Minggu, 19 Desember 2010

Menjadi Ibu

Menjadi ibu adalah karier terbesar dan terpenting seorang perempuan.

Selasa, 23 November 2010

Hari Ini, 16 Tahun Yang Lalu



aku dan engkau menyatu
memenuhi janji awal saat kita belum lagi bertemu
janji yang terjalin di alam ruh

lalu Tuhan meniupkan cinta
di setiap hati kita
untuk saling menemukan jiwa

setelah itu
tugas kitalah menemukan rasa
memindai surga
di setiap helaan nafas dan peristiwa

Kekasih
hari ini, 16 tahun yang lalu
kau ajak aku meniti jalan ini

telah sampai dimana kita?
diantara tugas kehambaan pada Pemilik Sejati?
telahkah kita menghamba dengan benar
telahkah kita menghamba dengan ikhlas

telahkah kita melahirkan nilai?
atas nama kebersamaan dan tanggung jawab penghambaan?

aku bertanya padamu, duhai Cinta
telah sampai dimana kita?

(16 tahun perjalanan)

Selasa, 16 November 2010

Status Waspada, Terhadap Apa ....??


Miris, prihatin, sedih, nelangsa, segala rasa campur aduk melihat gambar hidup terpampang di televisi setiap hari, saat terjadi letusan Merapi, tsunami Mentawai, banjir Wasior, dan segala macam bentuk bencana yang tengah melanda negeri ini.

Kecemasan lantas meninggi saat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebukan bahwa ada 21 gunung berapi lagi di Indonesia yang dalam kondisi aktif. 18 gunung berstatus waspada, 2 gunung berstatus siaga, dan 1 gunung berstatus awas.

Menurut informasi yang saya baca disini, nama-nama gunung yang berstatus waspada antara lain : Gunung Kerinci di Jambi, Gunung Talang di Sumatra Barat, Gunung Anak Krakatau di Lampung, Gunung Papandayan di Jawa Barat, Gunung Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah, Gunung Rinjani dan Gunung Rokatenda di Flores, Gunung Bromo di Jawa Timur, Gunung Soputan di Minahasa, Gunung Dukuno di Halmahera, dan Gunung Gamalama di Ternate.

Sedang gunung yang berstatus siaga yaitu Gunung Karangetang di Sulawesi Utara dan Gunung Ibu di Halmahera Barat. Satu gunung berstatus awas tetap dipegang Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta.

Negeri ini memang 'kaya' akan gunung berapi. Dan kita sudah biasa hidup berdekatan dengannya, sejak lama sebelum kita lahir. Tapi saat ia (gunung berapi) itu dinyatakan aktif dan bergolak, tak urung kita dilanda kecemasan. Cemas, akan apa yang akan terjadi, mengingat demikian dahsyat akibat yang disebabkan oleh letusannya. Terlebih lagi bagi saudara kita yang hidup berdampingan dengan gunung-gunung yang disebutkan tadi. Setelah informasi itu tersebar, maka sedikit banyak, ada sebuah kekhawatiran yang melanda, meski kadarnya berbeda pada setiap orang.

Saya tinggal di Garut, berdekatan dengan Gunung Papandayan. Statusnya kini "Waspada". Meski faktanya status waspada Gunung Papandayan sejatinya telah terjadi sejak lama. Kenaikan dari 'aktif normal' menjadi 'waspada' pernah terjadi pada Kamis, 2 Agustus 2007. Sejak hari itu telah beberapa kali terjadi gempa, yakni 1 kali gempa tektonik jauh, 1 kali gempa vulkanik A, 2 kali gempa vulkanik B, dan 116 kali gempa tremor. Lama gempa antara 5,5 sampai 75 detik." Sumber : dari sini

Saya tak mengerti benar maknanya, yang saya tahu adalah Papandayan tengah bergolak meski belum sampai pada 'titik didihnya' hingga meletus. Dan kita perlu tetap waspada.

Semua orang khawatir, semua waspada.

Sejatinya, kewaspadaan tak hanya berlaku di saat situasi tak aman atau mengancam semata. Kewaspadaan perlu ditanam kuat dalam jiwa setiap saat. Terlebih saat ini. Saat ancaman melanda dari setiap sisi, setiap tempat, setiap ruang, setiap waktu. Bukan sekedar ancaman gempa akibat letusan gunung, melainkan ancaman yang lebih dahsyat dari itu. Ancaman yang menggempur tak kenal ampun, justru melalui jalan yang tak kasat mata.

Terkadang tak terindera.

Ancaman yang tampil dengan busana berkesan, tak nampak mengancam. Seperti ancaman yang tumbuh dari diri sendiri, malas, sombong, dengki, hasud, khianat, alpa berbagi, merasa telah cukup beribadah, duka berkepanjangan, kufur nikmat (tak mampu bersyukur) dan companyonnya. Ancaman yang datang dari orang-orang tercinta, seperti cinta kasih yang berlebihan, rengekan untuk permintaan yang tak pantas, lalu kita 'iya'kan, dan sebagainya.

Atau ancaman dari luar. Adat dan norma lingkungan yang mulai pudar, membuat batas antara yang hak dan batil menjadi buram. Sulitnya memisahkan hitam dan putih dewasa ini. Makin tipisnya urat malu, hingga sering kita melihat manusia berpakaian tetapi 'telanjang', atau setiap orang bicara kebenaran menurut versi mereka sendiri,
pembiaran kebodohan dan kemunkaran terjadi di sekitar kita padahal kita mampu meniadakannya.

Apalagi yang patut diberi status Waspada dan Siaga, selain hilangnya ciri-ciri kemanusiaan kita?

Saya tak bermaksud untuk tak peduli terhadap pencegahan bencana dan mengacuhkan status waspada sebuah gunung. Akan tetapi, selain ancaman besar yang tengah kita hadapi dan perlu kita waspadai, kita harus pula mewaspadai ancaman yang lebih besar lagi. Ancaman bagi eksistensi ruh kemanusiaan.

Gunung itu telah meletus, laut itu telah meluap, banjir itu telah melanda, jangan biarkan hati kita ikut tercerabut. Jangan biarkan iman kita terbawa hanyut. Waspadalah! Ancaman lebih dahsyat tengah mengintai kita, dan kita tak menyadarinya.

Mari kita kembali ke kebeningan ...

Sabtu, 13 November 2010

Dunia Dengan Koma

Pernah nonton Dunia Tanpa Koma, kan? Itu adalah serial televisi yang dibintangi Dian Sastro, Tora Sudiro, Fauzi Baadilla, Slamet Rahardjo dan berderet aktor papan atas lain. Serial itu ditayangkan beberapa tahun lalu, di tahun 2006. Saya sangat suka serial itu, karena sangat berbeda dengan serial televisi lain (baca : sinetron) lain yang banyak bertebaran.

Serial itu bercerita tentang kehidupan seorang wartawati muda bernama Raya Maryadi (Dian Sastrowardoyo) yang ingin terlibat dalam arus perubahan negeri melalui investigasinya yang kuat untuk membongkar jaringan narkotika nasional pimpinan Jendra Aditya (Surya Saputra), mantan kekasihnya. Disini disisipi juga kisah asmara Raya dengan Bayu (Tora Sudiro) dan Bram (Fauzi Baadilla).

Meski ada kisah percintaan, serial ini tak terjebak pada kisah yang dangkal. Yang menarik justru disini banyak digambarkan tentang pola kerja dunia jurnalis yang tak mengenal waktu dalam menjalankan tugas kejurnalistikannya. Itulah sebabnya ia diberi judul "Dunia Tanpa Koma". Sayang, serial ini tak pernah ditayang-ulang seperti layaknya serial-serial lain. Dari wikipedia saya tahu, serial ini hanya satu musim tayang karena buruknya rating. [begitulah kenyataannya di negeri ini, film bermutu seringkali jeblok di rating .... hhhhh (menghela nafas berat)]

Tapi bukan itu sebenarnya yang ingin saya bagi (hehe ... prolognya panjang buenerrrr)
Keliatan banget si saya sangat suka serial itu.

Ini tentang aktivitasku di sekolah bersama anak-anak. Kebetulan, sejak 2 tahun ini saya (ceritanya) membina buletin "BASIK" Bacaan Siswa Kreatif dan Kritis, yakni buletin sekolah yang dikelola dan digawangi oleh siswa-siswi MTsN Garut. MTs adalah sekolah/madrasah setingkat SMP di bawah naungan Kementerian Agama. Jadi ia adalah SMP Plus (dengan tambahan 5 pelajaran agama). Disinilah setiap hari saya menjalankan tugas, 'bermain' bersama buku dan anak-anak.


Sejatinya saya bukan seorang jurnalis. Pernah sih di kurun waktu dahulu berkiprah di dunia radio (siaran, reportase, scriptwriter, denger2 lagu, kirim2 salam hehe ...) tapi, itu kan dulllu! Meski demikian, saya selalu suka dengan hal-hal yang 'berbau' jurnalistik. Nah, kembali ke pokok soal, saya dikejar deadline! (waduh gayanya, serasa jadi jurnalis beneran).

