Jumat, 24 Juli 2009

Melalui "Di Jamuan Cintamu di Arafah" Kita Berpelukan

Sore lepas asar, saat keringat belum mengering sepulang kerja, suamiku menyodorkan bungkusan kecil berbentuk segi empat. Hatiku terlonjak, girang sungguh ! Seolah ada magnet yang menempelkanku pada slide ingatan puluhan tahun silam melalui sampul coklat itu, kiriman yang selama ini aku tunggu-tunggu.

Kutatap tulisan yang tertera di sampul dengan binar mata yang sulit kusembunyikan. Ada namaku di sana, ada nama sahabat lamaku sebagai pengirimnya, dalam bentuk huruf yang dulu begitu akrab. Tulisan itu. Ya, bentuk tulisan yang tercantum itu, masih tetap seperti puluhan tahun silam, saat kami masih saling berkorespondensi. Aku mendekapnya bahagia, seolah dialah wujud nyata sahabatku.

Hati-hati kurobek pinggiran sampul coklat itu. Buku yang selama ini kucari-cari. Sekedar cerita saja, perjalanan mencari buku ini lumayan panjang. Saat berlibur ke Bandung, saya pergi ke Palasari (sebuah pusat penjualan buku besar). Hampir sepanjang toko-toko yang berjajar kusinggahi, buku yang dimaksud tak kutemui. Sambil bertanya dalam hati : kok bisa gak ada, ya ? Di lain kesempatan, saat kembali ke Bandung, aku kembali mengunjungi toko buku. Jawabannya : buku habis! Lalu, saat aku kembali ke Garut, kuputuskan untuk memesan saja buku itu kepada Akang penjual buku langgananku. Kusebutkan judul, nama pengarang dan penerbitnya. Sampai tiga kali pertemuan, buku itu tak juga hadir di hadapan. Akhirnya, beberapa bulan kemudian ketika liburan sekolah aku kembali ke Bandung, aku memutuskan mencarinya di Gramedia. Jawabannya sama : buku habis!

Setengah putus asa, sambil terduduk di kursi baca di antara rak-rak buku agama, ku - sms Rita, sahabat lamaku, yang juga penulis buku yang selama ini kucari. "Duuuh Rita, bukumu laku, ya. Aku belum dapet aja nih ? Di Gramedia habis." Keluhku mungkin mengusik lembutnya hati sahabatku, atau barangkali aku aja yang keterlaluan mengeluh kok ya ke penulisnya, gitu! Tiba-tiba saja sms ku dijawabnya dengan janji akan mengirimkan bukunya (yang kebetulan masih dia simpan 1 eksp, yang sedianya akan dia berikan buat pembimbing thesisnya) untukku. Serta smsku akan di forward ke penerbitnya agar segera cetak ulang. Tentu saja aku senang dan setengah kaget (karena memang bukan itu tujuanku meng-sms, maksudnya sekedar curhat aja), setengah tak percaya, dan ujungnya syukur (ya, rasa syukur, apapun inilah bentuk kasih sayang Allah melalui benang halus yang disebut persahabatan). Terima kasih, Ya Allah. Terima kasih Rita.

Inilah buku yang kucari itu :


Judulnya "Di Jamuan Cinta-Mu di Arafah". Sebuah memoar perjalanan haji yang bertabur hikmah. Ratna Januarita (yang saya sebut Rita), penulisnya, mengajak pembacanya untuk menjadikan seluruh waktu, setiap hari adalah haji dan setiap tempat adalah Arafah-Muzdalifah-Mina-Haramain. Dan tahukah anda, membaca buku itu sungguh melejitkan ruh kita terbang bersama harapan dan doa yang tiba-tiba saja menggempur tak terbendung untuk segera melangkah mendekati-Nya. Sungguh. Buku ini mengajak untuk menggenapkan harapan menjadi niat. Buku ini memang memoar haji, tapi sejatinya isinya berkisah tentang pasang surut kehidupan yang mengajarkan arti sabar dan ikhlas, perjuangan meraih Cinta, jatuh bangunnya seorang hamba yang berusaha menjumput hikmah dari setiap peristiwa yang dibebankan padanya serta kerelaan berkorban sebagai bentuk penyerahan diri utuh penuh pada kehendak Yang Mahahidup.

