Selasa, 24 Desember 2013

Singgah di Bumi Batara Adventure Camp Garut

Water adventure?
Wiiih ... banyak orang yang tak akan nolak bila ditawari berlibur di wahana air. Sekarang memang banyak tempat berlibur yang menyediakan fasilitas wahana air buatan. Tapi yang ingin saya bagi adalah water adventure, alamii, say ...! Apalagi yang suka tantangan.
Nah, di Garut ada lho tempat asik buat main di sungai. Ada rafting alias arung jeram, painball, outbond, susur sungai, plus penginapan bila full day tak cukup membuatmu puas hehe ...

Bumi Batara adalah sebuah tempat bagi para penyuka arung jeram dan sebangsanya. Terletak di Kampung Batara Desa Sukarame Kecamatan Bayongbong Garut. Sekitar 40 km dari Tol Cileunyi, atau 13 km (+/- 20 menit) dari Cipanas Garut. Lokasinya di pinggir Sungai Cimanuk.

Tapi karena titik start saya bukan dari Cipanas, melainkan dari Kampung Somong Kecamatan Samarang, yang secara geografis bersebelahan dengan Kecamatan Bayongbong, maka jalur yang saya lewati adalah dari arah yang berlawanan,  Jarak tempuhnya lebih dekat, sekitar 10 menit saja.



Ketika tiba di lokasi, keadaan sepi sekali. Menurut pengelola yang ada di sana, kemarin baru saja ditingalkan para peserta Adventure Camp dari Jakarta yang sudah berpetualang selama 4 hari di sana.   Nah, beginilah ketika saya tiba ...



Hanya sisa-sisa nya saja. Kebayang deh kalo lagi rame. Pasti seru ...!

Jadi, yaaa ... kita foto-foto aja yuk
 
 jembatan gantung dari kayu ini lumayan bikin ngeper kaki deh

Tuuuh  lihat ... tinggi kan?


 Jadi ... main airnya nanggung hehe

Sebetulnya, ada banyak  petualangan yang bisa dilakukan di Bumi Batara ini. Berbagai paket yang ditawarkan, yaitu :
1. Fun Rafting (Anak2 Rp.50.000,-/anak & Dewasa Rp.75.000/org ) 1Km
2. Full Rafting (dewasa 12 km 3 jam grade 3) Rp.250.000/ orang, bila dengan menginap (plus fasilitas
    3x   makan) Rp. 300.000/orang
3. Paintball :  harga paket Rp.100.000/orang minimal 10 orang
4.  High Rope dan Flyang Fox :  Untuk anak dan dewasa  Harga Rp.50.000,-/ orang
5. Outbond anak
6. Family Gathering
7. Susur Sungai

Selengkapnya bisa dilihat di web Bumi Batara Garut

Nampaknya para pelanggan kebanyakan dari corporate
Naaah ... untuk melengkapi bayangan keseruan yang bakal dialami bila kita ke sana dengan teman corporate atau family, ini saya pilihkan beberapa gambar yang saya ambil dari web Bumi Batara Garut



Bandingkan dengan foto saya tadi



 Segitu saja informasi jalan-jalan saya hari Minggu kemarin. Yang mau main mangga silakan ...
Sekedar jalan-jalan juga boleh, tapi harus bawa makanan yaa, sebab disana gak ada yang jualan.




Minggu, 22 Desember 2013

Surat Kecil Untuk Mamah

Entah harus kumulai dari mana, ketika  'IBU' harus dibahasakan. Selalu hilang kalimat, kelu lidah, oleh sebab terlalu besar membuat sebuah tulisan tentangnya. Ia tak kan bisa selesai. Terlampau besar pengkhidmatannya, setara air susu yang dialirkan pada nadi anak-anaknya.

Tapi, malam ini aku mulai menata satu per satu, rangkaian cinta yang deras mengucuri darahku sedari masih di rimba amnion. Duhai ... betapa halus cinta yang Tuhan titipkan pada makhluk mulia bergelar : ibu.
Izinkan aku menuliskan serba sedikit tentangnya. Sebuah surat kecil untuk ibu yang kupanggil : Mamah.

Bismillahir rahmaanir rahiim

mamah ...
engkau adalah kembang
yang aku tak pernah menanam
namun tiba-tiba tumbuh dalam diri
semerbak 

Mamah ingat puisi itu?
Benar, itu puisi lama yang kutulis saat aku masih SMP. Aku tak mampu menuliskan lebih indah dari keindahanmu mencintaiku.  Sehebat apapun aku berusaha mencari kata untukmu, penaku lumpuh karena rindu. Sebesar aku merindumu, sebesar aku merasa betapa sedikit yang telah kulakukan untuk bahagiakanmu.

Mah,
masih kuingat ketika kali pertama engkau mengajariku menulis sepucuk surat. Dengan lembut kau tuntun aku mengeja bahasa salam, membuat sapaan terlebih dahulu dengan menanyakan kabar dan kesehatan, lalu mengabari keadaan kita, setelah itu barulah berkisah tentang apa saja, dan menyampaikan maksud berkirim surat, jangan lupa untuk menutup surat dengan doa untuknya. Saat itu aku baru saja duduk di bangku kelas 1 SD dan baru belajar menulis. Tapi, sungguh, ketekunanmu mengajariku, membuatku rajin menulis surat untuk bapa yang tinggal jauh. Dan bukan hanya itu, melalui kegiatan itu, kau sesungguhnya tengah mengenalkanku pada sikap menerima dengan baik apapun keadaan yang tengah dihadapi.