Deadline-nya sudah pasti gak sama dengan deadline sebuah harian beroplag besar. Ini deadline-deadline-an. Ini adalah sebuah pembelajaran. Bagiku dan bagi anak-anakku. Mengajak anak-anakku, the "B" Team, untuk disiplin dengan rencana yang telah mereka design sendiri. Disiplin sejak mereka mulai menentukan topik, narasumber dan segala macamnya di Rapat Redaksi. Belajar mengasah naluri sens of news (istilah ngarang) di setiap saat.

Maka karena masih dalam tahap 'belajar', learning by doing, saya sebut aja Dunia Dengan Koma. Saat kami melalui tahap pengetikan naskah, dilakukan di sela-sela jam istirahat. Bila usai sekolah harus dilanjutkan, tak pernah hingga sore atau maghrib. Maklumlah, anak-anakku masih pula harus ikut bimbingan belajar di lembaga kursus. Belum lagi bila saat ujian atau tugas tengah menumpuk. Jadi, bisa kebayang kan? Naskah-naskah (wawancara, liputan acara, artikel, cerpen, puisi, foto kegiatan, dll) itu terpaksa harus menunggu. Dunia Dengan Koma, banyak jedanya!

Senang, melihat antusiasme mereka dalam memilih narasumber, menentukan topik, dan berbagi tugas. Harus sabar, menerima keluh kesahnya saat mengejar narasumber, saat berbeda pendapat dengan kawan, saat ia merasa sibuk sendiri sedang yang lain 'nyantai', saat distribusi mandek, saat sulit mengumpulkan naskah dari pembaca. Setiap saat. Perlu teliti, memeriksa dan mengoreksi hasil tulisan mereka (maklum, anak-anakku sedang masa ABG, ejaannya banyak yang 'aduuuuh' gak ngerti), berdiskusi dan menyepakati kapan dan di rubrik apa bahasa gaul bisa ditulis. Ya, hal-hal yang (nampak) remeh-temeh itulah yang kini kugeluti.

Anak-anakku, mari terus berproses ...
Kelak, jadi apapun kalian, negeri ini ladang amalmu. Menjadilah kalian yang terbaik ...

Selasa, 09 November 2010

memahami sebuah pesan

tak pernah ada kata terlambat
untuk memahami sebuah pesan
selama kita masih bersedia menghirup bau tanah dan air hujan
yang tak bosan menyentuh bumi
pun saat matahari terjaga
meski mengintip malu di sudut pagi

yang tak kumau hanyalah
kehabisan waktu
untuk mengenali tanda-tanda
yang tak pernah bosan Kau kirimkan
lewat angin, daun, batu, awan, sungai dan nyanyian burung
lewat segala apa yang ada
dan yang tiada
tapi terasa

aku rebah disini
dalam ketakterkatakan rasa
sekedar mencari tahu
inikah tanda-tanda?

izinkan aku
sedikit saja memahami

gambar : ichwankalimasada.wordpress.com

Jumat, 05 November 2010

Kepada Para Pengemudi Mobil


Pernah kehujanan? sering.
Pernah hujan-hujanan? pernah.
Pernah main air? sering, malah suka.
oke

Kuganti pertanyaannya
Pernah main air mancur? suka, kalau lagi nyiram tanaman, atau lagi jalan-jalan liat air mancur di taman kota.
Pernah kena air mancur? pernah.
Pernah kena air muncrat? ya, kan sama juga dengan air mancur!
Ya, tidak sama dong!
Maksudnya?
Air muncrat itu gak seindah air mancur, jadi rasanya juga beda.

Nih, kuberi tahu.
Tadi aku kena air muncrat di jalanan.
Hahaha ...!
kok malah ketawa? Ups, maaf. Kenapa?
karena sebuah mobil dengan jumawa nyalip motor yang kunaiki, lalu genangan air itu 'nyembur' keseluruhan diriku dengan sempurna! basaaah!!
hmmmh ....

Kuperhatikan kejadian itu sering berulang, bukan padaku tapi pada beberapa orang di jalan raya. Ketika mobil melintas, tak sedikitpun sang pengemudi memperlambat laju mobil saat melintasi genangan air untuk menghindari semburan air ke 'tetangga' sesama pengendara yang tidak senyaman mobil, motor misalnya, atau pejalan kaki di pinggir jalan. Maka akibatnya jelas, tetangga itu kena air muncrat!

Tak semua pengemudi mobil begitu, tentu saja.
Sejatinya, mengemudi sama halnya dengan berperilaku, selalu harus menyertakan empati dan tepo seliro. Dimanapun, manusia hidup berdampingan. Tidak peduli apakah ia mengenal atau tidak orang yang berdampingan dengannya. Keseluruhan perilaku dan tindakannya (serta segala yang tidak dia lakukan) selalu berdampak pada lingkungan sekitarnya, langsung ataupun tidak.
Maka, saat kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun, kita harus mengasah kepekaan bahwa kita tak pernah sekejappun hidup sendiri! Bahkan pada saat kita tengah menyendiri ...

Minggu, 31 Oktober 2010

Tentang ibu, kerudung dan koruptor

Di Simpang Lima, Garut, seorang ibu menggendong putri kecilnya memasuki angkot yang kunaiki. Sambil sibuk meladeni celoteh si kecil yang kutaksir baru berusia antara 2-3 tahun, sang ibu terus pula mengingatkan agar si kecil memakai jilbabnya.

Anak itu memakai busana muslim, tapi kerudung (yang serasi dengan bajunya itu) ia pegang saja. Anak-anak biasa begitu, bukan? Wajah tembamnya memang lucu bila dihiasi jilbab. Kendalanya, anak-anak biasanya tak tahan panas, apalagi bila ia tak betah pake 'asesoris' kepala. Sebenarnya kerudung tak pantas dibilang 'asesoris'.

"Ayo, pakai kerudungnya, Nak." Merdu. Berkali-kali, hingga sampai pada cenderung memaksa.
Tapi anehnya (atau lucunya?) si ibu justru gak pakai kerudung!

Kupikir itulah kesalahan nomor 1 orangtua, yang membuat negeri ini subur dengan koruptor! Anak diberi perintah, bukannya teladan. Susah membuat anak menurut bila apa yang diperintahkan tak dilakukan oleh sang pemberi perintah.
Berbuih mulut hanya akan membuat aroma tak sedap, cenderung busuk, sepanjang apa yang dibuihkan tak memiliki jiwa.

Pemerintah, penguasa, wakil rakyat, apapun sebutannya, dulunya adalah anak-anak. Anak dari orangtua yang memimpikan mereka menjadi orang baik dan benar. Polusi hati membuat mereka menjauh dari hakikat kebenaran, meski mulutnya tak henti bicara tentang kebenaran.

Sederhana saja sebetulnya, semua hanya perlu dilakukan dengan - memulai dari diri sendiri - Ketika para penguasa dan seluruh rakyat sepakat berteriak "Hapus Koruptor", sedang pola asuh, pola hidup dan pola-pola lain keseharian yang dilakukan tak berawal dari kejujuran dan kesetiaan pada kebenaran, semua gempita hanya akan menjadi buih di lautan.

Peristiwa di angkot tadi, menerbangkanku pada negeri khayalan, 20 tahun mendatang. Negeri makmur, hijau dan bebas koruptor karena penguasanya adalah anak-anak masa ini yang dididik dengan cinta dan keteladanan. Bukan sekedar perintah dan 'petunjuk'.

Bukan sekedar keinginan menjadikan anak lebih baik dan lebih shalih dari ibunya (dan setiap orangtua), perintah memakai kerudung (dan semua perintah atau himbauan apapun) adalah setitik noktah yang akan menjadi lingkaran hitam bila tak dibarengi keteladanan. Berbalik menjadi sebuah bumerang yang mematikan.

Maka, mari jadikan anak-anak kita qurrota'ayun dan imam bagi orang-orang yang beriman, dengan teladan dari orangtuanya, agar negeri ini tak menjadi sarang kejahiliyahan modern.

Rabu, 27 Oktober 2010

air akan meluluhlantakkan segala, kecuali cinta kasih dan keikhlasan


jalanan basah. tanah coklat telah menghitam. dedaun terunduk digelayuti hujan. air tumpah ruah menyerbu sore.
aku terduduk di kursi tamu. dengan buku dan lamunan sisa-sisa siang. suara anak-anak mengaji dari surau sebelah timur. ada suara anakku.

hujan sore ini diam-diam meninggalkan pesan. mencelat bersama air dan guruh. bahwa air akan meluluhlantakkan segala, kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

wasior dihanyutkan. mentawai terendam. merapi muntah. air akan melantakkan segala kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

bencana disana. bencana disini. air menggenang jiwa. api merobek hati. lalu kami hujan duka. lewat jalanan yang basah. tanah coklat menghitam. dedaun terunduk digelayuti hujan. air tumpah ruah dan suara anak-anak mengaji di surau sebelah timur. ada suara bergelantungan. bahwa air akan meluluhlantakkan segala. kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

hujan sore ini diam-diam mengirimkan pesan. turun bersama titik air dan suara kodok. bahwa air akan melantakkan segala kecuali cinta kasih dan keikhlasan.

suara anak-anak mengaji di surau sebelah timur masih nyaring. jalanan masih basah. hujan sudah menua. renta dan ringkih. gemanya tetap sama. air akan meluluhlantakkan segala. kecuali cinta kasih dan keikhlasan.



