Minggu, 31 Oktober 2010

Tentang ibu, kerudung dan koruptor

Di Simpang Lima, Garut, seorang ibu menggendong putri kecilnya memasuki angkot yang kunaiki. Sambil sibuk meladeni celoteh si kecil yang kutaksir baru berusia antara 2-3 tahun, sang ibu terus pula mengingatkan agar si kecil memakai jilbabnya.

Anak itu memakai busana muslim, tapi kerudung (yang serasi dengan bajunya itu) ia pegang saja. Anak-anak biasa begitu, bukan? Wajah tembamnya memang lucu bila dihiasi jilbab. Kendalanya, anak-anak biasanya tak tahan panas, apalagi bila ia tak betah pake 'asesoris' kepala. Sebenarnya kerudung tak pantas dibilang 'asesoris'.

"Ayo, pakai kerudungnya, Nak." Merdu. Berkali-kali, hingga sampai pada cenderung memaksa.
Tapi anehnya (atau lucunya?) si ibu justru gak pakai kerudung!

Kupikir itulah kesalahan nomor 1 orangtua, yang membuat negeri ini subur dengan koruptor! Anak diberi perintah, bukannya teladan. Susah membuat anak menurut bila apa yang diperintahkan tak dilakukan oleh sang pemberi perintah.
Berbuih mulut hanya akan membuat aroma tak sedap, cenderung busuk, sepanjang apa yang dibuihkan tak memiliki jiwa.

Pemerintah, penguasa, wakil rakyat, apapun sebutannya, dulunya adalah anak-anak. Anak dari orangtua yang memimpikan mereka menjadi orang baik dan benar. Polusi hati membuat mereka menjauh dari hakikat kebenaran, meski mulutnya tak henti bicara tentang kebenaran.

Sederhana saja sebetulnya, semua hanya perlu dilakukan dengan - memulai dari diri sendiri - Ketika para penguasa dan seluruh rakyat sepakat berteriak "Hapus Koruptor", sedang pola asuh, pola hidup dan pola-pola lain keseharian yang dilakukan tak berawal dari kejujuran dan kesetiaan pada kebenaran, semua gempita hanya akan menjadi buih di lautan.

Peristiwa di angkot tadi, menerbangkanku pada negeri khayalan, 20 tahun mendatang. Negeri makmur, hijau dan bebas koruptor karena penguasanya adalah anak-anak masa ini yang dididik dengan cinta dan keteladanan. Bukan sekedar perintah dan 'petunjuk'.

Bukan sekedar keinginan menjadikan anak lebih baik dan lebih shalih dari ibunya (dan setiap orangtua), perintah memakai kerudung (dan semua perintah atau himbauan apapun) adalah setitik noktah yang akan menjadi lingkaran hitam bila tak dibarengi keteladanan. Berbalik menjadi sebuah bumerang yang mematikan.

Maka, mari jadikan anak-anak kita qurrota'ayun dan imam bagi orang-orang yang beriman, dengan teladan dari orangtuanya, agar negeri ini tak menjadi sarang kejahiliyahan modern.

Rabu, 27 Oktober 2010

air akan meluluhlantakkan segala, kecuali cinta kasih dan keikhlasan


jalanan basah. tanah coklat telah menghitam. dedaun terunduk digelayuti hujan. air tumpah ruah menyerbu sore.
aku terduduk di kursi tamu. dengan buku dan lamunan sisa-sisa siang. suara anak-anak mengaji dari surau sebelah timur. ada suara anakku.

hujan sore ini diam-diam meninggalkan pesan. mencelat bersama air dan guruh. bahwa air akan meluluhlantakkan segala, kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

wasior dihanyutkan. mentawai terendam. merapi muntah. air akan melantakkan segala kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

bencana disana. bencana disini. air menggenang jiwa. api merobek hati. lalu kami hujan duka. lewat jalanan yang basah. tanah coklat menghitam. dedaun terunduk digelayuti hujan. air tumpah ruah dan suara anak-anak mengaji di surau sebelah timur. ada suara bergelantungan. bahwa air akan meluluhlantakkan segala. kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

hujan sore ini diam-diam mengirimkan pesan. turun bersama titik air dan suara kodok. bahwa air akan melantakkan segala kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

suara anak-anak mengaji di surau sebelah timur masih nyaring. jalanan masih basah. hujan sudah menua. renta dan ringkih. gemanya tetap sama. air akan meluluhlantakkan segala. kecuali cinta kasih dan keikhlasan.



