Senin, 15 Agustus 2011

aku mau setiap hari adalah Ramadhan


aku mau setiap hari adalah Ramadhan
sayang Rasulullah yang mulia tak pernah memperkenankannya
barangkali memang harus selalu ada jeda
bagi setiap perjalanan
menuju-NYA

padahal ruh
tak pernah mengenal kata istirah
selain saat Izrail mencabut

telah tiba dimanakah kini
sang ruh
yang menggeliat gelisah
setiap dentang membuncah waktu

aku mau setiap hari adalah Ramadhan
biar lepas segala keterjagaan
menerbangkan ruh ke Pintu Cahaya
meski oleh sebab debu lekat yang menggelayuti
ragaku tertatih semata
mencari dimanakah Pintu?




Kamis, 11 Agustus 2011

Dalam Renjana Berselimut Khouf dan Roja’

Sudahkah kukabari engkau tentang hatiku hari ini?
barangkali memang tak penting
tapi bukankah berpuluh kitab berkisah tentang cintamu yang lebat
terhadap nasib kami sepeninggalmu,
Wahai “yang lembut hatinya”?

Maka kupastikan
Engkau bersedia mendengar gumamku, lagi
Tentang renjana berkait khouf
Yang menelikung shadr-ku
Hampir setiap masa
Teristimewa di shaum ini
Padamu, wahai Bapak wanita penghulu surga

katanya aku itu pencintamu
katanya setiap saat kusebut engkau, di hatiku, di lisanku, di hadapan anak-anakku
agar merekapun mengenal, mencintai dan merinduimu
Katanya, kataku juga
kuikrarkan semesta ruhku rebah beserta kemuliaanmu
semata menahbiskan diri akulah diantara jutaan pengikutmu

Dalam renjana ku bershalawat
dalam khouf dan roja’ ku mengirim salam
benarkah aku ini terbilah dalam barisanmu kelak?
ataukah kesombonganku jua mengaku-ngaku sahaja?

Duhai Cahaya Swarga
menjelang Izrail menjemput, lisanmu tak henti bergumam
“Ummati … Ummati …”
Kegelisahanmu berabad lampau tentang kami
masih menggema bak gelombang alpha yang terurai
mku masih saja mendekap asa engkau memelukku dan berkata
“engkau ummatku ...”

Ya, aku sungguh takkan sanggup menghirup waktu
andai engkau berpaling
aku bersaksi atasmu
dalam renjana ku bershalawat
dalam khouf dan roja’ ku mengirim salam
mendekap harap engkau sudi menerima salamku
dan mengusap ubun-ubunku

Selasa, 09 Agustus 2011

di hari ke sembilan

Ibarat musafir di padang pasir, rindu mata air.
Ini hari ke 9, apa yang salah dengan diriku, hatiku, niatku, keseluruhan aku? Tergeragap aku di bilah pertama. Artinya aku harus henti sejenak, menatap cermin mengaca jiwa. Ada yang salah di awal shaum, sampai-sampai aku tak lagi menjadi aku yang kemarin ...
ah, iyakah aku merapuh?

Aku buka hanca mushaf, berharap melaluinya Allah tiupkan Cahaya, menembus hingga ke dasar, kemudian membuka keseluruhan isiku, lalu aku mengerti apa yang tengah terjadi. Inginku satu, jawaban.

Juzku mengabariku tentang aku. Allah menuntunku untuk mengenaliku sendiri. Melalui alif ba ta aku faham tentang aku. Tentang kekuatanku, tentang kelemahanku. Dalam beberapa hal ruhku dikuatkan Allah melalui juzku.

Tapi hari ini, di hari ke 9 shaum ini, aku difahamkan, bahwa ini adalah shaum terberat dalam berjihad, mengelola nafsu yang membuncah hampir meledakkan dada. Dalam setiap kesempatan selalu saja ada yang membuat lisanku istighfar, hati koyak dan rasa tak terindera. Bahkan oleh hal yang (biasanya) tak mampu membuatku goyah, kali ini bahkan hampir merusakkan shaumku. Astaghfirullahal'adzim ....

Kini terdiam aku, sementara mushaf terbuka dalam bacaan tartil yang hening. Biasanya hal tersebut membuka luas jendela jiwa, melapangkan shadr serta memberi luang pada qalbu, lalu mengalirlah sungai kejernihan. Allah telah menurunkan Nur-nya.

Kini, aku tertatih kembali, terus-menerus meluruskan niat, dalam setiap helaan nafas. Ternyata memang melawan diri sendiri sungguh sebuah perjuangan terberat, jalan terjal yang membutuhkan semangat membara tiada henti, melawan bisikan dan terjangan syaiton yang tak lelah menelusup hingga ke pori-pori iman.

Aku tahu Engkau tengah membelaiku, agar aku meniti tangga ke kemuliaan. Itupun bila aku mampu dengan benar melewatinya. Ya Allah, mampukan hamba ...

Ya Allah, masukkan hamba pada golongan orang-orang yang Kau naungi pada hari dimana tak ada lagi naungan selain naunganMu. Lindungi hamba, kuatkanlah hamba dan masukkan hamba pada golongan orang-orang yang beruntung. Aamiiin