Selasa, 19 Oktober 2010

ketika sakit, apa sebenarnya yang kaurasa?

Kemarin saya sakit. Itu biasa. Semua orang pasti pernah merasakan sakit, yang ringan, sedang-sedang saja atau bahkan sakit parah.

Lalu, apa yang sebenarnya saya rasakan saat sakit?
Ya ... sakit laaaah, emang ada sakit yang enak?? Sakit adalah keadaan manusia saat berada dalam situasi yang salah. Sakit bisa terjadi pada organ tubuh (jasmani) atau pada tataran rasa (ruhani). Kalau memang begitu, bisa dipastikan tak ada seorangpun di dunia ini yang ingin sakit. Tapi bila kemudian sakit itu sudah menyerang, yang bisa kita lakukan adalah mengobatinya dan sambil menunggu sembuh : menikmatinya.

Ya, nikmatilah rasa sakit itu.

Benar sahabat, sakit bisa jadi nikmat bila kita memandangnya dari sisi lain. Saat sakit, kita bisa merasakan betapa melimpah perhatian dan cinta kasih keluarga. Banyak pula teman dan kerabat yang menengok dan mengirim doa kesembuhan. Dan yang utama ada janji yang diberikan Allah kepada orang yang sakit, yakni ampunan dari dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Jadi, sakit adalah kifarat dosa. Subahanallah ...

Lalu bila demikian halnya, mengapa harus mengeluh saat sakit? Ah, betapa manusia memang selalu berada dalam keadaan keluh kesah.

Saya pernah membaca kisah seorang perempuan tuna netra yang demikian menakjubkan. Ia (perempuan tuna netra itu) tak dapat melihat sejak kecil. Ia besar dalam keadaan gelap dan hanya mengandalkan panca inderanya yang lain selain mata. Kemudian, saat ia sudah besar dan kemajuan teknologi sudah demikian canggihnya, ia diberi kesempatan untuk melakukan pencangkokkan cornea yang memungkinkannya dapat melihat dunia. Namun, ketika tawaran operasi itu diajukan kepadanya, dengan tegas ia menolak.

Jawabnya : "Biarlah saya tetap buta, karena dengan kebutaan ini saya bisa lebih dekat dengan Allah swt, saya tetap dapat bersyukur dengan apa yang saya dapat dan saya rasa dari apa yang telah Ia berikan kepada saya. Bila kemudian saya tak lagi buta, saya takut malah menjadi orang yang durhaka dan kufur akan nikmatNya. Bukannya tidak mungkin saya malah akan berbuat maksiat dengan mata baru saya. Jadi, biarkanlah saya tetap buta ..."

Subhanallah ... Subhanallah ... Subhanallah ...
Betapa besar kecintaan perempuan itu kepada Tuhannya, demikian yakin ia bahwa kebutaaannya adalah bukti Cinta Tuhannya kepadanya, bukan sebaliknya. Betapa ia memelihara prasangka baik terhadap Allah swt, bukan sebaliknya.

Kemarin saya sakit. Sudahkah saya tetap memelihara prasangka baik kepadaNya?
Insya Allah ...
tetapi nampaknya saya belum mampu masuk pada kualitas perempuan tadi.

Hanya baru bisa selalu berdoa : "Ya Allah, jadikan sakitku sebagai kifarat dosa-dosaku. Jadikan sakitku menjadikanku lebih mencintaiMu."

Sabtu, 16 Oktober 2010

aku ingin

aku ingin menemuiMu sejenak saja dalam keadaan benar-benar hadir
tak seperti selama ini
aku ada namun tak hadir

iyakah aku mencintaiMu
bukan semata membutuhkanMu untuk kumintai segala?

aku ingin memastikan segalanya memang demiMu
dalam keadaan benar-benar terjaga
tak seperti selama ini
aku merasa demikian
menurutku semata

aku ingin menemuiMu setiap waktu
bersama kehadiranku

Senin, 13 September 2010

Pulang


aku mau pulang, pulang ke teras hati, saat kamar kanak-kanakku menyimpan bau kenang, bersama bantal guling dan selimut rindu, pada keseluruhan waktu yang tertinggal.

aku mau pulang, memeluk ibu dan hari kemarin, tertawa-tawa bersama gerombolan dokumentasi rasa, yang menggumpal dan terurai saat ia kuhampiri, adakah lagi waktu yang tak mampu kujemput?

aku mau pulang, pulang ke dasar jiwa, sebentar saja.

adakah engkau mengerti kata pulang?
aku mau pulang

... aku mau pulang ...

Sabtu, 11 September 2010

lebaran

lebaran di pangkuan
lebaran di pelukan
aku rebah dalam takbir
aku sedan bersama fajar
akankah kembali bersama ramadhan
tahun depan ...?

Yaa Allah
berikan ku kesempatan
menapaki hari ini
dan sebelas bulan mendatang
dengan spirit ramadhan


Selasa, 24 Agustus 2010

kontemplasi

kemudian awan lindap dalam hidup yang berlari, angin mengangkasa di bibir hari, sedang matahari tak jua mampu menepi, akukah yang tak jua mengerti?

sedang langit telah banyak berkisah, tentang warna dan rasa, tentang gelap dan terang.

jangan biarkan aku hanya bisa tergugu, Tuhan. izinkan aku memahami ayatMu

Sabtu, 21 Agustus 2010

Menguak Jendela SMP

Reuni.
Nampaknya kata ini semakin akrab dengan kita beberapa tahun belakangan ini sejak lahirnya fenomena pertemanan dunia maya, terutama facebook. Bertemu kembali dengan teman lama, berbagi cerita, bernostalgia masa-masa "nakal" dahulu, nampaknya selalu menjadi "menu" favorit untuk diburu. Sehingga hampir tak ada orang yang menolak untuk hadir dalam undangan reuni.

Telah banyak jendela berjejer rapi, untuk dibuka dalam menu reuni. Jendela SD (kebayang kan bagaimana rasanya ketemu teman-teman imut dulu, yang bahkan membayangkan wajahnya saja kadang kesulitan karena sudah sangat berubah hehe ...). Jendela SMP, SMA atau jendela kuliah.

Tadi pagi, aku menguak pintu blog teman-teman yang hampir sebulan ini lama tak kuketuk. Ternyata banyak sekali yang menulis tentang SMP. Oo, kiranya tengah ada "gerakan" SEO Positif untuk menangkal situs tak layak yang sembunyi di balik sandi SMP. Nah untuk berpartisipasi, menangkal hal-hal yang merugikan, sekalian bernostalgia, aku posting saja tulisan tentang masa SMP-ku.

Sejak reuni hampir 2 tahun lalu, teman-teman SMP-ku terbilang rutin mengadakan silaturahim, terutama teman-teman sekelas, yang tergabung dalam kelas 3E Angkatan 1983 SMPN 1 Bandung. Pertemuan terakhir adalah bulan Juli yang lalu ( yang sayang tak dapat kuhadiri ).

Dulu, saat SMP itu, aku masih suka menari. Selain ikut di sanggar tari, di sekolah aku ikut ekskul Tari Sunda. Masa yang paling aku ingat adalah saat harus sekolah di balik "hujan debu". Ingat kan? Pada tahun 1982 Gunung Galunggung di Tasikmalaya meletus. Nah, debu letusannya yang (anehnya) keluar secara berkala tidak sekaligus, sampai juga di kota Bandung. Hampir tiap hari, kami menginjak debu Galunggung yang tebal, yang memenuhi halaman dan lapangan sekolah. Pagi dan siang hari matahari tertutup debu. Pandangan kabur. Itu dulu ...

Sayang, gak ada fotonya. Ada juga foto waktu perpisahan kelas tahun 1983. Ini dia

Bisa nebak gak aku yang mana?
hehe ....

Di SMP aku mulai mengenal lagu Himne Guru. Sebab baru pada tahun 80-an awal itulah lagu tersebut mulai diperkenalkan. Di SMP pula aku mulai suka menulis. Guru Bahasa Indonesiaku, sekaligus penulis buku "Intisari Bahasa Indonesia" yang menjadi buku wajib kala itu, Pak Abdullah Ambary yang mendorongku untuk menulis. Juga Pak Karno, guru Basa Sunda. Sayang, beliau ini telah berpulang. Semoga segala amal baiknya menjadi jalan bagi kemuliaan di sisiNya. Dan apapun yang baik kulakukan karena ilmu dari beliau, manfaatnya sampai juga pada beliau. Amiiin ...