Ada banyak pelajaran hidup yang engkau berikan tanpa engkau harus berpanjang kata menerangkannya padaku, Mah. Sebab, perilaku dan keteguhanmu dalam menjalani semuanya lebih kuat membekas dalam hatiku. Tersimpan rapi untuk kujadikan mutiara jiwa, bekal untukku membesarkan anak-anak yang dititipkan Allah melalui rahimku. Mutiaramu benar-benar membantuku dalam membesarkan mereka. Sebab aku ingin mereka tumbuh seperti aku dulu, seperti engkau mengasuhku, dalam lingkar cinta yang sederhana dan bahasa kasih. Tak pernah ada nada tinggi keluar dari lisanmu, tak pernah lahir bahasa lumpur dari bibirmu. Betapa semua ajaran junjungan kita Rasulullah saw senantiasa menjadi teladanmu dalam berperilaku dan membesarkan kami.

Dalam kelembutanmu, entah sudah berapa ribu kali kau jadikan pundakmu sebagai tempat rebahnya air mata dan keluhku. Berapa malam kau langitkan doa-doa, ketika aku lelap dalam mimpi. Meski dalam letih kau tetap sedia menyediakan tangan untuk mengelus kakiku saat kumengeluh cape. Entah harus bagaimana kutebus rasa cemas, sedih dan gulanamu saat menjejeri langkah remajaku yang kerap meresahkanmu. Tak terbilang peluh telah kau kucurkan dalam menyertai pertumbuhanku hingga aku setua ini.

Hari ini, Mamah ...
Meski dengan sederhana, aku ingin mengabarkan betapa pengkhidmatanmu kepada seluruh anak-anakmu, telah mengantarkan kami pada kehidupan yang semoga Allah ridloi. Sebab, kutahu bukan kemewahan yang kau harapkan dari kehidupan rumah tangga kami semua, melainkan sakinah yang bertahtakan Cinta Allah. Meski kami masih tertatih menujuNya, aku tahu lisanmu tak pernah kering berdzikir bagi keteguhan kami berada dalam alur jalanNya.

Hari ini, Mamah ...
Meski dengan sederhana, aku ingin berkata, betapa aku mencintaimu. Cinta sepenuh bumi yang kau berikan tak kan mampu kubalaskan, sebab itu tak mungkin. Air susu yang telah kau beri, tak mungkin bisa kutukar meski dengan seluruh darahku. Maafkan aku ...

Selamat Hari ibu, Mah ...
aku mencintaimu

Allahummagh firli waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaani shoghiro
Ya Allah, ampunilah dosaku serta ampunilah dosa kedua orangtuaku, dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku sejak kecil
Aamiiin ... 


Sabtu, 21 Desember 2013

bukan SAMEN, tapi ...

Kata "samen" biasa dikenal dalam budaya Sunda. Samen artinya adalah perayaan kenaikan kelas atau kelulusan di sekolah. Jadi, Samen biasanya dilakukan pada tutup tahun ajaran. Ada juga istilah samen dengan cara baca yang sama (e pepet) dalam bahasa Jerman yang artinya benih atau bibit. Sudah pasti, obrolan kali ini bukan samen yang versi Jerman hehe ... Tapi tentang pembagian rapot di sekolah bungsuku.

Berarti pembagian rapot kali ini bukan termasuk samen, dong hehe ... Tapi, biarlah, toh gempitanya gak jauh beda dengan samen (maksa). Disana ada panggung, pengumuman-pengumuman, kemeriahan serta pembagian hadiah bagi anak-anak yang berprestasi.

Di SDIT Persis Tarogong Garut, tempat Cici sekolah, prestasi anak-anak tidak hanya diukur dari sisi akademiknya semata. Anak-anak yang memiliki kelebihan lain juga dihargai. Maka di setiap hari pembagian rapot, selain pengumuman para pemenang lomba (PORAK),  terlebih dahulu ada juga pengumuman 5 kategori terbaik dari setiap jenjang kelas. Kategori tersebut didapat dari hasil penilaian prestasi anak selama 1 semester.

Kategori itu meliputi :
1. Siswa dengan nilai tertinggi
2. Siswa yang teraktif belajar 
3. Siswa yang menulis paling rapi
4. Siswa terfasih membaca Al-qur'an
5. Siswa terdisiplin dalam belajar

Nah, mereka itu dipilih dari setiap kelas. Dinilai oleh wali kelasnya masing-masing. 

Pemberian penghargaan kepada anak dengan kategori tersebut tentu saja melegakan bagi orangtua, sebab setiap anak memiliki peluang yang sama untuk menjadi yang terbaik tanpa dihantui oleh angka-angka hasil belajar. Bisa dimengerti, setiap anak memiliki kemampuan yang beragam, dan di sini kemampuan mereka dihargai.Kelebihan apapun ...

Cici, si kucritku, Alhamdulillah ... sejak kelas satu selalu mendapat hadiah dari kategori yang berbeda setiap tahun. Bila dihitung, dalam setahun 2 kali ia mendapat bingkisan. Tapi, dua kali pula ia absen gak dapat apa-apa, waktu kelas 5. Sekarang di kelas 6 kembali Cici mendapat bingkisan.

Ini dia :

 

Bila di zoom ini kategorinya :


Cici memang cerewet dan gak bisa diam. Di kelas ia banyak bertanya, dan sering kebagian tugas tambahan.
Ini tentu saja tak bisa lepas dari bimbingan ibu guru wali kelasnya di sekolah. Terimakasih, bu Yuni ...

Seminggu sebelumnya, Cici dan kawan-kawan sibuk menyelenggarakan bazzaar. Anak-anak kelas 6 itu membuka stand dengan aneka makanan yang ditawarkan. Cici bersama teman-temannya menjual menu yang lumayan beragam untuk anak usia SD. yaitu :
1. Baso aci
2. Mie dog
3. Sosis Bakar
4. Pop Ice
5. Ice Cream
6. Basreng alias Bakso goreng
7. Seblak ceker (yang ini khusus buatan ibu guru wali kelas)


Ini anak-anak kelas 6D SDIT Persis Tarogong.

