Bray … balebat
Anaking, jimat awaking
geura hudang geura nyaring
duh … geura nyaring
Balebat di wetan ngembat
ciciren surya sumirat
beuki nyingray lalaunan
kasapih ku kingkilaban
Geus lain wancina deui
hidep hirup dina ngimpi
tibra ngeukeupan impian
Titenan tuh kanyataan
Bray … balebat
Lirik & lagu : BIMBO
Sepenggal lirik dalam wanda hariring (lagu) Sunda yang dinyanyikan oleh kelompok Bimbo diatas, kerapkali melemparkan hati dan benak saya akan arti sebuah cinta yang teramat dalam, baik cinta terhadap buah hati maupun cinta terhadap alam. Semakin disimak, semakin terasa bahwa setiap kata mengandung begitu banyak makna.
Bagi sahabat blogger yang bukan orang Sunda, baik saya terjemahkan sedikit, meski sejatinya banyak bahasa Sunda yang sulit diterjemahkan karena ia (bahasa Sunda) kerap menyertakan rasa dalam setiap katanya. Tapi, semoga terjemah bebas yang serbamini dan terbatas ini dapat sedikit memberi gambaran.
semburat fajar pagi ...
anakku sayang, permata bunda
lekas bangun lekas terjaga
duh ... lekaslah jaga
cahaya timur t'lah menyapa
pertanda hangat semesta rasa
mengelus alam pelan perlahan
terbias denyar mentari pagi
Bukan saatnya lagi, sayang
engkau hidup dalam mimpi
lelap mendekap impian
fahami kenyataan yang terbentang
di depan
Dulu, saya mendengar lagu itu hampir setiap pagi. Paman saya, yang saat itu tercatat sebagai mahasiswa Unisba memutarnya, sementara saya sibuk bersiap pergi sekolah. Meski tak serius mendengarkan, telinga dan otak saya menyimpannya hingga berpuluh tahun kemudian. Selain mengingat nadanya, kini saya bias lebih merasakan sensasi liriknya yang sarat kasih dan pengharapan yang tinggi. Kini saya juga paham tentang arti penanaman cinta dan segala macam pembiasaan yang bernilai positif pada anak. Bahwa cinta, kasih sayang serta kegiatan dan perilaku yang dilakukan secara terus-menerus akan berdampak besar bagi pertumbuhan serta perkembangan individu secara signifikan. …
Itu baru dari sepenggal lagu, belum lagi ragam cinta dan pembiasaan lain yang mengisi perjalanan hidup sejak lahir hingga dewasa. Sebagai orang yang hidup di lingkar budaya Sunda, saya diajari hal-hal sederhana menurut adat istiadat sunda yang mengagungkan nilai-nilai luhur moral dan etika. Seperti juga di banyak tempat di
Nenek moyang kita mewariskan nilai-nilai budaya yang luhur. Budaya tidaklah diterjemahkan secara sempit hanya pada sebentuk seni dan tarian semata, melainkan juga pada perilaku hidup sehari-hari. Budaya bercerita, budaya bersilaturahmi, budaya saling menolong, budaya hidup bersih, budaya jujur, dan banyak budaya lain yang hampir menghilang dari kebiasaan kita sehari-hari terutama bagi mereka yang hidup di
Mereka yang masih dengan setia memelihara budaya luhur leluhurnya biasanya hidup lebih nyaman dan bahagia. Nyaman dan bahagia tidaklah identik dengan keadaan serba ada. Rasa itu tumbuh dari keikhlasan menjalani hidup yang telah digariskan Yang Mahakuasa. Bahkan menurut pakar pendidikan dan kebudayaan, Bapak Prof. Dr. H. Engkoswara, M.Ed, kenyataan menunjukkan bahwa manusia yang melaksanakan budaya Sunda seperti cageur, bageur, bener, pinter, tidaklah kurang pangan, sandang, papan sehingga hidup cukup yang berbahagia lahir dan batin. Saya mengamini pendapat itu, tentu saja, berdasarkan apa yang saya dapat dari pola asuh orangtua.