Oya, lucu juga kalau diingat, bahwa ternyata hampir 50 % teman SMP-ku adalah teman sekelas waktu di SD. Jadi saat setelah reuni SD, ada reuni SMP, kita ketemuan lagi hehe .... meski ceritanya sudah mulai ABG!!

Sekarang, aku posting juga foto pas reuni SMP. Ini dia.


Foto ini diambil di depan kelas waktu SMP.

Sabtu, 17 Juli 2010

Bahagia

Kebahagiaan itu ibarat pelangi
indah warna warni

saat kau kejar
ia hilang

Sudahkah kau temukan bahagiamu?

bila belum
barangkali engkau keliru mencari
usah pergi meniti pelangi
mungkin ia ada di lipatan hari-harimu
bersenggama dengan nafasmu

Selasa, 13 Juli 2010

Dua Paket = 3 Buku, Alhamdulillah ...

Apakabar semua?

Semoga kalian sehat-sehat saja. Maaf saya baru posting lagi, oleh sebab tiga hal. Pertama karena terserang virus m-a-l-a-s, kedua terserang virus influenza yang rada akut. Ketiga, sulit nyuri waktu buat blogging.


Usai masa 'kritis' virus flu menyerang, alhamdulillah datang sebuah kiriman cantik dari Rumah Vixxers, ini dia



Maka meski hidung masih memerah akibat bersin-bersin yang tak kunjung henti, hatiku merona (hehe .... mirip kembang 'kali ye!) Apalagi liat sampul dalam paket kiriman itu. Wadouwh ... pinky gimanaaa, gitu, plus pita cantik warna senada. Jadi inget bunga pointsettia-nya blog Curhat Fanda. Buat Mbak Fanda yang sudah mengirim paket bukunya, terima kasih, ya!
Oya, paket itu berisi buku "Honeymoon with My Brother" karya Franz Wisner, hadiah Quiz yang diadakan mbak Fanda dalam rangka ulangtahun Vixxio sekaligus launching Rumah Vixxers. Buat yang belum tahu, bisa berkunjung kesana.

Dengan sukacita, kubuka sampulnya ... Bismillahir rahmaanir rahiiim, ini dia bukunyaaaa




Pas kubaca sekilas, ada yang lucu : nama mantan tunangan si Franz ternyata annie! Waaaah! Apa Fanda milih aku sebagai pemenang quiz karena nama tokohnya, ya? Hehe ... gak laaah, bercanda kok!
Ku sms lah ia, dengan gembira Fanda membalas : haha ... sudah jodoh kali, mbak!
Bener juga, gak ada kebetulan didunia ini, termasuk saat aku dapat kiriman dua paket buku dari sobat blogger.

Ya, Dua Paket. Alhamdulillah ...
Paket yang kedua adalah paket hadiah Kontes Blog Berbagi Kisah Sejati. Benar, paketnya baru kuterima, bukan karena keterlambatan panitia, tetapi karena akunya telat membalas email! Buat Anazkia, Denaihati, Mas Joddie dan mbak Asma Nadia, terima kasih banyak. Ini dia bukunya :




Dua buah buku karya mbak Asma Nadia.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, terima kasih semua.
Semoga manfaat dan makin memacu saya untuk lebih rajin menulis.

Sabtu, 03 Juli 2010

Muktamar Satu Abad MUHAMMADIYAH




MUKTAMAR MUHAMMADIYAH 1 ABAD
Lagu : Dwiki Darmawan
Syair: Din Syamsuddin

Seabad gerak waktu
Sang Surya bersinar selalu
dalam berkat rahmatMu
cerahi peradaban mutu

Jutaan insan bersatu
ribuan amal berpadu
dalam lingkar syahadat
bawa Islam penuh rahmat

Ke Jogja kita kembali
Abad kedua kita mulai
tekad membaja di hati
walau jalan mendaki

Ayo bergandengan tangan
hadapi sgala tantangan
gerakkan lasykar zaman
jayalah masa depan

Muhammadiyah satu abad
saat kita bergembira
atas segala nikmat
cabang ranting semua bersua

Itu lirik lagu Muktamar 1 Abad Muhammadiyah karangan Bapak Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah. Lagu itu mengandung semangat kebersamaan dan harapan besar bagi kejayaan semua. Sesuai tema yang diusung, yakni "Gerak Melintas Zaman, Dakwah dan Tajdid Menuju Peradaban Utama’’
Sesuai dengan logo organisasi bergambar matahari, Muhammadiyah ingin menyinari dunia sepanjang hayat. Kiprahnya bisa diwujudkan dalam dakwah dan tajdid, serta amal usaha Muhammadiyah. Selama perjalanan satu abad, Muhammadiyah telah menunjukkan karya nyata dengan aneka amal usaha yang membumi, merakyat seperti fasilitas pendidikan, rumah sakit dan aneka pelayanan publik.

Muktamar Muhammadiyah kali ini (3-8 Juli 2010) yang dipusatkan di Yogyakarta, dihadiri oleh 6000 peserta muktamar dan kurang lebih sejuta penggembira dari berbagai pelosok Indonesia. Dibuka secara RESMI oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono melalui tele conference, sebab beliau sedang berada di Al-Madinah Al-Munawarah Arab Saudi.

Sebanyak 1.300 personel keamanan dari berbagi unsur (kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, Komando Keamanan Muhammadiyah, dan anggota Perguruan Tapak Suci) dikerahkan di sekitar Stadion Mandala Krida Yogyakarta, tempat pembukaan berlangsung.

Saya jadi teringat, saat menjadi muktamirin (peserta Muktamar) di Jakarta beberapa tahun lalu, mendengar "Sang Surya" dikumandangkan. Sensasinya terasa hingga ke tulang sumsum. (lebay?) Tidak juga. Saat kita larut dalam sebuah perhelatan, spirit acara selalu merasuk dan menyatu dalam kedirian kita, lantas spirit itu pasti akan tertransformasikan melalui langkah dan gerak nyata.

Harapan kita, semoga saja Muktamar kali ini benar-benar melahirkan keputusan yang mencerahkan ummat dan bangsa secara keseluruhan. Amiiin ...

*diambil dari berbagai sumber


Assalamu'alaikum, dunia ...

Selamat pagi langit membentang, ini aku kembali menatap birumu.
Selamat pagi bumi menghampar, ini aku kembali memijak hijau rumputmu, coklat tanahmu.
Selamat pagi dunia, ini aku kembali menghampiri hiruk geliatmu.
Setelah sekian lama aku tenggelam di lipatan pagi yang lain, alhamdulillah kini aku kembali disini.

Assalamu'alaikum semua, apakabar?

Jumat, 18 Juni 2010

Tidurlah, Nak ...

Tidurlah, Nak
langit telah terpejam
mengapa engkau masih terjaga?
usah engkau pedulikan geliat siang yang resah oleh berita tak pantas
bukankah pagi tadi engkau buka harimu dengan nama Tuhan?
hingga kala bintang datang
engkau dapat segera lena
seperti dulu engkau selalu terpejam
dalam senandung madah Rasul ...

Tidurlah, Nak
usah sedih dan menangis
melihat para dewasa nampak terlihat lebih kanak-kanak dibanding engkau
doakan saja
agar esok, hari-hari di negeri ini tak lagi mentah
dan membara

Mari kupeluk engkau, Nak
agar jiwa segarmu memberi hangat ibu
agar asa hati ibu memberi hangat engkau
kita saling menguatkan, Nak
sebab seperti itulah Tuhan menciptakan kita
untuk saling melengkapi
engkau melesat dariku
ibu menanami jiwamu

Menatap matamu, Nak
ibu melihat masa depan bangsa ini
Engkau, bersama anak-anak lain di negeri ini
kuharap
tak akan pernah lagi menjadi kanak-kanak seperti yang dipertontonkan para dewasa saat ini
sebab engkau, bersama anak-anak lain di negeri ini
akan tumbuh dan besar dalam keranjang keluhuran akhlak
tumbuh dan besar dalam buaian ibu yang paham
bahwa engkau patut dijaga dan dihargai
bahwa engkau demikian berharga
bahkan untuk sekedar mendengar kata lumpurpun engkau tak pantas
sebab engkau mutiara
yang hanya pantas melihat dan mendengar kata-kata sekelas batu mulia

Ajaklah serta teman sebayamu
untuk bersama memindai cinta dan kebersamaan
usah risau akan perbedaan
bukankah dengan demikian kalian menjadi kaya?
engkau dan anak-anak lain, teman-temanmu itu
pasti akan melahirkan harmoni indah negeri ini
saat engkau tabuh genderang rencana, yang lain menghentak kaki mengikuti irama
menghimpun orkestrasi membahana
nyanyian bangsa merdeka, berdaulat, mandiri dan berharga diri
dan itu hanya akan tercipta
saat kalian berbeda
lihatlah harmoni dapat tercipta karena perbedaan, bukan?