Selasa, 19 Oktober 2010

ketika sakit, apa sebenarnya yang kaurasa?

Kemarin saya sakit. Itu biasa. Semua orang pasti pernah merasakan sakit, yang ringan, sedang-sedang saja atau bahkan sakit parah.

Lalu, apa yang sebenarnya saya rasakan saat sakit?
Ya ... sakit laaaah, emang ada sakit yang enak?? Sakit adalah keadaan manusia saat berada dalam situasi yang salah. Sakit bisa terjadi pada organ tubuh (jasmani) atau pada tataran rasa (ruhani). Kalau memang begitu, bisa dipastikan tak ada seorangpun di dunia ini yang ingin sakit. Tapi bila kemudian sakit itu sudah menyerang, yang bisa kita lakukan adalah mengobatinya dan sambil menunggu sembuh : menikmatinya.

Ya, nikmatilah rasa sakit itu.

Benar sahabat, sakit bisa jadi nikmat bila kita memandangnya dari sisi lain. Saat sakit, kita bisa merasakan betapa melimpah perhatian dan cinta kasih keluarga. Banyak pula teman dan kerabat yang menengok dan mengirim doa kesembuhan. Dan yang utama ada janji yang diberikan Allah kepada orang yang sakit, yakni ampunan dari dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Jadi, sakit adalah kifarat dosa. Subahanallah ...

Lalu bila demikian halnya, mengapa harus mengeluh saat sakit? Ah, betapa manusia memang selalu berada dalam keadaan keluh kesah.

Saya pernah membaca kisah seorang perempuan tuna netra yang demikian menakjubkan. Ia (perempuan tuna netra itu) tak dapat melihat sejak kecil. Ia besar dalam keadaan gelap dan hanya mengandalkan panca inderanya yang lain selain mata. Kemudian, saat ia sudah besar dan kemajuan teknologi sudah demikian canggihnya, ia diberi kesempatan untuk melakukan pencangkokkan cornea yang memungkinkannya dapat melihat dunia. Namun, ketika tawaran operasi itu diajukan kepadanya, dengan tegas ia menolak.

Jawabnya : "Biarlah saya tetap buta, karena dengan kebutaan ini saya bisa lebih dekat dengan Allah swt, saya tetap dapat bersyukur dengan apa yang saya dapat dan saya rasa dari apa yang telah Ia berikan kepada saya. Bila kemudian saya tak lagi buta, saya takut malah menjadi orang yang durhaka dan kufur akan nikmatNya. Bukannya tidak mungkin saya malah akan berbuat maksiat dengan mata baru saya. Jadi, biarkanlah saya tetap buta ..."

Subhanallah ... Subhanallah ... Subhanallah ...
Betapa besar kecintaan perempuan itu kepada Tuhannya, demikian yakin ia bahwa kebutaaannya adalah bukti Cinta Tuhannya kepadanya, bukan sebaliknya. Betapa ia memelihara prasangka baik terhadap Allah swt, bukan sebaliknya.

Kemarin saya sakit. Sudahkah saya tetap memelihara prasangka baik kepadaNya?
Insya Allah ...
tetapi nampaknya saya belum mampu masuk pada kualitas perempuan tadi.

Hanya baru bisa selalu berdoa : "Ya Allah, jadikan sakitku sebagai kifarat dosa-dosaku. Jadikan sakitku menjadikanku lebih mencintaiMu."

Sabtu, 16 Oktober 2010

aku ingin

aku ingin menemuiMu sejenak saja dalam keadaan benar-benar hadir
tak seperti selama ini
aku ada namun tak hadir

iyakah aku mencintaiMu
bukan semata membutuhkanMu untuk kumintai segala?

aku ingin memastikan segalanya memang demiMu
dalam keadaan benar-benar terjaga
tak seperti selama ini
aku merasa demikian
menurutku semata

aku ingin menemuiMu setiap waktu
bersama kehadiranku