yang menguyupi bumi.

nampak sendirian, tetapi aku tahu Engkau ada
bersamaku dan hujan
...

Kamis, 13 Mei 2010

Hujan di balik jendela



Empat puluh tahun lalu, aku masih kanak-kanak. (keliatan tua amat aku ya …!!) Hujan sore hari sering kupandangi dari balik jendela. Melambai-lambai, lalu segerombolan anak-anak berlarian dalam hujan. Menarik-narik.

Kubuka pintu, jendela rumahku tak bisa kubuka, sebab ia tak berdaun. (daun jendela kan biasanya membuat jendela bisa terbuka, punyaku tidak! Jendela rumahku besar, selebar aku dikali empat atas bawah. Karena itu ia tak berdaun jendela, dan tak bisa dibuka)

Lalu air hujan membasahi mauku, menarik tanganku dalam basah, tiba-tiba saja aku bermandikan hujan bersama anak-anak yang berlari. Teriakan berkawan dengan kaki-kaki kecil yang kegirangan. Aku lupa, bajuku kuyup bersama tawa yang basah. Hujan telah berjabat erat denganku.

Itu dulu …. Berpuluh tahun lalu.

Sore ini, hujan kembali mengetuk jendela. Kali ini jendelaku dapat kusibak, sebab ia memiliki daun. Tapi aku tak bisa melompat dan memeluk hujan, sebab disana aku tak menemukan lagi kaki-kaki kecil milikku dan gerombolan anak-anak. Meski ia tetap melambai dan menarik-narik mauku.

Bisakah aku kembali bertelanjang kaki bersama tarian hujan? Sedang langit tak lagi menurunkan air yang sama. Air yang memiliki wangi awan, air yang tidak menurunkan rasa sakit, …


Aku hanya ingin sekejap saja menari bersama hujan. Seperti dulu

Tapi aku hanya bisa memandangi, sedang anak-anakkupun kularang bermain hujan. Sebab bagiku ia telah berubah.

Hujan itu telah berubah …ataukah tidak? Hujan tak pernah berubah, aku saja yang berubah?

Barangkali karena langit telah menua, demikian pula aku ...


GAMBAR : http://nakjadimande.com/2009/08/13/hujan-dalam-peran-antagonis/

Senin, 10 Mei 2010

Embuni Diri dengan Mutiara


Manusia yang merdeka adalah
manusia yang mampu memerdekakan dirinya dari
berbagai penghambaan kepada sesuatu
selain Allah swt.

Jumat, 07 Mei 2010

enigma


Apakah ada namanya

saat jutaan siluet menggempur kenang antara kembara

dan keterjagaan

ketika batuan mengangkangi mau

sedang angin menyeret dalam turbulensi keheningan


enigma hening


Apakah ada penjelasannya

saat langit terang menurunkan gumpal commulo nimbus

di batas antara keciap ayam dan kepak sayap elang

dan serbuan air menghujani keseimbangan


enigma hujan


seharusnya ada

karena hidup adalah rangkaian sebab akibat

meski tak semua akibat timbul dari sebab yang sama

seharusnya ada

karena hidup perkara menggali

kalau perlu mengebor

kedalaman sekian milyar enigma


apakah ada namanya

bagi setiap keterpasungan dan kelunya jiwa

yang bukan oleh aku


aku berteriak seteriak yang kubisa!


apakah namanya teriakanku?

hanya katarsis

atau sebuah keputusan


yang kutahu

kuharus menerima

meski itu

tak kumau!



Dedicated to Hanifah Nurhasanah

7 Mei 2010

Rabu, 05 Mei 2010

Segelas Susu


Kisah ini saya sunting dari buku "Setengah Isi Setengah Kosong = Half Full - Half Empty" yang ditulis Parlindungan Marpaung. Saya memilihnya karena kisah ini menginspsirasi orang untuk berbagi, sesederhana apapun bentuknya. Seperti semut.


Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup sebagai pedagang asongan dari pintu ke pintu (biasanya dilakukan di komplek-komplek Rumah Dinas) kehabisan uang. Kondisinya saat itu sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi ia kehilangan keberanian sat seorang ibu muda - istri pejabat - membuka pintu, Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Ibu muda tersebut melihat dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar.


Oleh karena itu, ia memberikan segelas besar susu. Kemudian anak lelaki tersebut minum dengan "lahap"nya dan bertanya : "Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?"


Ibu itu menjawab, "Kamu tidak perlu membayar apapun, orangtua kami dulu mengajarkan untuk tidak menerima bayaran jika melakukan suatu kebaikan," kata ibu itu menambahkan.


