Enam hari sudah saya menjalani salah satu fitrah kewanitaan, yakni menstruasi, sehingga tak dapat menjalani kewajiban saya yang lain seperti shaum dan sholat. Ada sedikit kecewa dalam hati, sungguh sayang melewatkan shaum di bulan ini, yang pahalanya dijanjikan berlipat ganda, yang didalamnya pintu surga terbuka seluas-luasnya. Tapi kemudian saya insyaf, pahala shaum bisa didapat dengan berbagai cara. Menjalani fitrah kewanitaan dengan ikhlas adalah satu diantaranya. Bukankah menstruasi adalah sunatullah? Dan barangsiapa yang mengikuti ketetapanNya dengan sabar dan ikhlas akan dicintaiNya.
Maka, hari-hari tanpa sholat, shaum dan tilawah itu, saya ganti dengan kegiatan lain : membaca dan menulis sambil mendengarkan lantunan tilawah dari compact disc. Membaca apa saja yang akan meningkatkan kesadaran saya akan arti pentingnya sebuah pengabdian, penghambaan dan penyerahan diri utuh penuh pada Sang Pencipta. Membaca hal-hal ringan dalam bentuk tulisan, yang menggugah nurani saya untuk selalu ingat "pulang". Atau apa saja kegiatan harian yang kuhayati dalam koridor ibadah.
Siang itu, sekira pukul 10, datanglah Kang Yayan, sahabat yang biasa mengirim dan menawarkan buku-buku bacaan membawa setumpuk buku yang menggodaku untuk membeli. Diantaranya ada yang berjudul "Bagaimana Jika Malam ini Maut Menjemputmu?" karangan Mulyadi al-Fadhil & Leonardi al-Ghazi dan diterbitkan oleh MQS Publishing. Langsung aku tenggelam dalam lautan kata-katanya, menyengajakan diri agar lebih waspada dan tak lupa diri serta "hubbud dunya" (terlalu cinta dunia).
Ada kisah yang ingin kubagi dengan sobat semua.
Dikisahkan ada seorang pertapa turun dari gunung berkelana melewati beberapa desa. Di desa pertama dia melihat sebuah rumah kosong yang penuh dengan emas. Kemudian iblis menggodanya.
"Ayo, curilah! Itulah yang akan mebuatmu menjadi kaya!"
"Tidak! Sebab rumahku sangat dekat," jawab si pertapa.
Di desa kedua, pertapa itu melihat seorang wanita penghibur sedang duduk di atas sebuah batu sambil tersenyum menggoda. Iblis lalu membujuknya.
"Ayo, dekatilah dia! Itulah yang akan menyenagkan tubuhmu!"
"Tidak, sebab rumahku sangat dekat," jawabnya lagi.
Di desa ketiga, pertapa itu melihat perselisihan antara dua kelompok. Kemudian ia diminta untuk menjadi saksi atas mereka. Iblis kembali menggodanya.
"Ayo, berdustalah! Tidak ada kerugian bagimu kalaupun engkau berdusta atas merea!"
Si pertapa kembali menjawab "Tidak, sebab rumahku sangat dekat!"
Begitu seterusnya, peristiwa serupa terjadi berulang sampai desa ke seratus. Pertapa itu berhasil membuat si iblis heran. Lalu iblis bertanya kepadanya.
"Engkau selalu menolak godaanku dan mengatakan rumahmu sangat dekat. Akan tetapi, aku sudah mengikutimu sampai desa ke seratus dan engkau masih juga berkelana. Sesungguhnya dimanakah rumahmu itu?"
Pertapa itu menjawab.
"Ketahuilah, rumahku adalah kubur dan gerbangnya adalah kematian. Aku katakan bahwa ia sangat dekat karena kutidak pernah tahu kapan aku akan masuk ke dalam rumahku itu. Boleh jadi saat aku berbuat dosa, kematian datang menjemput. Maka, aku selalu ingat pada kematian dan takut untuk mengikuti godaanmu."
Membaca kisah itu, saya diingatkan untuk selalu menjaga hati, lisan dan tindakan agar tak berbelok ke sisi yang keliru. Dan itu bukanlah sesuatu yang mudah, sebab ada banyak ranjau di perjalanan menuju-Nya.
Subhanallah.. Syukron jazakillah sharenya mbak Anni...
BalasHapuscerita yg menguggah hati di minggu pagi ini, Teh...
BalasHapusYa, jika kita mau melakukan sesuatu dgn benar maka kita akan selalu berada dlm lingkaran Kebenaran itu sendiri, dan Allah akan menjaga orang2 yang berada dlm jalan Kebenaran.
terimakasih sdh berbagi cerita ini, Teh..
semoga barokah :)
Subhanallah Mbak,....
BalasHapusMeskipun mbak sementara menjalani fitrah kewanitaannya, tapi masih sempat memberikan kita ssbuah kisah yang sangat mencerahkan.
Makasih yah Mbak..
mutiara kisah di sore hari. Mampir untuk baca2. Ngabuburit he he
BalasHapussalam sobat
BalasHapusiya mba,,saya juga berpikir nich,,,kalau maut menjemput di malam 15 puasa di bulan ramadhan ini,,,belum siap bekalnya ya mba...
Kisah yang sederhana namun kaya makna. Banyak orang yg mau bertobat saja menunggu sampai usia tua dulu. Menyedihkan ya?
BalasHapusMbak Annie, ada award (lagi) buat mbak. Tolong diambil disini ya: http://bukufanda.blogspot.com/2009/09/mengupas-arti-nasionalisme.html
Kisahnya bagus mbak... Makasih udah mengingatkan aku ya...? Semoga aku selalu ingat cerita ini disaat godaan datang... ^_^
BalasHapusRahmat Surur menjawab :
BalasHapusAndaikan itu semata-mata karena khendak-NYA,
akan di tempatkan di sisi-NyA,
atas ridho-NYA,
LA HAUWLA WA LA QUWWATA ILLA BILLAAHIL'ALIYIL 'ADZIM ...
WALLAAHU 'ALAM.
Rahmat Surur, cidatar 6/7, cidatar, cisurupan, garut 44163.