Ya Allah, terima kasih ...
telah Kau himpun kami di bumiMu yang luas ini. Di tempat ini, di lautMu, di pantaiMu, di bawah matahari pantai Pangandaran dan diantara deburan ombak. Kami menghirup udara yang sama meski dalam rasa yang berbeda. Rasa yang membebaskan ...
Sesuai rencana, kami sekeluarga besar : anak cucu mantu dari Bapak dan Ibu berjumlah 16 orang (dengan dua orang balita lucu de Echa dan de Puput) berkesempatan berlibur selama tiga hari dua malam, bercengkrama dengan laut dan pasir pantai, aroma laut dan wisata air. Duhh, suasana kebersamaan ini ... sungguh tak terbeli dengan apapun. Kehangatan keluarga melebihi hangat matahari pagi yang kami tunggu-tunggu di Pantai Timur.
Subhanallah, memandang sun rise betapa indah, memandang kehangatan hati kami lebih-lebih lagi. Sayang, ada yang kurang, adik kami seorang (artinya jadi sekeluarga alias 4 jiwa) Aam, tak ikut serta.
Memuaskan dahaga kami akan keindahan yang tiada henti memanjakan mata dan telinga, setelah bersafari ke cagar alam, menyapa Batu Layar, Batu Buaya, Pohon Kalong dan Pasir Putih dengan berperahu, selanjutnya kami meluncur ke wisata petualangan di Green Canyon alias Cukang Taneuh, kurang lebih 20 km dari Pantai Pangandaran. Dengan bersampan kami menyusuri sungai yang, entah, ujungnya ada dimana. Di kiri kanan, pepohonan rimbun menyertai kami. Inilah rupanya yang membuat permukaan air tampak hijau. Semakin jauh kami bersampan, aroma laut perlahan berubah menjadi aroma gunung. Sungguh kontras! Perpaduan yang indah sekaligus mendebarkan. Air laut yang yang semula asin dan hangat berubah tawar dan dingin. Kami memandangi tebing-tebing tinggi yang tiba-tiba menyergap. Cadas batu dengan kucuran air menyiprati tubuh kecil manusia-manusia yang penasaran akan kebesaran alam. Melihat kiri kanan, tiada lain selain cadas basah. Begitu pula di atas, pandangan tak dapat menembus selain stalagtit yang mengucurkan air dingin.
Maka, bagaimana manusia bisa begitu sombong dan jumawa ? Sementara baru tiba disini saja, kita hanya dapat bergumam : Masya Allah ...! Betapa agung Engkau, betapa tak berdayanya kami.
Suasana berubah ramai ketika A Eri, Kang Agus, n'Nan, Binbin, dan Teh Iva memutuskan untuk menjawab tantangan Akang pemandu agar berenang hingga ke kelokan tebing. Dengan kedalaman lebih dari 5 meter dan suhu air yang dingin (terlebih lagi gak bisa berenang!) dengan menggunakan rompi pelampung mereka berpetualang... hehe... petualangan kecil-kecilan.
Sukses memang, menyisakan cerita menggelikan tentang kengerian yang sempat hinggap hingga acara "kabulusan" alias kedinginan. Haha ...
Itulah sepenggal cerita kita : Trip to Pangandaran.
telah Kau himpun kami di bumiMu yang luas ini. Di tempat ini, di lautMu, di pantaiMu, di bawah matahari pantai Pangandaran dan diantara deburan ombak. Kami menghirup udara yang sama meski dalam rasa yang berbeda. Rasa yang membebaskan ...
Sesuai rencana, kami sekeluarga besar : anak cucu mantu dari Bapak dan Ibu berjumlah 16 orang (dengan dua orang balita lucu de Echa dan de Puput) berkesempatan berlibur selama tiga hari dua malam, bercengkrama dengan laut dan pasir pantai, aroma laut dan wisata air. Duhh, suasana kebersamaan ini ... sungguh tak terbeli dengan apapun. Kehangatan keluarga melebihi hangat matahari pagi yang kami tunggu-tunggu di Pantai Timur.
Subhanallah, memandang sun rise betapa indah, memandang kehangatan hati kami lebih-lebih lagi. Sayang, ada yang kurang, adik kami seorang (artinya jadi sekeluarga alias 4 jiwa) Aam, tak ikut serta.
Memuaskan dahaga kami akan keindahan yang tiada henti memanjakan mata dan telinga, setelah bersafari ke cagar alam, menyapa Batu Layar, Batu Buaya, Pohon Kalong dan Pasir Putih dengan berperahu, selanjutnya kami meluncur ke wisata petualangan di Green Canyon alias Cukang Taneuh, kurang lebih 20 km dari Pantai Pangandaran. Dengan bersampan kami menyusuri sungai yang, entah, ujungnya ada dimana. Di kiri kanan, pepohonan rimbun menyertai kami. Inilah rupanya yang membuat permukaan air tampak hijau. Semakin jauh kami bersampan, aroma laut perlahan berubah menjadi aroma gunung. Sungguh kontras! Perpaduan yang indah sekaligus mendebarkan. Air laut yang yang semula asin dan hangat berubah tawar dan dingin. Kami memandangi tebing-tebing tinggi yang tiba-tiba menyergap. Cadas batu dengan kucuran air menyiprati tubuh kecil manusia-manusia yang penasaran akan kebesaran alam. Melihat kiri kanan, tiada lain selain cadas basah. Begitu pula di atas, pandangan tak dapat menembus selain stalagtit yang mengucurkan air dingin.
Maka, bagaimana manusia bisa begitu sombong dan jumawa ? Sementara baru tiba disini saja, kita hanya dapat bergumam : Masya Allah ...! Betapa agung Engkau, betapa tak berdayanya kami.
Suasana berubah ramai ketika A Eri, Kang Agus, n'Nan, Binbin, dan Teh Iva memutuskan untuk menjawab tantangan Akang pemandu agar berenang hingga ke kelokan tebing. Dengan kedalaman lebih dari 5 meter dan suhu air yang dingin (terlebih lagi gak bisa berenang!) dengan menggunakan rompi pelampung mereka berpetualang... hehe... petualangan kecil-kecilan.
Sukses memang, menyisakan cerita menggelikan tentang kengerian yang sempat hinggap hingga acara "kabulusan" alias kedinginan. Haha ...
Itulah sepenggal cerita kita : Trip to Pangandaran.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusduh hoyonglah ameng ka Pangandaran...
BalasHapusMemang asyik main air. Piknik yuk !
BalasHapus