Sejak saya mulai mengenal arti sebuah kata, orangtua selalu menggunakan bahasa kalbu. Bahasa yang mewakili perasaan terdalam. Yaa, bahasa Sunda. Dari lisan mereka tak pernah meluncur kata-kata yang mengecilkan, selalu membesarkan hati, bertenaga dan bersayap. Bagaimanapun marahnya, mereka terpelihara dari sikap dan ucapan kasar. Kini saya tahu, selain meneruskan estafeta pengasuhan berbasis budaya merekapun menerapkan sunnah Rasul yang oleh para ulama diisyaratkan melalui kalimat ini : “ …. Ucapan (yang baik atau buruk) seseorang kepada anaknya adalah doa …” Rupanya orangtua saya tak ingin anak-anaknya berperilaku dan bernasib buruk hanya karena kesalahan mereka dalam berkata-kata.
Dan sabda Rasul yang ini :
“Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut. Dia suka akan kelembutan. Allah akan memberikan balasan dari kelembutan yang tidak Dia berikan kepada sikap keras dan kasar serta sikap-sikap lainnya.”
“Sesungguhnya berlaku lembut terhadap sesuatu apapun itu akan dianggap elok. Dan merenggut sesuatu dengan kekerasan itu akan dianggap buruk.”
Jauh sebelum kita mengenal kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan segala macam teori kecerdasan yang berkembang saat ini, budaya dan nilai-nilai religi telah demikian fasih mereka terapkan dalam pengasuhan anak, meski barangkali mereka belum mengenal teori-teori tersebut. Tapi bukankah segala macam teori akan bernilai nol bila tak ada pengamalannya? Sebab ia tak menghasilkan apapun selain tumpukan aksara dan retorika semata.
gambar : dipiti.com
“Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut. Dia suka akan kelembutan. Allah akan memberikan balasan dari kelembutan yang tidak Dia berikan kepada sikap keras dan kasar serta sikap-sikap lainnya.”
BalasHapus“Sesungguhnya berlaku lembut terhadap sesuatu apapun itu akan dianggap elok. Dan merenggut sesuatu dengan kekerasan itu akan dianggap buruk.”
petuah tersebut nampaknya sangat berkesan di hati saya.....karena ternyata saya sadar saya ini adalah orang yang kasar......terimakasih.....salam knal....
Itulah budaya...budaya senantiasa mengajarkan kearifan. kalaupun kita, saat ini, sering curiga terhadap nila2 budaya yg katanya "membodohkan", bagi sya itu karena dampak negatif modernitas yang begitu tak terkendali. Maka pantas, dalam postmodern, rasionalitas absolut dipertanyakan kembali dan peran budaya memliki arti yg begitu penting....
BalasHapusKita bangga dengan sunda kita y teh...
wah terima kasih hadistnya...
BalasHapusdapet satu lagi hadist yang indah.
@ Aditya : salam kenal kembali dan terima kasih sudah mampir
BalasHapus@ Insanitis37 : Muhun, kang
@ Elsa : terima kasih juga, Els
bagus ya kata2 lagunya bimbo... :)
BalasHapusSatu lagi keindahan dari samudera pencerahan. Subhanallah.
BalasHapusWah,untung lagunya ada terjemahnya ya heheh.Bagus sekali kalimatnya sis.
BalasHapusBtw,maaf ya kalau lupa naruk di blogroll ya sis.Terimakasih.
Orang tua tentunya menginginkan yang terbaik untuk anak-2nya.
BalasHapusSemoga saja semua orang tua membaca tulisan ini agar dapat lebih hati-2 lagi dalam membimbing anak-2nya.
Makasih ya mbak... artikelnya bagus sekali.
semga para pemuda semakin sadar betapa pentingnya budaya dan sejarah
BalasHapusSebuah lagu Bimbo yang sarat makna, makasih bu..telah diterjemahkan....