Sambil menghabiskan susunya, anak lelaki tersebut berkata dalam hatinya "Dari hatiku yang terdalam, aku sangat simpati pada ibu yang berbaik hati ini, dia tidak sombong sekalipun istri pejabat."


Beberapa puluh tahun kemudian, ibu muda dahulu (yang kini sudah agak lanjut usianya) mengalami sakit yang sangat kritis. Balai pengobatan sudah tidak mampu lagi mengobati penyakit komplikasinya, apalagi saat ini ia berstatus janda seorang pensiunan kereta api. Atas saran keluarganya, si wanita ini dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Pemerintah yang ada di kota tersebut untuk diobservasi. Namun tetap saja tidak bisa diobati. Akhirnya dengan menjual barang-barang yang tersisa dan atas bantuan rekan-rekan sesama janda pensiunan, ia dikirim ke ibu kota karena disana ada dokter yang mampu mengobati penyakit komplikasinya itu.


Dr. Sobur Nurjaman Ali dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si ibu tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Sobur. Segera ia bangkit mengenakan jubah dokternya dan bergegas turun melalui aula rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut. Ia langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang.


Dr. Sobur kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan serangkaian medical check up total serta terapi-terapi medis lainnya.


"Pokoknya ibu tersebut harus sembuh," demikian obsesinya. Mulai hari itu si ibu yang tergolek lemah tersebut menjadi perhatian Dr. Sobur dengan kasih yang tulus. Memasuki bulan ke tiga di rumah sakit tersebut ternyata si ibu benar-benar sembuh.


Lalu, Dr. Sobur meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya guna persetujuan. Dr. Sobur melihatnya, dan menuliskan sesuatu di pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia sangat yakin bahwa ibu itu tidak akan sanggup membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hiduonya. Bisnis yang dirintis bersama sang suami (almarhum) ketika memasuki pensiun gagal karena ditipu orang, demikian cerita ibu itu kepada Dr. Sobur beberapa waktu lalu. Hal ini pula yang membuat dia jatuh miskin, dengan seorang anak yang saat ini juga pengangguran.


Lembar tagihan akhirnya sampai ke tangan ibu yang malang itu. Dengan rasa waswas ia memberanikan diri membaca tagihan yang disodorkan bagian keuangan. Disana tertera rincian biaya yang dikeluarkan selama pengobatan. Akan tetapi, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi : "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu." Tertanda Dr. Sobur Nurjaman Ali.

Selasa, 04 Mei 2010

'Ud'uunii astajib lakum (Berdo'alah maka AKU kabulkan)


Allah tidak mengabulkan doa

dari hati yang lengah dan ragu

(Rasulullah Muhammad saw)

Minggu, 02 Mei 2010

Bersamamu kembali

Apakabar kamu?
Dua kamis aku hilang. Barangkali aku ingin diam, mungkin juga tidak, sebab angin tak pernah memberi izin untuk berhenti.
Ternyata engkau masih disini. Aku sungguh merasa berharga.

Kabarku baik-baik saja, semoga demikian juga denganmu. Sama seperti ketika aku pergi. Dedaunan itu masih memberi aroma sore yang sama. Cobalah kau hirup, ia sesegar senyumanmu, sehijau hatimu. Teduh dan hangat.

Apakabar kamu?
Sore ini televisi masih mengabarkan tanah kita bersama luka dan harapan. Kita memang ditakdirkan hidup di negeri yang besar. Barangkali agar kita pun bisa bekerja besar, berkarya besar, berjiwa besar, berjuang besar, berbagi besar, dan segala macam besar lainnya. Bukannya berbohong besar, mencuri besar, bermulut besar, dan segala macam besar lainnya.

Kabarku baik-baik saja, mesti baik-baik saja. Sebab untuk menjadi besar kita harus dalam keadaan baik-baik saja, bukan? Bagaimana mungkin kelak akan tumbuh anak-anak yang berjiwa besar dan mampu berjuang besar sementara ibunya (juga ayahnya) tak dalam keadaan baik-baik saja untuk mengantarkan anak-anak menjadi "besar".

Akupun berharap kamu baik-baik saja, agar tanah kita juga baik dan tetap besar. Besar secara demografi, juga besar wibawanya. Aaaah ... akankah ia bisa???

Lihatlah aku masih melihat dirimu sesegar dedaunan sore usai hujan gerimis. Masih ada bersamaku, dan aku merasa sangat berharga. Meski aku masih meragu akan sebuah negeri yang berwibawa, bersamamu aku kuat.

Kita bergerak terus? Setuju?
Mengantarkan anak-anak, membuat mereka cerdas dan kuat, jiwanya, raganya.

Di sore basah ini, 2 Mei ini, aku ingin bersamamu. Bersumpah : mengantarkan anak-anak kita menjayakan negeri ini.