Wih ... kebayang gak kalo yang menyiapkan semuanya adalah kumpulan anak2 SD? Dari mulai belanja bahan, menyiapkan alat-alat masak, melayani konsumen sampai beres-beres. Hebat, gak tuh?? Dari sekolah mereka diberi modal sebesar Rp. 200.000,- yang harus dikembalikan ketika bazzaar salesai, istilahnya dana talangan, gitu. Anak-anak, dengan bimbingan wali kelas diajari tentang ilmu kewirausahaan. Kereen ... !
Ibu-ibunya hanya membantu doa dan menyiapkan alat masak dari rumah sampe sekolah. Selanjutnya mah bagaimana anak-anak sajaahh ... Sebagai orangtua, saya juga salut sama bapak ibu guru wali kelasnya yang, pastinya riweuh, mengarahkan anak-anak.

Bu Yuni dan pa Rifan memang oke. Jempol, deh!

4 hari mereka berdagang. Hasilnya ... alhamdulillah, ternyata ketika diberi kepercayaan dan keleluasaan, anak-anak itu mampu membuktikan bahwa mereka bisa!!
Sssstt ... untungnya lumayan, lhoo

Horeee ....

Alhamdulillahirabbil'alamiin, ini memang bukan SAMEN, tapi prestasi mereka patut dirayakan bukan?
Sayang, tadi saya lupa bawa kamera. Kemeriahannya jadi gak terekam dalam gambar, deh ...

Oke, segitu saja laporan saya hari ini.
Selamat berlibur ...


Minggu, 15 Desember 2013

PAKTA INTEGRITAS. Ketika Kejujuran Dipertanyakan (Upaya Menekan Penyelewengan)

Mendengar istilah baru seperti WBK dan WBBM. Apa pula itu ya?
Yang pasti bukan singkatan dari Warung Blogger Kita atau  Wios Bade Bobo Mah hehe ... (mengarang bebas bas baaas...) 

Mau tahu? Atau sudah tahu ...?
Biarlah, saya kasih tahu buat yang belum tahu saja.
WBK adalah singkatan dari Wilayah Bebas Korupsi. Wow ..!
dan WBBM adalah Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani. Kereenn ...!
 
Minggu, 15 Desember 2013, ya hari ini. Tepatnya tadi pukul 09.00 PNS di kalangan Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Garut menandatangani Pakta Integritas, sebangsa ikrar untuk tidak melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan segala jenis apapun yang tergolong pada gratifikasi dan penerimaan dana tak jelas bagi seorang PNS. Penandatanganan ini disandingkan dengan sosialisasi Zona Integritas, diantaranya penjelasan tentang WBK dan WBBM tadi. Tujuannya tentu saja dapat diterka dengan mudah, agar seluruh pegawai negeri tak terlibat tindakan korupsi dan bersedia melayani tanpa pandang bulu, tanpa perlu berbelit-belit dan salam tempel hanya untuk menandatangani ijazah, misalnya. (emang ada ya, yang seperti itu??) 

Penandatangan ini adalah rangkaian dari upaya jajaran Kementerian Agama RI, setelah pada tanggal 9 Desember lalu pejabat Setjen dan Irjen Depag,  pejabat di jajaran Litbang dan Diklat Kementerian Agama menandatangani Pakta Integritas pernyataan bersedia secara pro aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan KKN, dan tidak melibatkan diri pada perbuatan tercela. Ini sebagai langkah lanjut hasil Rakernas Kemenag tahun 2007.

foto ini hasil jepretan temanku, bu Dicha Sagita
 (tengkyuuuu ...mhuah )

Ketika peringatan Hari Antikorupsi Sedunia, 9 Desember 2013, di hampir seluruh Indonesia terjadi gerakan berantas korupsi melalui ikrar para pejabat publik.  Meskipun seharusnya antikorupsi itu sudah mendarah daging di jantung setiap pegawai, tetapi pada kenyataannya negeri ini kolaps oleh para koruptor yang katanya adalah pegawai terbaik di bidangnya (seharusnya itu kan yang jadi kriteria ketika seseorang diangkat sebagai pejabat? terbaik kredibilitas dan akhlaknya), sehingga perlu dibuat Pakta Integritas segala.

Pakta Integritas itu memuat 7 point, diantaranya :
- berperan aktif dalam pencegahan KKN dan tidak melibatkan diri dalam perbuatan tercela,
   transparan, jujur, obyektif, akuntabel dalam melaksanakan tugas
- tidak meminta atau menerima pemberian secara langsung atau tidak langsung berupa suap, hadiah, 
   bantuan atau bentuk lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
- menyampaikan informasi penyimpangan
- siap menghadapi konsukuensi bila melakukan hal-hal tersebut


Tak bisa dimungkiri, penandatanganan Pakta ini lahir ketika penyimpangan dan pelanggaran ikrar terjadi dimana-mana, di setiap lini. Orang, atau instansi atau lembaga atau pemerintah merasa perlu menyegarkan kembali ingatan jajarannya untuk berkomitmen. Memaksa untuk berikrar. Meskipun pada hakikatnya semua kembali pada  masing-masing diri.
 
Ya, pada dasarnya sebuah Pakta dibuat karena salah satu pihak merasa perlu membuat perjanjian hitam di atas putih (sebagai bukti hukum) agar tidak terjadi pelanggaran janji. Zaman dulu, tak pernah ada tuh yang namanya Pakta Integritas, karena semua pegawai bekerja jujur, tak neko-neko apalagi korupsi. Ketika komitmen  tak diragukan, maka tak perlu lagi penandatanganan pakta-paktaan, toh ikrar pegawai telah diucapkan ketika mereka diterima sebagai CPNS, di awal   bertugas.



