Senin, 31 Agustus 2009

Shaum Kesepuluh : Evaluasi



Sepuluh hari pertama usai terlewati, apa yang telah kulakukan? Sepuluh hari pertama tertinggal di belakang, telah sampai manakah aku? Sepuluh hari pertama, bagaimana shaumku? Maka kutengok kembali hari-hari awal. Benarkah niat itu? Masih luruskah ia?

Apa yang terjadi dengan tilawahku? Seperti apa rupa lisanku? Benarkah ia (lisanku) terbimbing oleh niat shaumku? Bagaimana mata dan telingaku? Sudahkah ia (mata dan telinga) hanya memandang dan mendengar yang baik dan benar semata? Lalu, apa yang terjadi dengan tulisan-tulisanku? Bersuarakah?

Aku terdiam kelu ...

Allahku ...
tetaplah ada bersamaku
agar aku mampu melihat cerminku
untuk menipiskan noda di sekujur tubuh

(Nyatanya untuk menepati target posting setiap hari saja aku luput !! Bongkar Award dari teman-teman saja belum sempat kupenuhi. Duuuh ... )

Minggu, 30 Agustus 2009

Shaum Kesembilan : Tarawih



Shaf itu memanjang
menuju hamparan kelapangan
Memilin lantunan amin para jamaah
hingga ke tepi pelataran langit
Menggapai kemerduan suara hati
yang dikumandangkan Sang Pelantun

Aku tersungkur hingga ke dasar
tersesat di kedalaman tak berujung
hanya aku dan ketaktahuan
meski kucoba tuk mengetahui
nyatanya hanya tiba di batas pengertian dan
keterbatasan pemahaman

Yang coba kufahami
sepersembilan Asmaul Husna
sungguh sebuah kemewahan
serasa kudiistimewakan Waktu
pada perhelatan malam seribu bulan

Betapa ku tertatih
ayat demi ayat
Sedang Ia bersinggasana di ‘Arsy
Kucoba mencari
sesuai janji-Nya
satu hari kelak Ia kan biarkan
ku menemui-Nya

aah …
masukkah aku dalam kategori-Nya?

Sabtu, 29 Agustus 2009

Shaum Kedelapan : IMANEN


IMANEN

Jangan pernah berkata nanti
ketika Tuhanmu memanggil lewat muadzin
sebab bukankah Tuhan tak pernah sempat diminta
ketika engkau membutuhkan udara

Jangan pernah berteriak besok
ketika Nabimu mengumandangkan syahid
sebab bukankah ia selalu setia
membelamu hingga tiba Izrail menjemput

Jangan pernah memasung waktu
ketika hari tak lagi serupa
sebab bukankah ia tak kan pernah ingkar
menuliskan jejak setiap langkah

Jangan lagi pernah memaki waktu
ketika tubuhmu tak lagi mampu mengikuti nafsu
sebab bukankah waktu
kau sendiri yang ekstrapolasi
sejak perjanjian diikrarkan di lauhul mahfudz

Jangan lagi bermain-main
sebab hidup tak sekedar permainan
ia adalah sebuah kepastian
seperti halnya
kematian

15.00

Jumat, 28 Agustus 2009

Shaum Keenam: Menjumput Hikmah Andy's Corner


Ada yang menarik waktu saya menonton tayangan Kick Andy (my fav tv show) episode lama, Laskar Pelangi. Para tamu yang hadir untuk diajak 'ngobrol' ternyata memiliki rambut yang sama-sama keriting, cenderung kribo, persis sama dengan presenternya, Andy F. Noya. Lihatlah rambut Mira Lesmana sang produser, Riri Riza sang sutradara, dan penulis novel Laskar Pelangi Andrea Hirata, sama-sama ikal alias keriting. Belum lagi saat muncul penyanyi Sound Track filmnya, Giring Nidji, keriting pula!

Sungguh sebuah fakta yang menarik, mengingat semua hal yang terjadi di dunia ini tak ada satupun yang bersifat kebetulan, melainkan semua telah tertulis jauh sebelum manusia itu sendiri dilahirkan. Bahkan tak selembarpun daun yang jatuh yang luput dari kehendak Tuhan Yang Mahakuasa.

