Manusia butuh
rencana untuk melakukan sesuatu. Apakah itu satu jam ke depan, nanti siang,
esok hari, seminggu kemudian, bulan depan, tahun depan atau bahkan sepuluh
tahun mendatang. Perencanaan itu berbeda bagi setiap individu, baik berbeda
dalam bentuknya maupun dalam teknis pemikirannya. Sebab semua pasti sesuai
dengan kapasitas plus pengetahuannya. Tapi apapun itu, sederhana atau rumit,
sistematis atau pabaliut, toh semua orang punya rencana untuk hidupnya. Adakah
orang yang tidak punya rencana. Seringkali orang bilang : “aku gak punya
rencana”, bahkan tidak dia sadari sebenarnya ia tengah merencanakan sesuatu. Spontanitas,
adalah rencana yang datang tiba-tiba. Usai terpikirkan, tahap demi tahap penyelesaian
dari bentuk kerja spontan itu akan mulai terurai. Rencana spontan. Istilah aneh
… Tapi begitulah, sesederhana apapun, kerja butuh rencana. Rencana adalah
bahasa yang lebih teknis dari cita-cita.
Ketika sebuah
rencana dapat terlaksana. selesai. Selesaikah hidup?
Kita butuh
rencana lain untuk tetap dinamis. Rencana dibutuhkan untuk menjaga eksistensi
kemanusiaan kita, bahwa kita ada dan manfaat. Bu Retno mulai bercermin ulang. Kegiatan hariannya tak kurang. Kerja kantor, urusan rumah (nyuci, nyetrika, ngepel, masak plus beres-beres rumah. Ia tidak punya pembantu) menemani anak-anak belajar, mengisi kajian di masjid dan kegiatan PKK di komplek rumahnya. Itu yang disebut monoton? Bu Retno sadar, kegiatannya penuh. Tapi, ia merasa mulai jenuh. Artinya dia harus membuat rencana baru. Sebuah loncatan besar? Apa?
Di tangannya sebatang pencil dan sebuah buku kecil. Di benaknya sependar bintang … kemana akan diterbangkan?
Mimpi,
cita-cita, atau rencana memang tak pernah kenal batas usia. Sejenak saja ia
diam, untuk mengambil ancang-ancang berlari, bersama anak-anaknya.
Ayoooo.. kejar cita-cita Bu Retno. Kita hidup cuma sekali loh. :)
BalasHapusumur bukan penghalang untuk maju...ayo bu retno semangat..
BalasHapus