Efektif kah seremonial penandatanganan ini dalam upaya pemberantasan korupsi?
Maaf, kalau saya ragu ...
Tanda tangan atau tidak, kalau seseorang tak lagi mengedepankan aturan Allah dan RasulNya dalam kehidupan bekerja dan bermasyarakat, maka apalah artinya selembar surat pernyataan  bernama PAKTA INTEGRITAS. Tapi sebaliknya, tanda tangan  atau tidak, bila seseorang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kejujuran dan nilai-nilai ketuhanan, maka dalam segala hal ia akan memuliakan pekerjaan dan semua perilakunya dalam berkegiatan.

Tapi tentu saja, sebagai seorang pegawai yang baik, atau bahkan sebagai seorang manusia, kita harus mengapresiasi upaya pemerintah, sekecil apapun, untuk menekan tumbuhnya korupsi yang menggerogoti negeri ini. Dan Pakta Integritas adalah salah satunya.

Jadi ingat firman Allah dalam Al-qur'an yang mengharuskan manusia untuk selalu menuliskan apapun yang berbentuk perjanjian dan atau jual beli. Memang ayat tersebut adalah tentang menuliskan transaksi yang tidak tunai, tapi menurut pengamatan saya yang tuna ilmu, rasanya bisa juga diterapkan pada perlunya menuliskan segala hal yang berkaitan dengan perjanjian dan administrasi, apapun bidangnya. 

Sebab ini adalah ayat tentang pentingnya beradministrasi dalam kehidupan.

Di ayat terpanjang dalam Al-qur'an, yakni Al-baqarah 282, Allah berfirman : 

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menjalankan sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberikan tempo sehingga ke suatu masa yang tertentu, maka hendaklah kamu menulis (hutang dan masa bayarannya) itu. Dan hendaklah ada seorang penulis di antara kamu yang menulisnya dengan adil (benar). Dan janganlah seseorang penulis enggan menulis sebagaimana Allah telah mengajarkannya. Oleh karena itu, hendaklah ia menulis dan hendaklah orang yang berhutang itu merencanakan (isi surat hutang itu dengan jelas). Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangkan sesuatu pun dari hutangnya itu. Kemudian jika orang yang berhutang itu bodoh atau lemah atau ia sendiri tidak dapat hendak merencanakan (isi surat itu), maka hendaklah direncanakan oleh walinya dengan adil (benar); dan hendaklah kamu mengadakan dua orang saksi lelaki dari kalangan kamu. Kemudian kalau tidak ada saksi dua orang lelaki, maka bolehlah, seorang lelaki dan dua orang perempuan dari orang-orang yang kamu persetujui menjadi saksi, supaya jika yang seorang lupa dari saksi-saksi perempuan yang berdua itu maka dapat diingatkan oleh yang seorang lagi. Dan janganlah saksi-saksi itu enggan apabila mereka dipanggil menjadi saksi. Dan janganlah kamu jemu menulis perkara hutang yang bertempoh masanya itu, sama ada kecil atau besar jumlahnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih membetulkan (menguatkan) keterangan saksi, dan juga lebih hampir kepada tidak menimbulkan keraguan kamu. Kecuali perkara itu mengenai perniagaan tunai yang kamu edarkan sesama sendiri, maka tiadalah salah jika kamu tidak menulisnya. Dan adakanlah saksi apabila kamu berjual beli. Dan jangalah mana-mana jurutulis dan saksi itu disusahkan. Dan kalau kamu melakukan (apa yang dilarang itu), maka sesungguhnya yang demikian adalah perbuatan fasik yang ada pada kamu . Oleh itu hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah; dan (ingatlah), Allah (dengan keterangan ini) mengajar kamu; dan Allah sentiasa Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
   
   Mahabenar Allah dengan segala firmanNya

Ketika seseorang menjadi pegawai, sejatinya ia tengah melakukan transaksi, antara pekerja dan pemberi pekerjaan. Ada barang atau jasa yang diserahterimakan. Mekanismenya bisa sederhana bisa tidak. Ibarat pasar, pegawai dan pemerintah berada dalam lingkup pasar yang sangat besar, didalamnya terdapat massa yang dilayani. Dan transaksi yang terjadi berada dalam jangka waktu yang sangat lama, bisa ada banyak kejadian  dalam perjalanannya, sehingga rentan terjadi penyimpangan, sengaja ataupun tidak.

Maka dalam upaya pembenahan di segala bidang, adanya ikrar yang tertulis menjadi sesuatu yang bisa diterima bahkan sangat dianjurkan, agar ikrar itu dapat dipertanggungjawabkan secara administratif. Pakta Integritas adalah salah satu dari upaya tersebut.
Lepas dari efektif atau tidak, setiap upaya perlu diapresiasi.
Semoga menjadi kebaikan untuk semua ...

Insya Allah ...
 


 

Selasa, 10 Desember 2013

Berapa jumlah uang yang berputar sore ini ...?

Bukan disengaja aku menghitung. Ketika melihat rupiah bersliweran di depan mukaku sore itu, aku berfikir, dahsyat juga ya ibu-ibu di komplek sederhana macam tempat tinggalku ini. Apatah lagi  uang yang bersliweran di komplek perumahan elite, Fiuuuhh ... tak terbayangkan!

Begini ...
Setiap bulan ada silaturahmi   ibu-ibu PKK di komplek tempat tinggalku. Dan lazimnya ibu-ibu, setiap ketemuan pasti yang dipikir adalah bagaimana cara mengumpulkan uang. So, dibuatlah kelompok arisan.

Awalnya, arisan hanyalah sebagai sarana pengikat silaturahmi, agar tak ada alasan untuk tidak datang ke pertemuan. Dibukalah arisan sekedar pengikat silaturahmi, jadi jumlahnya tidak banyak, agar seluruh ibu-ibu komplek mampu membayarnya, maklum kemampuan finansial masing2 ibu tak sama. Kesepakatan di buat, ibu-ibu membuka kelompok arisan dengan jumlah kecil, yakni  Rp. 10.000 per bulan. 