Lalu apa yang bisa disimpulkan? Bahwa semua orang yang berambut keriting cenderung kribo memiliki keistimewaan? Adakah hubungan antara rambut dan kecerdasan? Rupanya hal itu masih harus dibuktikan lewat penelitian. Buktinya orang-orang yang memiliki gelar profesor dan orang-orang pintar cenderung dekat pada prototype berkepala botak alias miskin rambut akibat terlalu banyak mikir! Benarkah??

Pikiran ngelantur itu tiba-tiba saja datang saat saya memandang sampul buku "Andy's Corner", kemarin. Efek dari merdekanya sebuah pengembaraan fikiran serta luasnya jagat alam bawah sadar, memang seringkali membuat benak tak mampu membendung kilasan-kilasan kejadian yang telah lewat. Berkelebatan bagai kilat memengaruhi kembali kepala dan hati kita saat ini.

Maka, ketika kata demi kata dalam lembaran buku itu saya telan melalui mata dan masuk dalam ribuan informasi yang pernah singgah di memori, saya terkesima pada sebuah konklusi yang kerap tak pernah tergubris, atau sebenarnya disadari namun kerap terabaikan. Yakni bahwa semua rentetan peristiwa masa lalu, saat ini dan akan datang adalah sebuah metamorfosa kehidupan yang telah diatur sedemikian rapi oleh Sang Pengatur, untuk kebaikan, sekali lagi : hanya untuk kebaikan, manusia.
Andy F. Noya, penulisnya, menuliskan semua curahan hatinya saat ia merasa tersisihkan dan terluka, menulis tentang orang-orang yang pernah hadir dalam acaranya, tentang orang-orang yang terinspirasi oleh semangat yang timbul akibat tayangan acara yang diasuhnya. Menuliskan apa saja yang pernah melintas di kehidupan masa lalunya. Ada benci, ada sedih, ada marah, ada penyesalan, ada haru, ada cacian, ada cemoohan, ada semangat, ada perjuangan, semua kata yang nampak miring itu, di tangan Andy menjelma menjadi sebuah rangkaian kalimat yang menggiring kita pada satu kata : Inspiring! senafas dengan acara yang diasuhnya di televisi.

Jelas sekali, Andy berusaha mengajak pembaca untuk memandang segala sesuatu, segala peristiwa, positif atau negatif, melalui mata hati yang jernih. Buku ini juga berfungsi bagaikan album fikiran (Prof.Dr. Komarudin Hidayat). Ada penawar yang diberikan usai membacanya, terlebih bagi mereka yang tengah galau dan tertekan. Perasaan-perasaan menghimpit itu akan segera hilang berganti dengan tumbuhnya semangat hidup. Sedang bagi mereka yang dalam keadaan normal bahkan sedang menggebu-gebunya akan rencana esok, maka hidup akan terasa lebih berwarna dan mendapat suntikan energi.

Dalam bukunya, yang sebagian besar berisi kisah di balik tayangan tacaranya di tv, ada kisah tentang betapa sulitnya ia tumbuh sebagai anak seorang montir mesin tik yang pas-pasan dan ditakdirkan sebagai 'berdarah penjajah' (saat itu segala hal yang berhubungan dengan Belanda masih dianggap aib dan musuh bersama). Jiwanya berontak saat ia merasa ditinggalkan ibunya. Namun kejadian demi kejadian perih dalam hidup membuatnya kuat (memang pada dasarnya ia orang yang berperangai kuat dan keras) serta bertahan pada cita-cita, mengikuti suara hati. Dan akhirnya, seiring kedewasaan dan pemahaman yang berkembang, ia menyadari kekeliruan yang pernah disimpan rapi dalam sudut dendamnya. Ada kisah Sugeng yang meski hanya memiliki satu kaki dan hidup sederhana, tapi mampu membuat kaki palsu murah demi membantu orang yang senasib dengannya tapi tak memiliki dana lebih buat membeli kaki palsu. Ia tak luruh menangisi nasib melainkan bangkit menolong, tak hanya dirinya sendiri, bahkan mampu menginspirasi banyak orang. Ada pula kisah anak-anak yang terkena kanker, kisah Kangen Band yang dicemooh sebagai band kampungan dan mencemarkan aliran musik Indonesia, oleh sebagian kawan musisi, namun di buku ini Andy mengajak pembaca (dan penontonnya) untuk memandangnya, bukan dari sudut logika dan kasat mata, melainkan dari sisi 'ruh'-nya, semangat kemanusiaan, membuka mata hati agar saling menerima dan menghargai perbedaan, membangun kesetiakawanan antarsesama. Juga semangat memaafkan.