doaku, ibumu
doa kami, semua ibu di negeri ini
tertiup di setiap helaan nafasmu
dan nafas anak-anak negeri ini

Jangan berfikir untuk sendiri, Nak
berfikirlah untuk semua
untuk negeri ini
untuk Indonesia

Tidurlah, Nak
rembulan telah naik
istirahatlah sejenak dengan nama Tuhan
esok kejarlah mataharimu
seperti yang telah Tuhan takdirkan
bagimu dan anak-anak lain di negeri ini
engkau akan berdiri di garda depan
memegang panji Indonesia
dalam keluhuran jiwa

Kelak
negeri ini di genggamanmu

Tidurlah, Nak
dan mari tundukkan hati
berdoa
"Ya Allah, dengan menyebut namaMu aku hidup
dan
aku mati"

Rabu, 16 Juni 2010

Memahami Kesalahpahaman



Ada ketidaknyamanan yang kita rasakan saat terjadi salah paham, terutama dengan suami. Salah paham bisa terjadi oleh sebab yang terkadang sangat sepele, raut wajah yang tak menyenangkan misalnya. Ya, hanya oleh sebab ekspresi jutek, yang astaghfirullah kerapkali tak bisa disembunyikan karena berbagai sebab, tiba-tiba saja pertengkaran dimulai. Padahal ketika dirunut lagi kronologis kejadiannya, kok ya menggelikan. Meminjam istilah Gus Dur : gitu aja kok repot! Tapi memang begitulah yang sering terjadi dalam rumah tangga.




Namanya juga salah paham, berarti ada kesalahan dalam memahami suami atau istri. Bukannya kesalahan yang betul-betul dilakukan untuk menyakiti. Bukankah itu letak perbedaan antara kesalahpahaman dengan kesalahan.


Setelah ungkapan ketidakenakan keluar dari lisan keduanya atau malah hanya muncul dari satu pihak karena yang lain lebih memilih untuk diam, biasanya saat itulah muncul “slide” sebab-musabab mengapa ini bisa terjadi. Reaksi yang kemudian terjadi bisa berbeda, menangis, geram, pergi, menyesal, atau malah menertawakan diri sendiri. Apapun reaksi yang timbul merupakan buah dari perasaan dan kata-kata yang meluncur sebagai wakil hati kita saat itu. Ibarat awan mendung yang menurunkan hujan. Seberapa besar dampak yang diakibatkannya tergantung deras tidaknya air yang turun.



Maka Rasulullah saw membimbing kita untuk menetralkan hati saat emosi melalui sikap. Bila kemarahan itu timbul saat berdiri, maka duduklah. Bila sedang duduk maka berbaringlah. Dan lekaslah membasuh diri dengan air wudlu karena air akan mendinginkan api yang tengah bergejolak di dalam hati. Tentu saja tuntunan beliau yang indah itu harus disertai oleh upaya aktif dari diri kita sendiri untuk meredam emosi agar kesalahpahaman tak berlanjut pada pertengkaran yang tak perlu.



Ada istilah “rep-pok” yang diajarkan orangtua dahulu (khususnya di kalangan orang sunda) dalam menyikapi kesalahpahaman dalam rumah tangga. Artinya bila salah satunya “pok” alias berbicara, yang lain jangan ikut bicara atau “rep” diam, agar tidak terjadi cekcok. Ajaran orangtua kita itu sejalan dengan tuntunan Islam dalam berperilaku santun ketika bicara. Bisa dimengerti apabila lisan seringkali tak dapat dijaga saat emosi tengah naik. Tapi dengan banyak berlatih menahan diri dan beristighfar, Insya Allah, Allah akan memudahkan setiap upaya perbaikan diri.



Tapi, sesekali kesalahpahaman perlu “dipertengkarkan” agar tumbuh pemahaman baru di benak suami istri mengenai keinginan dan tuntutan pasangan. Kesalahpahaman dapat dijadikan sarana untuk mengupdate perilaku atau malah sebagai sarana “penemuan baru” karakter dan sifat pasangan bahwa ternyata suami kita itu begini dan tidak menyukai yang begitu. Sebab seberapa lamapun kita menikah, pasangan adalah pribadi yang sesungguhnya tak kita kenal dengan tepat meskipun kita kenali dengan baik. Perjalanan rumah tangga adalah proses belajar seumur hidup. Di sana terdapat semacam “ritual ibadah” dalam bentuk lain.



Ketika kesalahpahaman diletakkan pada tempat yang tepat, dikelola dengan benar, dilihat sebagai sesuatu yang dapat berdampak baik, maka Insya Allah kita dapat lebih memahami pasangan kita serta memahami salah paham itu sendiri. Kesalahpahaman serupa tak perlu lagi terjadi dimasa mendatang dan tumbuh kesepahaman baru diantara pasangan.



Kesalahpahaman dapat dijadikan sebagai momentum pembaharuan. Bukankah sejatinya kehidupan berumah tangga itu adalah gerakan pembaharuan yang tak pernah berhenti ? Ia terus-menerus tumbuh seiring perubahan dan perkembangan masing-masing pribadi yang hidup didalamnya. Dan saya yakin di setiap detiknya Allah menyimpan hikmah agar kita bisa menemukannya dan kemudian menikmatinya.


Gambar : images.plurk.com

Senin, 14 Juni 2010

Kalam Hikmah

Takut
bahwa jangan-jangan dirinya akan
mengalami su'ul khotimah
memiliki makna
yang sangat besar
dalam rangka meningkatkan
amal ibadah

Pernahkah berfikir tentang bagaimana akhir hidup kita? Apakah dalam keadaan ingat Tuhan ataukah sebaliknya? Kekhawatiran akan sebuah akhir, dalam porsi yang seimbang, sejatinya akan memberi efek positif bagi perbaikan diri serta peningkatan kualitas jiwa.

Minggu, 13 Juni 2010

Prasangka Baik adalah Air Jernih


Setiap hari adalah rangkaian persentuhan. Persentuhan dengan sesuatu di luar diri kita. Sentuhan dengan orang lain, dikenal atau tidak, dengan binatang, tumbuhan, angin, hujan, panas, matahari, bulan bintang dan semesta. Persentuhan dengan sesuatu yang tak nampak namun yakin ada. Persentuhan dengan diri sendiri. Persentuhan yang mengabarkan bahwa kita ada dan bermakna.

Sayang ...
kerapkali persentuhan itu menimbulkan sesuatu yang tak sesuai keinginan. Barangkali memang demikianlah hidup diciptakan. Ada rima yang naik, datar, menurun bahkan tersungkur jatuh, lalu terbang mengangkasa. Dibutuhkan kesiapan dan kekuatan untuk tidak sekedar survive melainkan pula nyaman dan bahagia.

Pernahkah engkau berada di titik persangkaan (buruk) tentang sesuatu? Cemas, jangan-jangan begini atau begitu. Khawatir tak berkesudahan. Sedih oleh sebab yang tak pasti?
Sungguh sebuah kesia-siaan.
Meski sadar itu sebuah kesia-siaan, mengapa rasa itu tetap ada di hati?

Lalu bisikan angin menyentuh alam bawah sadar. Kuyakin, sejatinya bukan angin yang menyentuh, melainkan Kemahalembutan Tuhan. Membisikkan : Bila engkau hanya bisa berprasangka atas apa yang masih menjadi sesuatu yang samar-samar, bisakah engkau memastikan kebenarannya? lalu haruskah engkau menangis, marah atau rasa apapun sesudahnya saat engkau lena dalam prasangka itu? Padahal itu belum tentu benar.

Sedang prasangka bukanlah fakta. Dan sebagian dari prasangka adalah dosa! Sebab didalamnya terselip suudzon (buruk sangka).

Persentuhan dengan orang lain kerap menimbulkan prasangka. Disadari atau tidak, itulah tipuan hati. Ujung-ujungnya kita tak bahagia. Sungguh sebuah kesia-siaan.
Prasangka demikian menguras energi dengan semena-mena.

Bila demikian adanya, baik kita budayakan saja husnudzon alias berbaik sangka. Mensugesti diri dengan kebaikan akan melejitkan jiwa positif, menguatkan hati dan menebar benih damai.
Maka persentuhan, dengan apapun dengan siapapun, selalu akan melahirkan kejernihan.

Jumat, 11 Juni 2010

Sebaran Award Negeri Jiran.

Niat posting, tapi nulis apa?
Alhamdulillah, Kang eNeS kirim pesan di comment box, bahwa beliau dikirim award dari blogger Malaysia untuk disebarkan. Maka, bingkisan ini adalah award tercepat yang kupajang.

Silaturahim, yang dulu demikian sulit bila terpisah jarak dan waktu, kini di dunia yang kian menyatu ini semua dimungkinkan untuk terjadi. Award yang kuterima ini adalah Award sebaran yang diterima Kang eNes dari sobat blogger Malaysia, sebagai tanda kekerabatan dan pertemanan. Meski tak bersua secara nyata, toh kemesraan tak dikuasai alam nyata, ia juga bisa menyebar via alam virtual.