Sedikit?  
Iya sih, sedikit, karena bukan jumlah uang yang diutamakan, melainkan silaturahminya. Jumlah ibu-ibu di komplek mencapai seratus lebih, tapi yang rutin hadir ke pertemuan hanya sekitar 40 orang saja. Meski demikian, semua ibu-ibu yang mengaku warga Blok 1 RW 10 kudu wajib ikut arisan, istilahnya dipaksa ikut pertemuan. Ya iyalah, kan mempererat silaturahmi. Disana kita bisa saling bertukar informasi, berbagi ilmu keterampilan, menyampaikan usul saran bagi kemajuan lingkungan, bertukar pendapat soal pengajian anak-anak di masjid komplek, dan lain-lain, yang nantinya akan diajukan sebagai suara resmi ibu-ibu kepada pengurus RW.
Gak berat, dong. Wong cuma menyisihkan sepuluh ribu rupiah sebulan. istilahnya : arisan pameungkeut (arisan pengikat).

Itu awalnya.
Tapi kemudian kelompok arisan jadi beragam. Sebagian ibu-ibu ingin jumlah yang lebih besar. Arisan sepuluh ribu berarti hanya menang seratus ribu, karena perputaran arisan itu hanya untuk 10 bulan agar tidak lama menunggu giliran menang. Dapat seratus ribu? Duhai ...  Istilahnya, hanya cukup buat jajan anak  ... 
Bukan menyepelekan, uang seratus ribu bisa berarti banyak saat kita lagi bokek. Uang seratus ribu bisa buat apa saja yang bermanfaat buat keluarga. Tapi ... teteeep ... ibu-ibu ingin ada kelompok arisan yang lebih besar (uangnya).

Maka dibuatlah beberapa kelompok arisan, tapi arisan yang sepuluh ribu tetep wajib diikuti oleh semua ibu. Sepakat!
Tambahannya adalah :


NO
KELOMPOK ARISAN
JUMLAH MENANG (Rp)
JML PEMENANG PER BULAN
JUMLAH UANG YANG DIKELUARKAN
1
  25.000
  250.000
2 orang
     500.000
2
  50.000
 500.000
2 orang
 1.000.000
3
  100.000
 1.000.000
3 orang
  3.000.000
4
  200.000
 2.000.000
2 orang
  4.000.000
5
  300.000
 3.000.000
2 orang
     6.000.000
6
  400.000
  4.000.000
1 orang
 4.000.000
J U M L A H

  18.500.000



Bila ditambah dengan kelompok arisan yang Rp. 10.000 dengan jumlah menang arisan sebesar Rp. 100.000, maka bila dikali 4 pemenang setiap bulan , jadi Rp. 100.000 x 4 = Rp. 400.000, maka uang yang beredar sore itu di arisan ibu-ibu komplek adalah sebesar Rp. 18.900.000,-

Jumlah yang fantastic!
Hanya kurang dari satu jam, ibu-ibu berkumpul, uang bisa berputar sebanyak itu.
Padahal komplek perumahan tempat saya tinggal bukanlah perumahan elite. Namanya saja perumnas dengan tipe RSS (Rumah sangat sederhana) tipe 26, 36, 50, paling besar 70.
Bayangkan bila perputaran uang itu terjadi di sebuah perumahan elite. Aduhai, boo ...!

Tapi bukan itu yang ingin saya bagi.

Begini ...
Di komplek saya ada 9 blok. Saya bayangkan, bila di setiap blok, ibu-ibu mengadakan arisan dengan jumlah uang berputar rata-rata 10 juta saja. Maka satu jam saja, terkumpul uang 90 juta rupiah.
Setiap pemenang biasanya menyetorkan uang sebesar 1 % untuk dana kas arisan kepada bagian admin. Satu tahun kemudian dana bisa dijadikan sebagai modal usaha di bulan Ramadhan seperti bazaar sembako. Di sana uang kembali berputar. Dalam bentuk yang lebih dinamis, yakni jual beli. Ada keuntungan, masuk ke dalam kas PKK. Ada anak-anak remaja yang dilibatkan, sebagai penjaja kupon, atau penunggu stand bazzaar, membantu jadi asisten para ibu mereka.
Ibu-ibu tidak perlu lagi membeli sembako dari pasar, belum di jalannya yang biasanya macet menjelang hari raya, atau menghabiskan banyak waktu, dan sebagainya.

Sangat besar potensi ibu-ibu bila ia disatukan. Diantaranya potensi ekonomi seperti yang barusan saya ceritakan.

Lain lagi, bila ibu-ibu kemudian berkumpul untuk menyisihkan baju layak pakai. Mangga deh, pengumunan di mike masjid, sekarang. "Dihimbau kepada ibu-ibu yang memiliki pakaian layak pakai untuk disumbangkan, ditunggu sekarang juga oleh panitia di masjid."
Maka, ibu-ibu akan de bring (berduyun-duyun) keluar rumahnya sambil bawa kresek baju buat disumbangkan.

Kemarin, madrasah diniyah ustadz saya ambruk terkena angin beliung. Ketika arisan, ibu-ibu diajak untuk turut menyumbang semen atau apapun yang bisa disumbangkan seikhlasnya. Spontan ibu-ibu merogoh saku dan memasukkan sejumlah uang ke dalam kencleng. Biarlah nanti bila sudah terkumpul, baru uangnya dibelikan material buat membantu pembangunan kembali madrasah yang rusak itu. Berapa uang yang terkumpul saat itu ?
Setelah dihitung terkumpul  Rp. 675.000.

Itu yang terjadi di komplek rumah saya.

Percaya deh. Ibu-ibu itu bukan hanya pinter ngerumpi, tapi juga pinter bergerak melakukan kebaikan yang bisa mnginspirasi bapak-bapaknya hehe ....

