Musim ujian sudah dekat
dan ...
SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri sudah dimulai. SNMPTN adalah istilah baru untuk jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat) atau jalur Undangan, yakni seleksi masuk perguruan tinggi tanpa tes, tapi melalui seleksi nilai rapot beberapa semester (dulu hanya 3 semester, sekarang 5 semester).
Saya tak begitu paham apa maksudnya dengan pergantian istilah seleksi yang setiap tahun berubah terus, sehingga membingungkan. Biasanya jalur ini dilaksanakan sebelum pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Nah, tahun 2013 ini, SNMPTN sudah mulai dibuka sejak tanggal 1 Pebruari hingga 8 Maret 2013. Maka sibuklah para siswa, civitas sekolah dan para orangtua.
Bukan saja sekolah dan siswa kelas XII yang sibuk, kesibukan itu menular secara otomatis dan berkelanjutan kepada para orangtua siswa. Orangtua sekarang 'harus' turut aktif mencari peluang dan alternatif bagi kelanjutan sekolah anaknya bila tidak ingin kehilangan kesempatan. Atau bila tidak ingin keliru memilih universitas atau jurusan. Kekeliruan memilih akan berdampak sangat jauh bagi kelancaran pendidikan maupun karier ke depannya.
Dampak itu bisa beraneka. Pertama, timbul rasa jemu saat belajar, karena jurusan yang tidak sesuai dengan minat. Kedua, menemukan pekerjaan yang tidak sesuai yang pada akhirnya menimbulkan stres dan ketidakbahagiaan. Itu bila dipandang dari sisi individu, belum lagi bila kita melihatnya dari sudut pandang lebih makro, yaitu bagi kebermanfaatan pada sesama, lingkungan dan bangsa ini. Apa jadinya bila masa depan bangsa ini dikelola oleh orang-orang yang tidak bahagia dalam tugasnya. Astaghfirullah ... sekarang saja banyak yang korup dan lari ke narkoba. Naudzubillahi min dzalik ... Jangan sampai para orangtua keliru bertindak atau tidak maksimal memberikan kasih dan arahan sehingga berdampak besar bagi kelanjutan masa depan mereka.
Maka, untuk meminimalisir dampak buruk 'masa depan' (meski tak bisa dipastikan juga kalau keikutsertaan orangtua dalam menentukan pilihan akan membuat hal buruk menjadi tiada, tapi minimal bisa diantisipasi lah), orangtua sekarang tidak bisa menyerahkan begitu saja, pilihan sekolah, kepada anak. Kalimat : "Ya,bagaimana kamu saja, ibu mah gak paham," menjadi kalimat kontraproduktif yang tidak membuka cakrawala berpikir dan berkomunikasi antara anak dan orangtua. Setidaknya, ada beberapa petuah serta arahan alias petunjuk teknis tentang pilihan yang mereka ambil. Meskipun di sekolah mereka sudah mendapatkan bekal wawasan dari guru BK (Bimbingan dan Konseling), tetap saja, diskusi perlu dilakukan di rumah.
Dulu, atau setidaknya zaman saya, ketika istilah dan 'pintu' masuk penerimaan mahasiswa baru belum sebanyak sekarang, rasanya prosesnya gak sejlimet ini. Memang, seiring era komputerisasi, calon mahasiwa sekarang dimudahkan dengan sistem pendaftaran on line. Beberapa alternatif pilihan universitas bertebaran di situs-situs yang terbuka lengkap dengan prosedur dan profil campus. Tapi, hal itu membutuhkan pula keterampilan berteknologi. Tak sulit bagi anak-anak, tapi bagi ibu, tentu saja berbeda. Ada banyak ibu yang masih gaptek, meski banyak pula yang sudah akrab dengan teknologi ini. (Ibu zaman sekarang harus cerdas, bukan? agar bisa terus 'nyambung' dengan anak-anaknya). Sekarang, bila anak tidak lolos dalam seleksi awal via SNMPTN, mereka masih punya peluang di beberapa 'pintu', yakni SBMPTN (sebelumnya bernama SNMPTN, lebih dulu lagi UMPTN dan Sipenmaru) dan jalur Mandiri yakni seleksi yang diadakan secara mandiri oleh pihak universitas (jalur ini biasanya memerlukan dana lebih mahal). Atau bila kemudian mencari universitas swasta.
Nah, disinilah orangtua bisa berperan lebih aktif, mencari universitas yang sesuai dengan minat dan bakat anak, lokasi yang strategis (sesuai kriteria, sebab strategis itu relatif berdasarkan pertimbangan setiap orang), kalau bisa terakreditasi A dan biaya terjangkau. Yang harus diperhatikan dalam memilih adalah, ini pont pentingnya, jurusan harus sesuai dengan minat dan bakat anak.
Ohya, jalur SNMPTN adalah gratis. Pokoknya, bila sesuatu berembel-embel kata "Nasional" maka harus gratis. Bila dulu jalur masuk non tes hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki nilai akademis baik (dengan rerata nilai yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan) setidaknya 10 besar di sekolah, dan berbayar, maka tahun ini semua siswa kelas XII berhak untuk mengikuti seleksi SNMPTN secara gratis.
Kesempatan jadi lebih terbuka bagi setiap lulusan tetapi yang diterima menjadi lebih sedikit secara prosentasi meski secara jumlah lebih banyak. Bandingkan saja, di tahun 2012 dari 236.811 siswa yang mendaftar SNMPTN jalur undangan, yang lolos sekitar 22,55 persen, termasuk di dalamnya siswa penerima program bidik misi sebanyak 15.313 atau setara dengan 20,41 persen
(sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/26/15081413/53.401.Siswa.Lolos.SNMPTN.Jalur.Undangan)
Maka di tahun 2013 ini, ada kurang lebih 1.800.000 siswa SLTA dan SMK yang diperkirakan akan terseleksi, sementara yang diterima adalah 150.000 siswa alias kurang dari 10 persen.
Bila melalui jalur gratis ini tidak lolos seleksi, maka bersiaplah para ibu mencari alternatif lain bagi kelanjutan studi anak. Yang gratis itu bukan biaya kuliahnya, lho, tapi biaya daftarnya, hehe ... (sambil menerawang, kapan ya ada kuliah gratis di Indonesia? ^_* ngayal tingkat tinggiii ... eh kalau gak salah sudah ada program BOPTN, ya?! Bahkan di UPI Bandung sudah cair untuk angkatan 2012 ini. Lumayan, untuk para ortu bisa menarik nafas dan ancang-ancang.
Buat ibu-ibu yang sedang resah dan gelisah, jangan keterusan ya!
Yuk, kita mencari peluang itu. Insya Allah, selalu ada jalan terbaik yang Allah berikan bagi anak-anak kita, asalkan kita mau mencari dan menjalaninya.
Apapun hasilnya, sepanjang ikhtiyar kita maksimal, itulah yang terbaik dari Allah.
Semoga anak-anak kita dimampukan Allah untuk menebar sebanyak-banyaknya manfaat, bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya, dan terlebih buat agamanya.
Aaamiiin ...
amin, semoga mendapatkan universitas yang baik ya Mak :)
BalasHapuswah jaman zahra nanti gimana ya, kalau sesuai waktu, sekitar 5 tahunan lagi ikut SNMPTN, teh Ani, tentunya sistem penyaringan nanti lebih canggih lagi ya, semoga saya bisa menjadi pendamping yang baik.
BalasHapusnice post
BalasHapus