Sebagaimana semua mafhum, selalu ada dua sisi mata uang, selalu ada dua efek dari kemajuan, positi dan negatif. Semua tergantung dari si pengguna. Mari jadikan silaturahim dunia virtual ini sebagai sarana pemberi manfaat dan perekat damai bagi semua, bukan sebaliknya. Usah terpengaruh oleh hasutan media yang menyesatkan.

Masa kini, seringkali slit membedakan yang benar dan yang salah. Rasakan semua dengan hati, sebab hati tak pernah dusta.

Untuk sahabat, award ini kukirimkan. Mohon disebarkan sebagai salam damai.

Silakan diambil untuk :

1. Ayoe Ritma
2. mbak Fanny
3. mas Sigit
4. Secangkir teh dan sekerat roti
5. mbak Desfirawita

Semoga berkenan.

Rabu, 09 Juni 2010

Intermezzo

dia bengong
aku melongo
kenapa dia jadi bego??

kutanya, dia bilang nelongso
Ooo
ada gadis yang ngasih combro
so?
bukan itu yang dia mao

Hoh!?
kadang cinta membuat orang jadi bego
rujak cuka dibilang bakso
serasa naik heli padahal naik bemo

Oooooi
aku mau kalian taooo
tak akan aku jatuh cintrong
biar jauh dari penyakit bego

ho ... ho ... ho ...

bletok!
wadowww!!!


Untuk mbak Fanny, mbak Fanda-Vixxio dan kontesnya. Karena saya gak biasa bikin puisi kocak, ya begini ini hasilnya.
Sekedar memeriahkan, mbak. Buat nambah-nambah peserta (bikin kerutan di muka juri, baca puisi kocak yang 'aneh' hehe ...)
Novel yang dipilih : Tongkat ajaib Lolita : My dearest frog prince.

Trims ...

Senin, 07 Juni 2010

CINTA SEPENUH BUMI ITU KUPANGGIL MAMA


Menyebut Mama adalah menyebut kembang yang aku tak pernah menanam, namun tiba-tiba tumbuh dalam diam, berkembang dalam diri, diam-diam, tak kenal layu, tanpa kutahu dari mana awalnya.


Menyebut Mama adalah menyebut sekian jejak jalanan, yang membentang bukan saja dari buaian, melainkan jauh sebelum itu, dari detak jantung rahim kehidupan.

Menyebut Mama adalah menyebut sekian rasa tak tertahankan, oleh ke’rumasa’an yang tak terkendali oleh nalar. Memaksa selaksa rinai meleleh di sudut hati.


Seperti hari ini.

Seribu satu rasa melesak dalam dada. Entah bagaimana akan keluar, sebagai kalimat penghormatan bagi pengkhidmatannya yang tulus tak terbayarkan. Pilihan kalimat terindah tak pernah cukup pantas bagi kecintaan luhurnya pada anak rahim yang menjadikannya seorang ibu. Ibu bagi anak-anak. Ibu bagi kehidupan. Ibu bagi peradaban.


Mama …

Aku ingat saat dengan tekun kau genggam jemariku

Menuntun kemanapun langkah kuayun saat berlatih meniti jalan

Aku ingat saat dengan cemas kau tunggu kepulanganku dari pergi main yang lupa waktu

Dalam kekhawatiran, tak seucap kata pedas pun yang kau lontarkan, selain peluk hangat pelepas cemas yang membuncah.


Aku ingat saat dengan sabar engkau menjejeri langkah remajaku, yang terkadang sulit kau mengerti tapi coba kau pahami. Meski aku bukan termasuk remaja yang sulit diatur, masa-masa itu tetaplah sebuah masa sulit bagi sebuah hubungan saling memahami. Tak pernah ada friksi diantara kita karena engkau demikian arif menyikapi masa 'sulit'ku.


Aku sedih mengingat betapa engkau demikian kasih memperlakukan aku. Sedih karena hingga detik ini aku tak pernah bisa memberi berlembar-lembar cinta seperti cinta yang telah engkau selimutkan dalam jiwaku.Hingga kini tak pernah mampu kusebut engkau melebihi sebutan cintamu kepadaku. Dan disinilah aku dapat memahami kenapa Rasulullah mulia demikian memuliakanmu.


Aku ingat saat engkau mengajariku mengeja aksara dalam berlembar surat yang kukirim untuk ayah yang tinggal jauh dengan kami. Dibimbingnya aku menulis dengan tinta kearifan dan kasih, bukan dengan selaksa benci. Agar aku memahami bahwa hidup bukan tentang pendakwaan melainkan rangkaian perjalanan mengais nilai. Maka tempat yang berjauhan tak pernah membuatku kekurangan cinta dan sosok ayah. Bahkan, dengan takdir-Nya, aku bahkan merasakan banyak dilimpahi kasih, dari segala penjuru, kakek, nenek, paman, bibi, dan double cinta ibu.


Saat beranjak dewasa, aku tahu di sudut hatimu yang lain, engkau menyimpan luka yang dalam. Tapi tak sekalipun engkau pernah berucap kasar atau berperilaku keras, yang mengabarkan kedalaman luka itu. Tidak pernah. Saat kutanya mengapa, dengan halus engkau katakan : biarlah perih itu hanya milik mama, agar mama bisa dengan lapang memohon pinta pada Tuhan agar anak-anak mama tak pernah merasakan luka serupa.


Duh, Mama ...

Doa tak kunjung putus yang membuka pintu-pintu langit itulah rupanya, yang telah membuat hidup kami semua (anak-anak mama) berada dalam kelapangan dan ketentraman.

Lalu harus bagaimana lagi kami mengimbangi cinta sepenuh bumi yang telah engkau beri untuk kami? Tak kan pernah sanggup kami mencintaimu melebihi cintamu pada kami.

Hanya doa, di setiap helaan nafas kami agar kiranya Allah Yang Mahacinta mencintaimu kini dan kelak. Mohon kiranya Allah Yang Mahahalus dan Mahakaya senantiasa menganugerahi hidup sehat sejahtera, dan kelak menganugerahkan Istana indah di surga.


Amiiin ...



Tulisan ini saya ikutsertakan dalam kontes "Berbagi Kisah Sejati" yang diadakan oleh Anazkia
dengan sponsor Denaihati
Sekedar berpartisipasi, semoga berkenan.


Kamis, 03 Juni 2010

MUHAMMAD saw : Lelaki Penggenggam Hujan

Himada ...himada ... Diakah himada? Astvat-ereta?
Lelaki yang kelahirannya telah lama diramalkan dalam
gulungan-gulungan perkamen kuno?
Sosok Maitreya yang memiliki tubuh semurni emas, terang benderang, dan suci
?


Barisan kalimat-kalimat itu memaku pembaca di sampul buku. Judulnya :

sebuah novel biografi
MUHAMMAD saw
Lelaki Penggenggam Hujan



Novel ini diawali dengan sebuah pengantar yang tak lazim. Pengantar itu menginformasikan keadaan di 6 tempat yang saling berjauhan, yang sama-sama menantikan lahirnya "manusia yang dijanjikan" dengan nama yang sesuai dengan keyakinannya. Pinggir kota Isfahan, Persia, menantikan Astvat-ereta. Danau Zhaling, kaki Gunung Anyemaqe, Tibet, menantikan sosok yang disebut Maitreya. Tengah gurun, sebelah barat Laut Merah, Mesir, meyakini bahwa dunia akan dikuasai para penindas hingga bangkit Sang Manusia Mulia yang mereka sebut Mamah Rishi. Lembah Narmada, India, menantikan hadirnya Malechha yang akan mengagungkan nama Tuhan. Pelabuhan Barus, Nusantara, membicarakan lahirnya lelaki yang akan mampu membelah bulan. Sedang di Bukit Tsur, Makkah, seorang perempuan tengah berada dalam puncak kekhawatiran membayangkan ayahnya yang menemani Lelaki Mulia itu (yang tengah menjadi pembicaraan di 5 negeri yang jauh) bersembunyi di Gua Tsur menjelang hijrahnya ke Yatsrib, bersembunyi dari kejaran para penunggang kuda yang ingin membunuhnya!

Itu baru kata pengantar.

Cerita dimulai dari Biara Bashrah di Suriah tahun 582 M. Suatu siang di musim panas, Pendeta Bahira sang penunggu biara, ditakdirkan Tuhan untuk bertemu dengan lelaki pemimpin kafilah dagang dari Makkah. Ia, Pendeta Bahira, yang sedari awal memang yakin hari itu bukan hari biasa, melihat tanda-tanda kenabian dalam diri seorang lelaki kecil yang datang bersama kafilah dagang Makkah. Tanda-tanda yang secara fisik maupun non fisik itu ia ketahui dari kitab suci. Guncangan jiwa yang hebat terjadi setelahnya. Bagaimana ia menyadari satu hal, bahwa ia akan melihat dan mengalami saat-saat yang telah dijanjikan Tuhan melalui kitab suci yang ia yakini, saat datangnya seorang Nabi penutup, nabi bagi semua agama, nabi bagi seluruh dunia : Himada akan datang! Yang terpuji telah datang!