Betul lho ...!
Pak RW aja salut dengan gerakan ibu-ibu ini.
Bangga deh jadi ibu-ibu.

Kamis, 05 Desember 2013

EDISI XV, antara kejar DL dan printer error

Setiap akan terbit, terjadi kehebohan di perpustakaan, kantorku di sekolah. Anak-anak bimbinganku yang tergabung dalam penerbitan buletin bulanan sekolah, mulai sibuk mengumpulkan tulisan, mengetik, memasukkan editan foto, dan lain-lain. Dan biasanya hal itu dilakukan ketika mereka pulang sekolah. Iya, pulang sekolah. Ketika tugas belajar sudah tuntas di dalam kelas.

Alhamdulillah, mereka sudah bisa menuliskan laporan hasil wawancara atau merangkum peristiwa di sekitar sekolah. tentu saja kemampuan itu tak lepas dari bimbingan guru bahasa Indonesia di dalam kelas, maupun kursus kilat dan menulis teknis di ruang redaksi BASIK.

Anak-anak ini, tim BASIK, yang terdiri dari siswa/siswi kelas 8 dan 9, memang hebat. Di sela-sela mereka mengerjakan tugas yang menumpuk, usai bubar sekolah biasanya mereka berkumpul di perpustakaan. Heran juga, sekaligus senang dan bangga, perpust di tempat saya tugas sungguh menjadi tempat yang disukai anak-anak. Klaim ini rasanya tepat, sebab di waktu yang seharusnya mereka sudah pulang dan istirahat di rumah, mereka malah berlama-lama di perpust. Yaaa ... memang sih niatnya bisa beda-beda, maklum ABG, tapi sejauh yang saya amati, rata-rata mereka membaca, mengaji atau mengerjakan tugas buat besok, atau menunggu waktu les di tempat lain, atau menunggu teman sambil  ... ngobrol. Hehehe ... acara ini kayaknya udah jadi kebiasaan turunan dari emaknya wekekeke ...




Sekali dalam seminggu, mereka sibuk menggunting, menempel dan menghias Mading (Majalah Dinding) yang dipasang di selasar perpust yang bahan tulisan serta gambar/kaligrafinya mereka dapat dari hasil keliling ke kelas-kelas. 

Eiiitts ... malah ngelantur. Oke, kembali ke BASIK.

Naah ... telah tertulis di papan Schedule bahwa pada hari ini adalah  Hari terbit Basik edisi ke XV.
Karena Basik masih berbentuk buletin sederhana yang terdiri dari 12 halaman, maka setelah berhitung budget, difotokopi lebih irit ketimbang dicetak ke percetakan. tentang cetak-mencetak ini, dulu pernah sebanyak 4 kali terbitan menggunakan jasa percetakan, ternyata hasilnya, rugi, boo!! Banyak buletin sisa alias gak laku.

Akhirnya, di fotocopy aja!
Tapi, anak-anak usul, gimana kalo yang dicopi hanya halaman dalamnya, sedangkan halaman depan diprint agar bisa tampil lebih cantik dengan warna-warni foto yang sesuai warna aslinya (kayak iklan kamera jaman dulu, yee!)

Sip, okey ...
Bagi-bagi tugas kembali.
Sebagian ada yang kebagian tugas foto copi, sementara tugas ngeprint jatuh pada diriku. Kok gitu?
Ya, sebab kan kejar tayang, sementara anak-anak masih harus belajar di kelas. Waktu siang hingga sore tak memungkinkan untuk menyelesaikan semua prosesnya.

Malang tak dapat diraih untuk tak dapat ditolak (halah peribahasanyaa ... ) ketika tiba di lembar ke seratus eksemplar (artinya sudah 200 kali tuh printer ngegesek, kan diprint bolak-balik), printernya kecapean. Laa iyalaaah ... masa dipaksa kerja rodi begitu, ya?
Sebetulnya itu kerjaan gak dilakukan seharian, tetapi 2 hari, jadi kan aku gak maksa printer buat kerja terlalu cape. Kertasnya bergulung. Duuuh ,,, kasihan printerku.

                       


Akhirnya aku memutuskan untuk istirahat dulu.
Dan kukabari anak-anak, bahwa BASIK telat lahir, karena masih prematur.
Anak-anak kecewa, sebab mereka tak sabar ingin segera meginformasikan apa yang telah mereka tulis mengenai kegiatan Gema Muharam yang lalu, yang banyak teman-temannya tidak tahu, yakni wawancara eksklusif dengan Da'i muda pentolan ajang AKSI Indosiar yang cakep dan pinter, yakni Kang Hilman Fauzi Nugraha, CEI, MEI, CBA. Naah tuh, gelar akademisnya aja berbaris.

Namun, akhirnya, sodara-sodara ...
BASIK Edisi XV telah terbit. Ini Dia. Taraaaa ....



Dan bagian distributor dan pemasaran pun mulai bergerak.
Kini saatnya mereka mempraktekkan pelajaran ekonomi dan strategi berpromosi.

Alhamdulillah, semoga sold out.
Dan kalian, anak-anakku, bisa dapat uang jajan deh ...
(Ada pembagian honor dari setiap tulisan dan energi yang telah mereka keluarkan)




Jumat, 29 November 2013

Seblak Pedas Ala Cici

Sudah malam.
Meski belum larut, sebab adzan Isya baru saja lewat 20 menit. Aku baru selesai sholat.
Tiba-tiba, Cici ke kamar dan bertanya :

"Ibu punya kerupuk yang belum digoreng?"

Untuk apa?
Rupanya dia ingin masak seblak.
Kok? Tiba-tiba banget. Ketiban ide darimana? Malam-malam pula.
Gak ada persediaan kerupuk yang belum digoreng. Kalo kerupuk siap makan mah selalu ada di toples. Maka, karena hasratnya ingin segera ditunaikan, meluncurlah ia ke warung.
Tujuannya satu, beli kerupuk.