Rasanya, di shaum keenam Ramadlan kali ini, saya perlu kembali mengasah kepekaan hati dan jiwa agar semakin peka mengenali dan memahami setiap peristiwa keseharian, yang kecil-kecil, supaya saya mampu menjumput hikmah yang Allah siapkan didalamnya. Bukankah, sekali lagi, seluruh peristiwa di dunia ini tak ada satupun yang kebetulan? Tinta sudah mengering. Semua telah selesai dituliskan! Kitalah yang harus berfikir ...

Kamis, 27 Agustus 2009

Shaum Kelima : Masih Puisi

BETAPA DEKAT IA (II)



Andai aku semut
yang Ia sebut dalam kitabNya
berapa masa kuharus berlari
hingga jiwa lusuh ini menjelma
Semut

Andai aku lebah
yang Ia tulis dalam firmanNya
berapa lama kuharus menghiba
hingga ruh ini menjelma
Lebah

Mereka berserah
sejak penciptaan pertama
utuh penuh
menyimpuh bumi dan jagat raya
Tanpa penafsiran
mereka junjung takdirnya
dalam penyerahan tak bersyarat

Maka padaNya kulafalkan :
Ya Allah, ajari aku berdzikir
Ajari aku bersyukur
Ajari aku beribadah
padaMu

(10 pertama ramadhan)

sumber gambar : www.eyelash.ps

Selasa, 25 Agustus 2009

Shaum Ketiga : Positive Parenting




Setiap kali usai membaca buku-bukunya mas Mohammad Fauzil Adhim, saya kerap dihadapkan pada kotak besar bernama cermin yang memaksa saya untuk melihat diri sendiri, lantas tersentak dan tersadar. Sensasi itu hampir sama dengan usai membaca tulisannya mbak Neno Warisman, meski mereka berdua memiliki cara bertutur yang berbeda.

Kemarin, saya melanjutkan bacaan yang terhenti tentang "Positive Parenting" tulisan mas Fauzil Adhim. Dan kembali saya tercenung tentang betapa selama ini saya belum menjadi ibu yang baik bagi anak-anak. Proses itu terus berjalan, proses menuju perbaikan meski tak ada yang bernama kesempurnaan. Namun bagaimanapun tentu saya ingin menjadi ibu yang tepat bagi anak-anak. Ibu yang dapat mengantarkan mereka ke pintu gerbang kebaikan dan kemanfaatan.

Saya menemukan banyak hikmah di setiap lembar buku ini. Tiba di halaman 51 saya berhenti untuk sekedar bercermin, ibu macam apa saya?
"Hari ini, betapa banyak anak yang rapuh jiwanya, meski berlimpah makananannya. Mereka tumbuh dengan gizi yang lebih dari cukup, tetapi kurang mendapat penguatan dari ibu bapaknya. Mereka jarang memperoleh pengalaman sukses, meski otak mereka cerdas luar biasa. Sebab orangtua mereka sangat pelit memberi penghargaan dan sangat jarang memberi perhatian. Mereka memiliki kaki tangan yang lengkap, tetapi tidak mendapatkan kepercayaan diri yang kuat bahwa mereka terlahir di dunia ini karena ada amanah yang sanggup mereka pikul. Mereka melihat beban, tetapi tidak yakin Allah sudah memberi pundak baginya untuk mennggung."

"Orang-orang besar tidak dilahirkan. Mereka ditempa, diukir dan dipersiapkan oleh pendidikan yang baik. Salah satunya adalah orangtua mereka yang senantiasa menyemangati dengan cinta. Menggerakkan jiwa mereka untuk melakukan kerja besar yang bermakna, bukan menyibukkan diri dengan kekurangan mereka."