Setelah masa emosional itu berlalu, ia menulis surat kepada sahabatnya di Semenanjung Arab, tempat yang sama darimana sang kafilah dagang berasal, Makkah, yang bernama Waraqah bin Naufal. Surat itu mengabarkan penemuannya. Ia juga berpesan agar Waraqah menjaga rahasia ini. Sebab Nabi ini, seperti para nabi Tuhan sebelumnya, akan dimusuhi oleh orang-orangnya sendiri. Oleh karenanya, sebelum waktunya tiba, ia harus terjaga.

Pada saat yang bersamaan, di Persia, seorang pemuda bernama Kashva yang dipercaya oleh Raja Khosrou mengelola Kuil Sistan, menghadap Rajanya untuk mengabarkan tentang telah tibanya seseorang pembawa terang. "Dia telah datang, Baginda. Astvat-ereta sudah hadir di dunia. Nabi baru itu dan para pengikutnya akan menaklukkan Persia, Madyan, Tus, Bakh, tempat-tempat suci kaum Zardusht dan wilayah sekelilingnya. Nabi perkasa ini adalah seorang manusia yang jernih bertutur, bercerita kisah-kisah penuh mukjizat."

Raja Khosrou, penguasa Persia yang agung, beku di tempatnya berdiri. Semua tahu, alamat buruk. Kashva sadar ia tengah menggadaikan nyawanya. Raja tak segan memenggal kepalanya, kepala pemuda yang selama ini menjadi kesayangan sang Raja.
Ada yang mengkristal di benak Kashva seketika. Aku harus meninggalkan Persia! (hal. 30)

Maka Kashva memulai pelariannya. Mengabdikan hidup demi menemukan lelaki itu. Lelaki yang ia yakini sebagai Lelaki Penggenggam Hujan, lelaki penggenggam wahyu dari langit : Muhammad. Al-Amin yang kelahirannya akan membawa rahmat bagi semesta alam, pembela kaum papa, penguasa yang adil kepada rakyatnya. Perjalanan Kashva diwarnai dengan peperangan, penelusuran kitab-kitab kuno berbagai agama, pengalaman spiritual dari segala pelosok Persia, India, Tibet dan Arab. Benturan kepentingan pribadi dan diskusi-diskusi dalam upaya menerjemahkan makna teori setiap kitab membuat jiwanya semakin kuat ingin menemui Sang Lelaki.

Saat ia bergulat dengan pertarungannya sendiri, Lelaki yang didambakannya semakin nyata kebenaran risalahnya. Tutur kata yang tak pernah keras, perilaku yang senantiasa terjaga kesantunannya, pendustaan demi pendustaan dijawab dengan kejernihan hati. Peperangan dan penghinaan semakin menguatkan barisan pengikutnya. Ini adalah kisah seorang pemimpin paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Bagaimana Lelaki yang Tak Pernah Mendendam ini mengajak manusia kepada kebenaran. Di tanah kelahirannya, Makkah, ia terusir. Di Thaif ia didustakan, diusir dan dihinakan. Di Yatsrib ia dikepung. Di Hudaibiyah ia terhalang. Tapi ia tetap sabar.

Muhammad, Lelaki yang Senantiasa Menyebarkan Kedamaian ini, menulis surat kepada pemimpin-pemimpin dunia, menyampaikan kabar gembira yang Ia bawa. Menawarkan cara hidup baru yang sebelumnya tidak mereka tahu. Membagi keimanan yang sebelumnya telah dirasakan begitu menguatkan. Sebuah konsep hidup yang mengubah total kehidupan penuh kebodohan menuju tata keseharian yang bermartabat. Sesuatu yang telah dirasakan olehnya dan oleh ribuan pengikutnya. Surat itu diberangkatkan kepada Raja An-Najasyi di Abyssinia, Alexandria-Mesir, Romawi, serta Raja Khosrou di Persia.

Maka pencarian Kashva semakin sarat konflik. Hasrat dalam diri Kashva sudah tak terbendung lagi. Keinginannya untuk bertemu dengan Muhammad demikian besar hingga tak ada sesuatupun yang membuatnya jerih. Bahkan maut yang mengintai di ujung pedang tentara Khosrou tak juga menyrutkan kerinduannya bertemu Muhammad.

Bagaimanakah akhir kisah ini?
Ini adalah cerita tentang permulaan sebuah ajaran yang paling disalahpahami di muka bumi. Ini adalah sebuah titian perjalanan setiap manusia spiritual berbagai agama untuk menemukan Dia yang Dijanjikan.

****

Baru kali ini saya membaca sejarah Muhammad saw yang ditulis dengan gaya seperti ini. Novel. Awalnya saya ragu. Ragu antara memisahkan kisah sejarah dengan kisah fiktif yang pasti mewarnai dengan kental kisah ini. Nyatanya, Tasaro GK, demikian jeli membagi plot dan merunut kisah ini dengan akurasi yang, menurut Ahmad Rafi' Usmani-penulis buku-buku tentang Muhammad, sangat memikat.

Membaca novel ini, saya merasa ikut terlibat secara personal didalamnya. Saat Rasulullah saw menuju Thaif, perjalanan yang demikian berat secara fisik dan mental, saya tak mampu menyimpan sedan. Ada yang menarik saya demikian kuat untuk merasakan secara nyata kepedihan Sang Nabi, meski ia sendiri masih dapat tersenyum dan bersabar.

Tak berlebihan bila Tasaro GK, sang penulis, menulis akhir penelusuran jejak Muhammad saw dengan menghiba :
Ya, Rasul .... lumpuh aku karena rindu ...


====

Judul buku : sebuah novel biografi MUHAMMAD saw : LELAKI PENGGENGGAM HUJAN
Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Bentang - Yogyakarta
Tebal : 546 hlm
Harga : Rp. 79.000,-

Senin, 31 Mei 2010

Jiwa Sukses dan Wise Word

Mario Teguh, motivator dan pengasuh acara Golden Ways di salah satu stasiun televisi Indonesia, mengatakan bahwa orang berhasil adalah orang yang baik. Saat ia menjadi orang baik, ia telah berhasil dalam hidupnya. Saya setuju dengannya. Sangat setuju.

Ketika sebagian orang berasumsi bahwa orang sukses adalah ia yang memiliki harta melimpah, kedudukan tinggi, dan kewenangan memerintah bawahan, pernyataan pak Mario seolah kontraproduktif. Kesuksesan tidaklah diukur secara materi. Orang yang sukses adalah orang yang mampu mencapai tujuan hidup hakiki, yakni menjadi orang benar, orang baik.

Dalam kacamata agama, manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah. Bukan untuk yang lain. Proses ibadah, dalam segala aspek hidup, secara otomatis akan mengantarkan manusia pada jalan kebaikan. Maka orang yang berhasil dalam hidupnya adalah orang yang baik.

Perjalanan menuju kebaikan selalu penuh rintangan, semoga saya dimampukan Allah untuk menghalau rintangan itu dan tiba di titikNya. Amiiin.

Tulisan ini untuk mengemas award "Jiwa Sukses" yang dihantarkan oleh sobat sekaligus guru saya Kang eNeS. Hatur nuhun atas semuanya (terutama ilmunya), Kang, semoga Allah swt menghimpunkan segala kebaikanNya untuk akang dan keluarga. Ini awardnya :


Sedang yang ini award dari Nuansa Pena, disertai tugas menuliskan kata mutiara atau kalam hikmah.


Rasulullah saw pernah bersabda : "Para pengasih akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Mahasuci dan Mahatinggi. Kasihilah makhluk yang ada di muka bumi, niscaya yang ada di langit akan mengasihi kalian."

Terimakasih mas Edi (pemilik blog Nuansa Pena) atas silaturahim yang terjalin selama ini. Semoga membawa banyak manfaat bagi semua. Amiiin.

Award-award ini saya kirimkan kepada Teh Latifah Hizboel dan Mas Aulawi Ahmad, semoga berkenan menerimanya.

Minggu, 23 Mei 2010

Rain Affair : Antara Cinta dan Dusta

Rain Affair. Apa yang engkau pikirkan saat membaca judul itu?
Urusan Hujan? Permainan Hujan?Pasti segala sesuatu mengenai hujan.
Atau bahkan hujan tak ada sama sekali dalam kisah ini, semata kisah cinta romantis, hanya ... akan lebih syahdu bila hujan mengguyur? Bisa iya, bisa juga tidak. Novel ini akan mengabarkan semuanya. Tentang cinta, dusta dan ... (lagi-lagi) hujan.

Ya novel.
Rain Affair adalah sebuah novel romantis karya Clara Canceriana.
Yuk, kita menyusuri lekuk likunya satu persatu.