Gak mau dibantu, Cici ke dapur sendiri, masak sendiri. Alasannya, 'kan nanti juga di sekolah Cici masak sendiri.'
'Kapan?'
'Nanti, bu, hari Sabtu, kelas 6 mau praktek masak di sekolah.'
'Masak seblak? Atau bebas mau masak apa aja?'
'Seblak'.
'Oooo ...,' ketahuanlah alasannya kenapa tiba-tiba ia ingin masak seblak.

'Mau pake bumbu apa, Ci?'
'Bawang merah 2, bawang putih 2, cengek (cabe rawit) aja 1,' jawab Cici pasti.
'Oke, ibu lihat aja deh.'

Malam itu, di dapur, Cici menyiapkan panci untuk merendam kerupuk aci mentah. Lalu dibiarkannya selama setengah jam, sementara ia menunaikan sholat Isya dan membereskan buku-buku untuk ke sekolah besok pagi. PR sudah ia kerjakan ba'da magrib tadi.

Kubiarkan saja ia melakukan tahapan yang ia ingin lakukan. Nampaknya Cici yakin dengan dirinya, mungkin sudah dipikirkannya sedari tadi.

Ketika kerupuk aci nya sudah lembek dan sudah jadi seblak, Cici prepare dengan segala sesuatunya :
1. Pasukan bumbu : bawang merah 2 siung, bawang putih 2 siung, cengek besar 1 buah, garam, royco.
2. Cowet
3. Ulekan
4. Katel/Wajan dan spatula

Semua bumbu diulek hingga halus, kemudian tumis sampai harum. Tuangkan air ke dalam tumisan bumbu, kemudian masukkan seblak, aduk dan didihkan hingga bumbu meresap.


Setelah matang, hidangkan.

Taraaaa .....
Inilah seblak pedas ala Cici.




Silakan dicoba ... dicoba ... dicoba ...
Pedas dan gurih. Meski rawitna cuma 1, ternyata cukup membuat bibir semriwing kepedesan. Maklum rawitna jenis rawit 'domba' yang segeda 'alaihim', guedde dan pueddess!!

Beneran.
Anak ibu pinter deh masaknya!
(gak tau nurun dari ibunya, gak tau karena ibunya jarang masak jadi dia 'terpaksa' turun tangan masak sendiri hihhi ...) Soalnya, meski gak ada tugas sekolah, Cici sukaa banget masak di dapur, nyobain resep-resep baru.
Oke, kelak bisa jadi chef internasional nih ...


Minggu, 24 November 2013

Playing Kewuk and Bolabekel Time

Gambar ini, apa sebutannya di sana?
Di daerah saya disebutnya "KEWUK".
Sebangsa kerang yang banyak terdapat di daerah pantai. Lalu dijadikan permainan oleh anak-anak. Diantaranya bisa buat buah biji congklak atau juga permainan bola bekel.

Naah ...
bicara soal bola bekel, sudah hampir dua minggu ini, Cici putri bungsuku, keranjingan permainan ini.
Setiap hari, hampir setiap waktu, dia pasti main bekel. Meski harus kerja keras mengasah tangannya untuk mencomot satu persatu kewuk itu dari satu sampai sepuluh, dia gak bosen.

Masih ingat kan cara permainan ini?
Bagi yang pernah kecil (emang ada yang ujug-ujug dewasa??) dan mengenal bola bekel, pasti tahu tatacara permainan ini. Dengan sepuluh biji kewuk dan sebuah bola bekel dari karet, biasanya mereka yang main terdiri dari dua orang hingga 4 orang. Bisa juga lebih, tapi bila kebanyakan, maka nunggu giliran mainnya akan lama, apalagi bila si pemain sudah jago banget.

Permainan dimulai dengan melemparkan bola melambung ke atas sementara itu tangan yang lain menghamparkan biji kewuk ke lantai, lalu bola (yang tadi dilambungkan) langsung ditangkap. Setelah itu ambil satu persatu kewuk yang terhampar sambil melambungkan bola bekelnya, sampai kewuk terakhir terambil, untuk kemudian dihamparkan kembali. Bila satu tahap itu selesai dimainkan, maka pemain tiba di bagian kedua, artinya dia mengambil sekaligus dua biji kewuk hingga kewuk terakhir. Selanjutnya, ambil biji kewuk sekaligus tiga tiga, begitu seterusnya sampai biji ke sepuluh.

Bila telah sampai di biji ke sepuluh sekaligus, maka naik level ke bagian 'nangkar' kewuk alias si biji kewuk nanti dibuat telentang dengan belahan kerang di atas. Biji kewuk diambil lagi satu persatu hingga habis. Setelah fase ini selesai, maka naik lagi ke level 'nangkub' alias biji kewuk dibuat tengkurep dulu sebelum diambil satu persatu hingga habis. Setelah itu, level tertinggi disebut 'naspel', dimana pemain akan menelentangkan semua biji kewuk, lalu menelungkupkan, kemudian dietelantangkan kembali sambil berjajar, untuk kemudian dicokcrok ( diambil secara cepat dalam sekali lemparan bola bekel).
Biji kewuk yang terambil akan menentukan di biji ke berapa selanjutnya pemain memulai lagi nanti.

Pemain akan terhenti permainannya bila ia gagal atau istilahnya 'lasut' menyelesaikan bagiannya. maka giliran main akan berpindah ke lawan mainnya.

begitu seterusnya.

Permainan ini mengasyikkan sekaligus mengasah motorik anak dan juga melatih kesabaran. 