Lantas sudah lengkapkah saya isi jiwa mereka dengan tauhid dan keagungan Tuhan? Sebab prestasi menakjubkan tak lagi membahagiakan jika tak disertai dengan keimanan. Tidak sekedar menghafal doa dengan lancar melainkan diiringi pula dengan kesalehan. Sebab menurut mas Fauzil doa-doa yang mereka panjatkan, tak ada artinya bagi kita jika tak disertai kesalehan.

Firman Allah swt di Surah Al-Ra'd ayat 23, tentang surga 'Adn. >"Mereka masuk ke dalamnya bersama mereka yang saleh di antara orangtua mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu"

Lihatlah! Allah swt sudah menciptakan Surga 'Adn untuk kita dan anak-anak kita. Sudah Dia ciptakan pula malaikat-malaikat yang akan masuk dari semua pintu untuk melayani segala yang kita mau. Sudah ia ciptakan semua itu untuk kita dan anak-anak kita yang saleh. Tetapi, sudah salehkah kita sehingga berani berharap anak-anak yang saleh? (hal. 36)

Lihat, mas Fauzil begitu tepat membidikkan kata-kata bagi setiap orangtua yang bermimpi memiliki anak-anak hebat.

Senin, 24 Agustus 2009

Shaum Kedua : Gerakan Mukena Bersih



Bismillaahir rahmaanir rahiim,

Setiap iftitah dalam sholat, doa awal kita adalah memohon dijauhkan dari kesalahan, khilaf dan dosa sebagaimana dijauhkannya Timur dan Barat, mohon dibersihkan jiwa kita laksana bersihnya kain yang putih dari kotoran. Setidaknya minimal lima kali dalam sehari semalam lisan kita menghiba untuk kebersihan dan kesucian jiwa melalui doa iftitah. Rintihan itu mustahil berdampak pada sikap keseharian apabila ia tak diiringi dengan upaya membersihkan diri secara lahir. Siapa sih orangnya yang tak ingin selalu nampak bersih dan rapi? Mendirikan sholat dalam keadaan suci dan memakai pakaian serta mukena atau sarung (bagi pria) selain sebuah kewajiban adalah juga sebuah kenyamanan .

Sayang, banyak orang peduli hanya pada kebersihan diri sendiri, lupa akan sekitar. Banyak orang, termasuk saya, hanya bisa menyayangkan melihat onggokan mukena yang menumpuk di lemari mushola (umum) dalam keadaan kotor, sehingga untuk memakainya pun kita tak 'tega', kalaupun terpaksa memakainya sering tanya mengusik hati, apa iya sholat saya sah kalau mukenanya kotor?
Paling banter saya cuma bisa bilang ke pengurus mushola (itupun kalau kebetulan ketemu) bahwa mukena-nya harus segera dicuci.

Tapi hari ini saya lega. Pagi kedua di bulan harum surga, saya tersentak saat melihat dan mendengar wawancara di layar televisi. Empat orang ibu-ibu cantik berjilbab tengah berbincang tentang sebuah gerakan moral, yang bagi sebagian orang barangkali tidak terpikirkan, yakni meminimalisir mukena-mukena kotor yang kerap kita temui di sejumlah tempat umum (mushola dan masjid). Wah, sungguh sebuah gerakan yang patut didukung...

Saya baru saja mengetahui program mulia bernama Gerakan Mukena Bersih ini, meskipun ternyata sejatinya ia sudah ada sejak tahun 2008 lalu. Setelah berselancar di lautan google, saya menemukan apa dan bagaimana program ini dijalankan. Dengan memohon keikhlasan pengelolanya, www.gerakanmukenabersih.blogspot.com, serta sedikit edit di sana-sini, saya menyajikan ini untuk sobat blogger semua.

