Beberapa puluh tahun lalu, tak pernah saya dengar istilah Out Bond, yakni metoda pendidikan afektif psikomotor yang melatih anak berinteraksi langsung dengan alam dan rintang. Tak kenal istilahnya bukan berarti pendidikan semacam itu tak pernah ada zaman dulu. Out Bond masa lalu tak dibuat permanent, sebab tanpa diciptakanpun, keseharian anak-anak telah ditempa oleh alam yang secara tak langsung melatih kepekaan rasa, kesetiakawanan, keberanian dan ketepatan memilih. Bukan
hanya di sekolah, tapi (dan justru inilah point terbesar dari kesehariannya) adalah di lingkungan bermain.
Bermain tanah, menginjak lumpur, menyeberang sungai, meniti pematang sawah, melompat pagar, mengejar ayam, menangkap bola, menangkap ikan, bahkan mengejar layangan putus dan naik ke pucuk pohon nangka yang menjulang, biasa dilakukan tanpa batasan waktu dan cuaca. Panas atau hujan, mereka bisa main sepuasnya. Tak ada larangan, tak ada batasan. Mereka hanya perlu pulang untuk makan, sholat, dan bila saat maghrib tiba, bergegas meluncur ke masjid, berbagi kisah para Rasul dan mengaji bersama Pak Ustadz. Itulah Out Bond masa lalu.
Sekarang, banyak orangtua membatasi jatah main anak di luar. Bukan tanpa sebab, ya. Sekarang, udara tak sebersih dulu. Air hujan bisa tiba-tiba bercampur polutan yang membuat anak-anak jatuh sakit, maka tak pernah dibiarkan anak-anak main hujan-hujanan sebebas dulu Terik matahari pun menjadi alasan pelarangan saat anak-anak mohon izin bermain sepeda, terlebih bila di jalan raya. Wah, pasang lampu merah besar-besar deh!
Tak semua orangtua begitu sih, sebenarnya. Mereka yang beruntung tinggal di pinggiran kota, yang masih memiliki ruang hijau dan terbuka untuk anak-anak berekplorasi, tentu tak usah khawatir membiarkan mereka puas berekspedisi.
Menyikapi fenomena ini, para pakar pendidikan
dan mereka yang
concern pada pendidikan serta perkembangan anak,
merasa perlu untuk memberi ruang bagi tumbuh kembang anak-anak secara positif dan terarah, agar masa bermain mereka tak terampas. Masa bermain adalah masa emas anak-anak dalam memperoleh stimulasi berharga bagi masa depannya. Apa jadinya
mereka kelak bila masa itu hilang. Maka bermunculanlah taman bermain, Kids Camp, Out Bond, bahkan sekolah-sekolah alam, lahir bagai jamur di musim hujan. Sayang, semua itu (karena sifatnya memang “dibuat” dan “diciptakan” secara khusus) maka memerlukan biaya.
Tentu saja, biaya hanyalah sebuah konsekuensi logis dari sebuah jasa. Sepanjang itu memberi feedback yang baik bagi anak, kenapa tidak?
Maka ketika anak bungsu saya dengan ceria memberitakan rencana Out Bond sekolahnya, sayapun menyambutya dengan sama antusiasnya. Gak lucu kan kalo anaknya sumringah dan rame, ibunya malah adem-adem aja. Gak klop itu namanya!
Star jam 7 pagi dari sekolah kami meluncur ke Natural Hill Lembang, sebuah kawasan perbukitan di utara Bandung. Sepanjang perjalanan, kami para orangt
ua murid senyum-senyum aja denger anak-anak dan para guru mereka bernyanyi-nyanyi dalam bis, malah mulut dan hati sayapun ikut-ikut bersenandung. Serasa balik lagi ke masa kecil dulu. Perjalanan jadi tak terasa lama. Apalagi mata kami dihibur oleh pemandangan indah.
Tiba di Natural Hill, kami disambut sekumpulan anak muda yang akan menjadi pemandu serta pendamping anak-anak mengekplorasi alam, terbang di flying fox, meniti seutas tambang dan lain sebagainya. Disana, kami para orangtua, dilarang keras ngikutin anak-anak, maka sayapun hanya bisa mengabadikan aksi mereka di arena main yang dekat dengan kamp-nya ibu-ibu saja.
Ibu-ibu malah diberi tantangan lain, yakni jjs ke air terjun. Pemandangannya sih indaaah banget, tapi jalanannya menurun, berkelok, kecil dan lumayan curam. Namanya juga ibu-ibu, teriak sana teriak sini, sukacita dan mengasyikkan.

Jalanan berkelok itu yang akan kami lalui.

Air terjun tujuan kami

Jalanan menanjak yang harus kami tempuh usai “ekspedisi” air terjun.
Tiba kembali di kamp kami kecapean, tapi langsung hilang saat melihat anak-anak telah tiba di arena main yang dekat kamp ibu-ibu, jadi bisa moto-moto deh. Senang sekaligus bangga melihat Cici berani dan bergembira.

Cici datang digandeng Kak Titi sang pendamping. Suasana perbukitan yang indah, bukan ?

Lihat! Meski terjatuh dari atas rakit, Cici tidak menangis dan patah semangat, ia tetap ceria dan terus berusaha naik kembali ke kendaraan yang akan membawanya tiba di tujuan bersama teman seperjalanan (cieee ... lebay) Tapi memang itulah ibaratnya hidup, kan.

Dan dengan semangat kembali mengayuh tali bersama-sama. Kompak!!! "Ayo maju terussss. Jangan menyerah." Saya berteriak-teriak dari pinggir sungai ...eh, kolam, ding! (ceritanya kan itu teh sungai deras!!)
Horeee!!! Berhasil! Berhasil! Horeee!!! Saya ikut melonjak-lonjak gembira melihat mereka berhasil tiba di tujuan. Seberang sungai…..
Setelah berbasah-basah, usailah acara bermain. Lanjut ke mandi, ganti baju dan makan.Kami diberi oleh-oleh sayuran hasil tanam anak-anak disana. Mau strawberry? Tinggal beli hehe … buah yang satu ini tidak termasuk oleh-oleh gratis!
Maka kami pulang dengan membawa kesan yang menyenangkan. Ketika saya tanya : Cape gak, Ci? Jawabannya spontan : Senaaang, mau Out Bond lagiiii ….. (ga nyambung tuh pertanyaan dan jawaban) hehe ...Lalu : "Iya, cape siih, tapi senang!!"
Kita out bond ke rumah nenek aja di "lembur". Disana kan banyak sawah, sungai, kolam ikan, bebek, pohon kelapa, kandang ayam, memang sih gak ada flying fox-nya. Kita main lagi sepuasnya!!! Ajak teman dan saudara. Gratissss !!