Deretan waktu yang menyembul
di dinding kamar, menertawai
kebebalanku menerjemahkan malam,
seekor cicak bergumam sambil merayapi tubuhnya, dinding kusam yang tak paham
usia diri.
Dalam warna yg memudar, pada retak yang mengelupas, ribuan waktu melarikan diri dariku
dan aku terjerembab dalam
kedunguan.
Berapa lama lagi bulan menanti? biar
aku khatam menyetubuhi riuhku sendiri, dan kanvas malam berhasil
kugambari dengan suara dari dalam dadaku, sambil merenung, mengapa
serangga bersayap yang jadi santapanku
sepanjang malam.
Cicak merayap.
Berdecak-decak sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...