Apa sih sebenernya Gerakan Mukena Bersih itu?
GMB adalah sebuah Program Pembelajaran Nilai-Nilai Islami dalam kehidupan nyata sehari-hari dengan memastikan tersedianya mukena yang bersih di tempat ibadah umum (mushola & mesjid).
Sunnah Rasul saw yang berbunyi : "Kebersihan adalah bagian daripada iman", yang mensyari'atkan kebersihan spiritual melalui kebersifan fisik adalah tujuan akhir dari program GMB.
Program yang bersifat nirlaba dan berbasis relawan ini, dirancang sesederhana mungkin sehingga dapat menyentuh berbagai unsur dan kalangan di masyarakat.
Dua (2) kegiatan utama GMB adalah pengadaan mukena (Paket GMB) yang diupayakan dengan berbagai kegiatan penggalangan dana dan pemeliharaan mukena oleh para Relawan Pemelihara.

“Khairun nas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Menjadi seorang yang bermanfaat atau yang berarti bagi manusia adalah sebuah nilai spiritual yang sangat tinggi, karena prinsipnya manusia tidak diciptakan oleh Allah sebagai manusia yang individualis, namun makhluk yang komunal, atau makhluk yang bermasyarakat,” ujar Ustd. Husein Shahab.

Sementara itu, untuk pemeliharaan mukena, Gerakan Mukena Bersih (GMB) melakukan berbagai kegiatan sosialisasi untuk menerima pendaftaran para relawan pemelihara. Sosialisasi GMB dilakukan kapan dan dimana saja di berbagai komunitas di masyarakat seperti di pengajian-pengajian.

Relawan Pemelihara adalah seseorang yang memahami tujuan dan manfaat program GMB secara menyeluruh, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Yang oleh karenanya, berpartisipasi mendukung kegiatan ini dengan memberikan komitmen memelihara mukena yang diamanahkan kepadanya bagi tempat umum di lingkungan terdekatnya (rumah, tempat kerja, kampus, sekolah, pusat perbelanjaan, dll.) dengan tukar cuci secara berkala.
Bagi para pendukungnya, GMB memiliki beberapa dimensi pembelajaran yang meliputi; pencitraan Islam di tanah air, kesungguhan-ketulusan-kedisiplinan dalam mengemban amanah serta kebersamaan dalam belajar kebaikan hidup dunia-akhirat.
Sebagai bentuk tanggung jawab GMB kepada para pendukungnya, GMB didukung oleh support system yang terdiri dari data base, data tracking, pendampingan bagi relawan, evaluasi program maupun berbagai kegiatan komunitas GMB seperti pengajian (tausyiah) dan tour mesjid-mushola.

Bagi saya ini sungguh gerakan yang mulia. Sebab nyatanya masih banyak mukena yang lusuh dan kotor meski ia ada di lemari mushola mall yang mewah.
Ohya, sobat bagi yang mau bergabung ini alamatnya : E-mail : mukenabersih@yahoo.co.id

Sobat blogger, inilah catatan saya hari ini. Mungkin sudah basi bagi sebagian orang, tapi biarlah ... bukankah tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan?

Minggu, 23 Agustus 2009

Ramadhan Pertama : Luruskan Niat


Bismillahir rahmaanir rahiiim,
Ya Allah bantulah aku, mampukan aku ...

Ini hari pertama Ramadhan, dimana semua muslim memulai shaum dengan niat membasuh debu dan noda yang melekat pada kedirian seutuh tubuh, segenap jiwa, selaksa rasa, agar sepanjang 29 atau 30 hari ke depan dapat menjalankan shaum dengan lebih baik dan bermakna daripada Ramadhan tahun lalu. Pun demikian halnya denganku. Ada yang baru dari niat shaumku tahun ini, yaitu keinginan untuk menulis setiap hari. Bukan menulisi buku harian seperti yang selama ini kulakukan. Melainkan, meminjam istilah pak Hernowo, mencoba mengikat makna dari setiap apapun yang melintas di kehidupanku selama setiap 24 jam.

Ingin kutulisi semua hari-hariku di bulan penuh berkah ini dengan catatan kebaikan. Kebaikan seperti apa yang kuharapkan? Akupun masih terus mencari dalam kebingungan. Setiap hari melakukan amal kebaikan, itu sudah pasti kuniatkan. Akan tetapi kemudian menjadi lain bila keseharian yang kualami harus kutulis agar tak terlepas dan memiliki makna bagi evaluasi demi keindahan raportku.