Sungguh. Membaca setiap katanya mengantarkan hati ini pada kesadaran bahwa betapa kecil, lemah, naif, bodoh dan betapa dungu serta sombongnya saya selama ini. Saking yakinnya bahwa Rahman Rahim Allah lebih luas dari murkaNya, maka dengan ringan kerapkali saya melakukan tindakan bodoh yang justru menodai ibadah dan penyerahan diri yang telah ditegakkan. Saya telah alpa menjumput hikmah serta mengais inti dari setiap ritual ibadah yang saya kerjakan. Tak semuanya memang, namun tetap saja meninggalkan sesal yang menyakitkan. Astaghfirullahah 'adzim ...
Usai membacanya, ingin kupanjangkan sujud-sujud malam yang kemarin bolong di sana-sini. Ingin kuberanikan diri memperbaharui janji pada Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati untuk lebih bersegera menyongsong Cahaya yang karena butanya mata hatiku hanya nampak samar-samar atau bahkan tak kentara sama sekali. Ingin kubasuh segala noda dan dosaku dengan lisan yang hanya melafalkan kebenaranNya.
Ya Allah, mampukan aku ...

Di halaman 210 kutemukan doa yang kuaminkan dalam hati :
Ya Ilahi, janganlah Engkau biarkan aibku terbuka sehingga akan mempermalukanku. Andai ruhku jauh lebih buruk dari jasmaniku, baguskanlah ia dengan Kesempurnaan Milik-Mu semata. Sekalipun aku pantas menerima murka-Mu, lindungi saja aku hanya dengan Kasih Sayang-Mu.
Kembalikanlah hakikat diriku kelak ke haribaan-Mu dalam wujud suci seperti ketika Engkau hadirkan aku ke dunia.
Akankah Engkau biarkan makhluk lemah-Mu ni berubah wujud kelak setelah ia dengan ketertatihannya menghampiri-Mu dan meluruhkan sujudnya demi memohon pengampunan dan perlindungan-Mu? Sedangkan ia begitu meyakini-Mu, bahwa Engkaulah satu-satunya tempat Yang Maha Cepat Ridha dan Ampunan-Nya.
Inilah aku, hamba-Mu, bergegas masuk ke dalam benteng-Mu yang tidak akan pernah hancur. Terimalah aku, ya Rabb ...
Amiiin...

Dan tiba-tiba saja saya merasa dipeluk hangat kedua tangan Rita, dan sayapun balik memeluknya. Kami berpelukan seperti saat kami masih sama-sama sekolah SD di Bandung, seperti saat pelukan kami terurai lewat berlembar-lembar surat yang tersambung antara Bandung-Jakarta selepas SD dan kami berpisah kota, atau seperti saat ia pindah ke Lampung dan kami masih saja merajut cerita lewat kertas-kertas berperangko, dahulu, berpuluh tahun lalu (masa SMP hingga awal SMA). Sekarang, Allah yang Maha Mempersatukan, menghubungkan kembali pertautan itu lewat sebuah buku berisi curhatnya yang mengharu-biru.

Maka seperti doa yang ia tulis di halaman pertama bukunya : Untuk sahabat lama : annie rosetyani "Semoga Allah SWT menyegerakan undangan-Nya untuk menghadiri Perjamuan Cinta-Nya di Arafah, dan senantiasa mengundang ke perjamuan2 lain-Nya di manapun." Saya tak lagi menyimpan harapan menuju-Nya sebagai sekedar harapan, melainkan telah melafadzkannya sebagai niat dan mendawamkan doa-doa. Insya Allah, Allah Yang Maha Mengabulkan berkenan mengundang kelak ke perhelatan akbar di Arafah.

Bismillahira rahmaanir rahiim
Ya Allah, berilah aku rezeki berhaji ke Baitullah Al-Haram, pada tahun ini dan tiap tahun, selama hidupku, dalam kemudahan, sehat wal afiyat dan lapang rezeki. Janganlah Engkau luputkan aku berziarah ke tempat2 yang mulia dan tempat2 bersejarah yang penting serta berziarah ke kubur Nabi-Mu saw dan keluarganya, serta limpahkanlah kepadaku memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat. Ya Allah sungguh aku mohon kepada-Mu agar qadha dan qadar yang Engkau pastikan pada lailatul qadar tidak tertolak lagi dan tidak terganti lagi, yaitu ketetapan berhaji ke Baitullah Al-Haram, dengan haji yang mabrur dan sa'i yang diterima, dosa-dosa yang diampuni, kesalahan-kesalahan yang dihapuskan. Jadikanlah dalam qadha dan qadar berupa umur yang panjang, rezeki yang lapang, amanat yang tertunaikan dan hutang yang lunas. Terimalah doaku ya Allah Tuhan Semesta Alam.
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa aali Muhammad
Alhamdulillahirabbil 'alamin.