Dan tahukah anda?
Anak saya cerita, bahwa di kelasnya kini bukan hanya dia yang bawa bola bekel plus kewuknya, melainkan ada banyak temannya juga. Dan bila jam istirahat, anak laki-laki tak lagi ribut lari-lari bahkan berantem, melainkan asyik melingkar bermain bekel. Sampai-sampai, ibu Yuni, ibu guru walikelasnya di SDIT Persis Tarogong, takjub, dan meng- upload foto mereka saat istirahat di facebook dengan judul "Kebersamaan kelas 6D"
Ini dia fotonya :



Nah yang berdiri di tengah itu, Cici, yang membawa 'virus' bekel menyebar di sekolah.
Gak apa-apa sebagai penyebar virus kemanfaatan ya, Ci ...
membuat semua orang senang dan mengenal permainan ini.



Senin, 28 Oktober 2013

Kasta Berkat

Bila mendengar kata 'kasta', maka otak kita langsung ingat pada film-film India, atau pada masyarakat agama Hindu. Sebab kita biasa mengenal kata kasta sebagai bagian dari masyarakat Hindu. Kasta itu sendiri berasal dari bahasa Portugis yang artinya pembagian masyarakat. Di masyarakat agama Hindu dikenal 4 jenis kasta, yakni kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya, dan kasta Sudra. Istilah kasta kemudian difahami sebagai pembagian kelompok tingkat  sosial yang secara kuat mengakar di masyarakat Hindu Bali, yang kemudian diyakini bahwa sistem ini sengaja dihembuskan oleh Penjajah Belanda kala itu untuk menguatkan status quo para penguasa serta sejalan dengan politik devide et impera.

Meski seiring perjalanannya, banyak penganut Hindu yang tidak setuju dengan adanya pembagian kasta itu, secara sadar ataupun tidak, selalu ada saja sistem perbedaan perlakuan terhadap beberapa orang atau golongan. Bisa jadi hal ini terjadi karena terlalu lamanya penjajahan Belanda, sehingga sebagian masyarakat terlanjur hidup dalam tradisi 'diskriminasi' terselubung macam itu.

Kenapa tiba-tiba bicara kasta?Saya tidak sedang diperlakukan buruk akibat perbedaan kasta. Tidak.
Saya hanya sedang merenung saja, apakah memang kasta itu merambah hingga ke ketiak budaya masyarakat Indonesia, suku manapun? Bahkan hingga ke pembagian makanan.
Lucu sekali ... (atau apa namanya, ya?). Bagiku ini 'aneh'.
Ya, saya tak mengira bahwa tradisi bisa sedemikian absurd. Sulit untuk dihilangkan, karena masyarakatnya masih menganut rasa sungkan bila dia tidak mengikuti kebiasaan itu.

Ini kisahnya ...


Di beberapa tempat di kampung daerah Jawa Barat (tidak di semua tempat, hanya di beberapa tempat saja), sudah lazim, bila ada hajatan, sebelum hari H (baik pernikahan atau khitanan) si empunya hajat akan mengirim makanan berupa nasi dan lauk pauk (istilahnya : nasi berkat) kepada para tetangga.  Berkat itu diberikan sebagai tanda bahwa dia mau menyelenggarakan hajatan. Istilahnya makanan itu pengganti undangan. Tapi, rupanya pembagian berkat ini tidak kepada semua tetangga.  Ada kriterianya. Tetangga yang diberi berkat, biasanya tidak diberi surat undangan. Jadi dia harus datang ke rumah si empunya hajat, sebelum hari H tiba. tentu saja dengan membawa amplop (berisi uang).
Sebagian tetangga lain, tidak mendapat berkat. Artinya ia tinggal menunggu surat undangan. Dan  harus datang memenuhi undangan pada hari H.

Sampai disini, masih bisa dipahami. Meski secara sepintas saja kita tahu ada kasta diantara dua jenis 'undangan' itu. Tapi, masyarakat disana tak merasa keberatan dengan perlakuan yang diskriminatif itu. Semuanya dijalani sebagai kelaziman semata, dan memang begitulah yang harus dijalani, sesuai tradisi sejak nenek moyang. Selesai.

Ada yang membuatku terkaget-kaget. Ketika ibu mertuaku bercerita bahwa berkat itu ada 3 macam. Maksudnya?
Begini. Bila anda menerima berkat dalam sekotak nasi dus, maka anda harus memberi amplop kepada si empunya hajat dengan ketentuan, jumlah uang dalam amplopnya : sekian. Tapi bila hantaran itu diberikan dalam setumpuk rantang (biasanya 5 susun), maka amplopnya harus lebih besar : antara sekian dan sekian. Dan bila hantaran itu dalam sebuah dus mie instan, yang sudah pasti jumlahnya lauknya banyak sekali, maka amplop yang harus diberikan kepada si empunya hajat tentu saja harus lebih besar lagi : sekian!
Amplop itu diberikan sebelum hari H, bila anda tidak ingin malu. 

Masya Allah ...

Lepas dari kelaziman  yang sudah demikian mengurat mengakar di sebuah tatanan masyarakat desa, saya takjub dengan kekukuhan mereka dalam menjaga adat. Adat yang, menurutku, benar-benar mengkotak-kotakkan manusia dalam kardus yang tak sepatutnya diadakan. Ketika aku sampaikan pendapatku, mereka (ibu mertua dan adik ipar) hanya tersenyum pasrah, yaa memang begini keadaannya.

Hajatan sejatinya adalah ungkapan kesyukuran. Dan itu harusnya tak dinodai dengan sistem seperti jual beli. 

Mungkin memang benar, ada warisan penjajah yang hingga saat ini masih melilit kuat di benak dan keseharian masyarakat Indonesia, terutama di pelosok. Ini hanya di satu tempat, satu suku, dari sekian banyak tempat dan suku di Indonesia. Ada banyak tradisi lagi  di belahan bumi Indonesia lainnya.

Ada yang membanggakan, melegakan, tak sedikit pula yang membuat kita menghela nafas berat.
Seperti kasta dalam berkat ini.