Jujur, niat ini tertulari bagai virus yang kuat menekanku sejak sebulan lalu, usai membaca "Spirit Iqra" yang ditulis oleh Hernowo, penulis buku "Mengubah Sekolah" dan serial "Pak Bill dan Bu Slim" yang begitu produktif menulis dan menerbitkan buku. Melalui tulisan-tulisannya, saya terhipnotis untuk belajar mengikat apapun usai membaca. Selama ini, saya hanya merasa cukup menyimpan saja kesan dan sensasi bacaan di dalam hati. Paling banter, menceritakan kebagusan sebuah buku kepada teman agar sang teman mau membaca juga. That is just it!
Tapi, di Ramadhan kali ini, selain meluruskan niat tuk menjalankan setiap langkah semata ibadah, serta meningkatkan kualitas shaum, saya ingin menuliskan apa yang terlintas di benak dalam rangka memelajari apapun yang Allah takdirkan pada hidup saya.

Bagiku ini berat, sebab tahu sendiri kan, selama ini saya cenderung agak jarang (istilah halus untuk kata malas) menulisi blogku ini.

Karena itu para sobat blogger yang baik, doakan saya ...

Sabtu, 08 Agustus 2009

Dzikrullah Bersama Langit



Tulisan ini pernah saya publish di blog ini beberapa bulan lalu. Tapi, menjelang Ramadhan saya ingin kembali menyajikannya disini. Barangkali tak ada kaitan erat dengan bulan penuh berkah itu, namun begitu saya tetap merasa bersama langit kita dapat merasa lebih dalam masuk ke inti sanubari. Bersama langit ada banyak penemuan. Di atas langit berjuta kembara membawa serta rasa dan rahasia. Menatap langit kita akan menemukan Sang Inti. Entah anda ...


Waktu itu masih di tahun 70-an awal. Setiap senja kami berkumpul di “tepas” rumah, duduk di atas bale-bale bambu sambil memandangi langit. Selalu ada yang baru di atas sana. Hari lalu awan besar menyerupai beruang mengangkangi angkasa, sekarang selaput tipis beriring seperti buih di laut. Dulu ia sempat melebur warna jingga dan membuatku melompat-lompat kegirangan, kini ia mewujud gumpalan lembut berarak ditiup angin sore. Lalu aku hanyut dalam enigma waktu tanpa ruang. Meninggalkan diriku yang bergeming dalam angan masa kecil.

Selalu begitu.
Ada keterkesimaan yang merambat diantara fantasi dan sufistik, saat langit, awan, bintang, bulan, matahari, angkasa, malam, siang, berpadu dengan lanskap alam menyergap titik terdasar benakku.

Seiring usia yang terus mengejar, fantasi itu melebur dalam keterjagaan.
Bersama langit tumbuh keinsyafan, Tuhan tengah melukis hati para pencari. Disana berjuta ayat-ayat Kauniyah terbentang senyata-nyatanya.

“Robbanaa maa khalaqta haadzaa bathilaa”
“Ya Tuhan kami, tidaklah semua ini Engkau ciptakan dengan sia-sia.”


diunggah dari apod.nasa.gov

Bagaimana manusia bisa begitu sombong berjalan di muka bumi ?




“Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit ibarat atap.
Allah menurunkan hujan dari langit. Dengan air hujan itu tumbuh
dan keluarlah buah-buahan rezeki untukmu.
Janganlah kamu adakan bandingan (sekutu) Allah swt dengan yang lain.
Padahal kamu mengetahui.”

QS. Al-Baqarah 22


“Dialah yang telah menjadikan semua yang di muka bumi ini untuk kamu.
Kemudian Dia sengaja menjadikan kejadian angkasa,
lantas diciptakanNya tujuh lapis.
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”

QS. Al-Baqarah 29

Maka tak perlu lagi kata-kata.
Langit telah membungkam sejuta aksara.
Selain kekhusyuan Asmaul Husna.