
Sedang yang ini award dari Nuansa Pena, disertai tugas menuliskan kata mutiara atau kalam hikmah.

Empat puluh tahun lalu, aku masih kanak-kanak. (keliatan tua amat aku ya …!!) Hujan sore hari sering kupandangi dari balik jendela. Melambai-lambai, lalu segerombolan anak-anak berlarian dalam hujan. Menarik-narik.
Kubuka pintu, jendela rumahku tak bisa kubuka, sebab ia tak berdaun. (daun jendela
Lalu air hujan membasahi mauku, menarik tanganku dalam basah, tiba-tiba saja aku bermandikan hujan bersama anak-anak yang berlari. Teriakan berkawan dengan kaki-kaki kecil yang kegirangan. Aku lupa, bajuku kuyup bersama tawa yang basah. Hujan telah berjabat erat denganku.
Itu dulu …. Berpuluh tahun lalu.
Sore ini, hujan kembali mengetuk jendela. Kali ini jendelaku dapat kusibak, sebab ia memiliki daun. Tapi aku tak bisa melompat dan memeluk hujan, sebab disana aku tak menemukan lagi kaki-kaki kecil milikku dan gerombolan anak-anak. Meski ia tetap melambai dan menarik-narik mauku.
Bisakah aku kembali bertelanjang kaki bersama tarian hujan? Sedang langit tak lagi menurunkan air yang sama. Air yang memiliki wangi awan, air yang tidak menurunkan rasa sakit, …
Aku hanya ingin sekejap saja menari bersama hujan. Seperti dulu
Tapi aku hanya bisa memandangi, sedang anak-anakkupun kularang bermain hujan. Sebab bagiku ia telah berubah.
Hujan itu telah berubah …ataukah tidak? Hujan tak pernah berubah, aku saja yang berubah?
Barangkali karena langit telah menua, demikian pula aku ...
GAMBAR : http://nakjadimande.com/2009/08/13/hujan-dalam-peran-antagonis/
Apakah ada namanya
saat jutaan siluet menggempur kenang antara kembara
dan keterjagaan
ketika batuan mengangkangi mau
sedang angin menyeret dalam turbulensi keheningan
enigma hening
Apakah ada penjelasannya
saat langit terang menurunkan gumpal commulo nimbus
di batas antara keciap ayam dan kepak sayap elang
dan serbuan air menghujani keseimbangan
enigma hujan
seharusnya ada
karena hidup adalah rangkaian sebab akibat
meski tak semua akibat timbul dari sebab yang sama
seharusnya ada
karena hidup perkara menggali
kalau perlu mengebor
kedalaman sekian milyar enigma
apakah ada namanya
bagi setiap keterpasungan dan kelunya jiwa
yang bukan oleh aku
aku berteriak seteriak yang kubisa!
apakah namanya teriakanku?
hanya katarsis
atau sebuah keputusan
yang kutahu
kuharus menerima
meski itu
tak kumau!
Dedicated to Hanifah Nurhasanah
7 Mei 2010