BalasHapushmmm tadinya gak paham ketika baca deretan lagu dengan bahasa aslinya,
BalasHapusYang terbayang malah mantra, abis ada kata "JIMAT".
Ternyata sesuatu ajran nan adiluhung.
Terima kasih telah mengingatkan.
( Lagi marahan ama istri, anak-anak jadi sasaran )
terima kasih atas posting yang mencerahkan hari ini ya mbak annie..
BalasHapusSyair lagunya dalem banget....
BalasHapusDitambah dengan postingan yang mencerahkan, lengkap sudah.
makasih banyak mbak.
@ Aisha : trims kembali, mbak
BalasHapus@ Ari : hehe ... jimat diatas maksudnya bukan ajimat seperti dalam bahasa Indonesia, melainkan sesuatu yang sangat berharga bagi jiwa.
BalasHapusSekarang sudah gak marahan lagi kan? kasian anaknya tuh hehe ...
Geus lain wancina deui
BalasHapushidep hirup dina ngimpi
tibra ngeukeupan impian
Titenan tuh kanyataan
Sebuah syair yang menggugah. Penuh dorongan semangat dan spiritualitas...
Jadi inget wanci budak (waktu kecil). Sayang, budaya yg ditanamkan jaman sekarang sudah jauh berbeda dengan waktu saya kanak-kanak. Nilai-nilai religi menjadi nomor sekian setelah tontonan tv, play station, dan hp.
Dunia...dunia... Mau kemana kau?
lirik lagunya memang benar-benar indah dan penuh makna mbak...
BalasHapusBerbagi ilmu di dunia maya, itu tidak ada salahnya. Mbak Annie kalau nulis bahasanya khas banget. Masing2, punya cara dan ciri tersendiri. Seneng rasanya, bisa kenal sama mbak Anie. Ari teh Anie teh, imahna di mana? hehehe... (pengen ke Sunda juga)
BalasHapusmakasih Mbak pencerahannya....
BalasHapusPencerahannya mantap banget, mengena sekali isinya, banyak kujumpai orangtua bicara terhadap anaknya seenaknya saja tidak menyadari kalau ucapannya itu bisa membentuk jiwa anaknya karena kata-kata yang kita ucapkan merupakan doa! Mari kita mengamalkannya, bicara yang mengandung doa dan yang positif terhadap anak kita dan kesiapa saja! Trim's pencerahannya, ijin copy untuk pribadi!
BalasHapus@ All : terima kasih atas apresiasinya
BalasHapus@ Anazkia : sama, sayapun senangb bisa belajar nulis darimu, An. Hehe ... mau belajar bahasa Sunda? Ayooo
@ Nuansa pena : silakan, Mas. Saya senang kalau tulisan yang masih belajar ini bisa bermanfaat. Terima kasih
Alhamdulillah, dapat pencerahan lagi di sini. hatur nuhun....
BalasHapusselamat sore mba,maaf baru bisa berkunjung...beberapa hari terakhir mood bener2 hilang untuk BW karena net jg lemot bgt mba.
BalasHapusjadi inget jaman kecil dulu dirumah nenek yg kebetulan orang sunda ...
ada yang tau web buat download lagu BALEBAT tersebut ga????? aku pengen mengenang masa kecil ku....
BalasHapus“Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut. Dia suka akan kelembutan. Allah akan memberikan balasan dari kelembutan yang tidak Dia berikan kepada sikap keras dan kasar serta sikap-sikap lainnya.”
BalasHapus“Sesungguhnya berlaku lembut terhadap sesuatu apapun itu akan dianggap elok. Dan merenggut sesuatu dengan kekerasan itu akan dianggap buruk.”
Saya suka hadits di atas...maaf, boleh saya tahu siapa yg meriwayatkan. karena saya ingin mencatutnya dlm sebuah karya saya, tp saya pingin kejelasan sumbernya. trmaksih