Jumat, 29 November 2013

Seblak Pedas Ala Cici

Sudah malam.
Meski belum larut, sebab adzan Isya baru saja lewat 20 menit. Aku baru selesai sholat.
Tiba-tiba, Cici ke kamar dan bertanya :

"Ibu punya kerupuk yang belum digoreng?"

Untuk apa?
Rupanya dia ingin masak seblak.
Kok? Tiba-tiba banget. Ketiban ide darimana? Malam-malam pula.
Gak ada persediaan kerupuk yang belum digoreng. Kalo kerupuk siap makan mah selalu ada di toples. Maka, karena hasratnya ingin segera ditunaikan, meluncurlah ia ke warung.
Tujuannya satu, beli kerupuk.

Gak mau dibantu, Cici ke dapur sendiri, masak sendiri. Alasannya, 'kan nanti juga di sekolah Cici masak sendiri.'
'Kapan?'
'Nanti, bu, hari Sabtu, kelas 6 mau praktek masak di sekolah.'
'Masak seblak? Atau bebas mau masak apa aja?'
'Seblak'.
'Oooo ...,' ketahuanlah alasannya kenapa tiba-tiba ia ingin masak seblak.

'Mau pake bumbu apa, Ci?'
'Bawang merah 2, bawang putih 2, cengek (cabe rawit) aja 1,' jawab Cici pasti.
'Oke, ibu lihat aja deh.'

Malam itu, di dapur, Cici menyiapkan panci untuk merendam kerupuk aci mentah. Lalu dibiarkannya selama setengah jam, sementara ia menunaikan sholat Isya dan membereskan buku-buku untuk ke sekolah besok pagi. PR sudah ia kerjakan ba'da magrib tadi.

Kubiarkan saja ia melakukan tahapan yang ia ingin lakukan. Nampaknya Cici yakin dengan dirinya, mungkin sudah dipikirkannya sedari tadi.

Ketika kerupuk aci nya sudah lembek dan sudah jadi seblak, Cici prepare dengan segala sesuatunya :
1. Pasukan bumbu : bawang merah 2 siung, bawang putih 2 siung, cengek besar 1 buah, garam, royco.
2. Cowet
3. Ulekan
4. Katel/Wajan dan spatula

Semua bumbu diulek hingga halus, kemudian tumis sampai harum. Tuangkan air ke dalam tumisan bumbu, kemudian masukkan seblak, aduk dan didihkan hingga bumbu meresap.


Setelah matang, hidangkan.

Taraaaa .....
Inilah seblak pedas ala Cici.




Silakan dicoba ... dicoba ... dicoba ...
Pedas dan gurih. Meski rawitna cuma 1, ternyata cukup membuat bibir semriwing kepedesan. Maklum rawitna jenis rawit 'domba' yang segeda 'alaihim', guedde dan pueddess!!

Beneran.
Anak ibu pinter deh masaknya!
(gak tau nurun dari ibunya, gak tau karena ibunya jarang masak jadi dia 'terpaksa' turun tangan masak sendiri hihhi ...) Soalnya, meski gak ada tugas sekolah, Cici sukaa banget masak di dapur, nyobain resep-resep baru.
Oke, kelak bisa jadi chef internasional nih ...


Minggu, 24 November 2013

Playing Kewuk and Bolabekel Time

Gambar ini, apa sebutannya di sana?
Di daerah saya disebutnya "KEWUK".
Sebangsa kerang yang banyak terdapat di daerah pantai. Lalu dijadikan permainan oleh anak-anak. Diantaranya bisa buat buah biji congklak atau juga permainan bola bekel.

Naah ...
bicara soal bola bekel, sudah hampir dua minggu ini, Cici putri bungsuku, keranjingan permainan ini.
Setiap hari, hampir setiap waktu, dia pasti main bekel. Meski harus kerja keras mengasah tangannya untuk mencomot satu persatu kewuk itu dari satu sampai sepuluh, dia gak bosen.

Masih ingat kan cara permainan ini?
Bagi yang pernah kecil (emang ada yang ujug-ujug dewasa??) dan mengenal bola bekel, pasti tahu tatacara permainan ini. Dengan sepuluh biji kewuk dan sebuah bola bekel dari karet, biasanya mereka yang main terdiri dari dua orang hingga 4 orang. Bisa juga lebih, tapi bila kebanyakan, maka nunggu giliran mainnya akan lama, apalagi bila si pemain sudah jago banget.

Permainan dimulai dengan melemparkan bola melambung ke atas sementara itu tangan yang lain menghamparkan biji kewuk ke lantai, lalu bola (yang tadi dilambungkan) langsung ditangkap. Setelah itu ambil satu persatu kewuk yang terhampar sambil melambungkan bola bekelnya, sampai kewuk terakhir terambil, untuk kemudian dihamparkan kembali. Bila satu tahap itu selesai dimainkan, maka pemain tiba di bagian kedua, artinya dia mengambil sekaligus dua biji kewuk hingga kewuk terakhir. Selanjutnya, ambil biji kewuk sekaligus tiga tiga, begitu seterusnya sampai biji ke sepuluh.

Bila telah sampai di biji ke sepuluh sekaligus, maka naik level ke bagian 'nangkar' kewuk alias si biji kewuk nanti dibuat telentang dengan belahan kerang di atas. Biji kewuk diambil lagi satu persatu hingga habis. Setelah fase ini selesai, maka naik lagi ke level 'nangkub' alias biji kewuk dibuat tengkurep dulu sebelum diambil satu persatu hingga habis. Setelah itu, level tertinggi disebut 'naspel', dimana pemain akan menelentangkan semua biji kewuk, lalu menelungkupkan, kemudian dietelantangkan kembali sambil berjajar, untuk kemudian dicokcrok ( diambil secara cepat dalam sekali lemparan bola bekel).
Biji kewuk yang terambil akan menentukan di biji ke berapa selanjutnya pemain memulai lagi nanti.

Pemain akan terhenti permainannya bila ia gagal atau istilahnya 'lasut' menyelesaikan bagiannya. maka giliran main akan berpindah ke lawan mainnya.

begitu seterusnya.

Permainan ini mengasyikkan sekaligus mengasah motorik anak dan juga melatih kesabaran. 

Dan tahukah anda?
Anak saya cerita, bahwa di kelasnya kini bukan hanya dia yang bawa bola bekel plus kewuknya, melainkan ada banyak temannya juga. Dan bila jam istirahat, anak laki-laki tak lagi ribut lari-lari bahkan berantem, melainkan asyik melingkar bermain bekel. Sampai-sampai, ibu Yuni, ibu guru walikelasnya di SDIT Persis Tarogong, takjub, dan meng- upload foto mereka saat istirahat di facebook dengan judul "Kebersamaan kelas 6D"
Ini dia fotonya :



Nah yang berdiri di tengah itu, Cici, yang membawa 'virus' bekel menyebar di sekolah.
Gak apa-apa sebagai penyebar virus kemanfaatan ya, Ci ...
membuat semua orang senang dan mengenal permainan ini.