Novel ini dikemas dalam balutan warna cinta : biru dan pink. Juga putih.
Ada payung terbentang terbalik warna pink mengabarkan sisa hujan di bawahnya, berupa genangan air. Nah, di sampulnya saja aroma hujan sudah menyergap. Artinya, sang penulis akan membuat tokohnya atau setidaknya background kisah ini dengan ritmis hujan, pemuja hujan, penggila hujan. Ugh, pantaslah. Anak judulnya menulis : ketika hujan aku jatuh cinta.


Novel ini mengisahkan romantika perasaan Noah, Lea dan Nathan. Perjalanan cinta Noah dan Lea dirajut dalam bingkai kasih yang aneh. Cinta yang bermandikan dusta, sayang yang berselimutkan kepalsuan. Cinta dan dusta menyatu dalam aliran hujan. Tergenang seolah tak terpisahkan. Sementara Nathan, orang ketiga yang berdiri di luar genangan, tetap berusaha untuk menjadikan dirinya 'payung' di hati Lea. Meski ia tak yakin gadis itu masih mengingat dirinya.

Keadaan seperti ini layaknya menggantang pelangi. Mereka tak bahagia. Hingga mereka berani memutuskan untuk bersegera memutuskan rantai dusta dan kepalsuan diantara mereka.
Kebahagiaan itu ibarat pelangi. Indah. Nampak dari jauh, tak tergapai. Padahal sebenarnya ia ada di dalam diri mereka sendiri.

Bagaimana kisah ini berakhir?
Temukan jawabannya di Rain Affair karya Clara Canceriana, penerbit Gagas Media.

****
Pre-Review ini ditulis untuk memeriahkan : Rain Affair Pre-Review Contest
yang diadakan oleh Clara Canceriana
.

Namanya juga pre-review, jadi ditulis sebelum bukunya dibaca. Sedikit sok tahu hehe ... plus informasi awal dari sang penulis buku. Semoga berkenan ...

ujung jalanan belum usai

kaki-kaki itu berderap bersamaan
tangan-tangan itu menggenggam karung berisi pasir,
koral, batu
bergantian
lelaki berkopiah
perempuan berkerudung
anak-anak seusia remaja tanggung
hendak kemana?

mataku menangkap senyum
diantara terik yang merayap langit
segerombolan santri berderap menggenggam karung
berdua-dua
berjalan di payung langit
lelaki berkopiah
perempuan berkerudung
anak-anak seusia remaja tanggung
hendak kemana?

ooo...
kiranya ujung jalanan belum usai

Jumat, 21 Mei 2010

Sebaiknya Aku Diam

Teriakanmu memecah keheningan. Sebaiknya memang aku diam, untuk memecah teriakanmu.
Impas ...

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti kontes Fiksi Mini yang diadakan oleh mbak Wi3nda di sini


Selasa, 18 Mei 2010

Yang Tertunda

"Maafkan ...."
Ya, maaf karena beberapa tag dan award terlalu lama saya simpan di bilik. Baru sempat saya kerjakan sekarang dengan beberapa alasan yang gak penting.

Sudah lama saya dikirimi tugas oleh Fanda agar memilih beberapa theme blog yang saya suka. Sebetulnya saya suka tugas ini, masalahnya saya rada gaptek, sulit memindahkan theme blog favorit secara keseluruhan mulai header hingga postingannya. Karena itu tugas ini rada lama (lama banget malah hehe ...) kukerjakan. Ada beberapa yang gatot (gagal total), so dengan beribu maaf (*memerah pipi karena malu) beberapa theme gak bisa saya tampilkan, cukup nama blognya saja. Maaf yaaa ...

Maka inilah hasilnya :

1. Ruang Jeda nya Mas Yan's dalam jeda (sayang sekarang theme-nya sudah diganti)



2. Cerita Rahma Hari Ini, milik Rahma Meisyara Adnin alias Cici (my little princes)



3. Curhat Fanda. Saya suka bunga pointtsetia-nya

4. Cerita Inspirasi Ada kincir yang berputar, jadi terasa pas dengan judulnya, menginspirasi.

5. bukan sesiapa, blog milik mbak eka ini minimalis dengan content yang pas, jadi terasa sederhana.



Sebetulnya saya juga suka theme blognya Teh Latifah Hizboel yang Cinta Hakiki, Jendelaku Menatap Dunia milik Sinta, Kedai Kopi milik Ivan Kavalera sang penyiar dan penyair asal Bulukumba, cuma itu tadi gak bisa diupload disini (haaa ... ketahuan gapteknya!!).

Sekali lagi, maafkan, ya, sobat.

Kemudian ini award dari Gek

terima kasih Gek, maaf telat ...

award dari mbak ninneta disertai pesan menyebar kasih sayang kepada sesama


terima kasih award cinta kasihnya, semoga kita selalu bisa menebar kasih sayang hingga damai bumi kita. amiiin.

award dari mbak Reni
Beliau adalah sobat blogger yang sangat rapi menyimpan award dan memajangnya, sampai2 hafal berapa kali seseorang mengirimkan award padanya. Keren! Saya kebagian posisi ke-6 sebagai pemberi award terbanyak padanya, karenanya dihadiahi ini :

Terima kasih ya, mbak ...



Ini tag dari Anazkia

1. Apakah nama profile blog-mu? Apa artinya?
Ani Rostiani. Itu nama yang diberikan oleh orangtua saya. Ani adalah nama yang lazim bagi orang Sunda, sedangkan Ros diambil dari nama kembang ros (mawar) yang tumbuh subur di halaman rumah kakek, wangi dan cantik. Harapannya (pasti) agar saya tumbuh menjadi anak perempuan yang cantik (akhlaqnya) dan menyebarkan wangi kebaikan dalam setiap perilaku. Katanya sih begitu ...

2. Apakah nama blog-mu, apa artinya dan mengapa dinamakan seperti itu?
Blog ini kunamai 'resonansi ani rostiani'. Resonansi adalah getaran suara. Saya membuat blog ini karena ingin menuangkan segala getar dan rasa yang ada didalam diri, yang saya pikirkan, saya lihat dan saya rasakan ke dalam blog ini, begitu...

3. Sejak kapan mulai tertarik untuk membuat karya tulisan?
Sebetulnya saya menulis sejak SD, cuma yaaa gitu deh. Disimpan saja di sela-sela tumpukan buku dan catatan gak penting. Lagipula dulu, sejak kelas 3 SD saya diwajibkan menulis catatan harian oleh kakek (sekarang almarhum). Bila dikumpulkan, entah ada berapa puluh buku yang sudah kutulisi kejadian-kejadian kecil masa laluku, yang penting maupun yang gak penting (jiiiaaah, gayanya!!)

4. Apa motifasimu membuat blog ini?
Ya buat menyalurkan keinginan menulis.

5. Siapa yang menginspirasimu untuk membuat blog?
Teman kantorku, namanya Pak Haji Endang, meski secara praktek saya lebih banyak belajar dari Kang eNeS (hatur nuhun, Kang)

6. Siapa(-siapa) teman bloger yang mengajari dan membantumu membuat blog? (say something for appreciation)
Awalnya memang saya belajar dari buku, otak-atik sendiri. Lalu saya banyak belajar dari Kang eNeS. Beliau ini yang dengan sabar menjawab segala tetek bengek keingintahuan dan kegaptekkan aku. Karena itu disini aku ucapkan hatur nuhun pisan, Kang ...

7. Sekarang sudah punya berapa blog? Apa aja?
He .... jadi malu. Ada 3 blog sih, 4 dengan blog keroyokan. Tapi yang tiga jarang update. Apalagi blog yang berbahasa Sunda, sudah hampir 4 bulan ini terbengkalai. Ini dia mereka : resonansi ani rostian, Perpustakaan MTsN Garut, Cikaracak Ninggang Batu

8. Pertanyaan-pertanyaan di atas dihibahkan kepada
Sebagai rasa terima kasihku, aku hibahkan saja tag ini kepada Kang eNeS hehe ... Terus buat Persahabatan Latansa. Semoga tidak memberatkan ...

Untuk award-awardnya saya persilakan kepada sobat blogger yang belum punya dan bersedia mengambilnya, untuk memboyong ke rumah.
Alhamdulillah, lega rasanya telah menyelesaikan amanat ini.

Minggu, 16 Mei 2010

Malam dalam Hujan


malam ini, seperti malam-malam yang kemarin, aku dipeluk hujan. memunguti satu persatu potret yang Engkau gambar di dinding batu. sendirian ...

malam ini, seperti malam-malam yang kemarin, aku bersama hujan. merasai aroma wangi yang Engkau kirimkan lewat catatan kitab. sendirian ...

malam ini, seperti malam-malam yang kemarin, aku kuyup dalam hujan. mendamba guyuran cintaMu bagai air yang menguyupi bumi.

nampak sendirian, tetapi aku tahu Engkau ada
bersamaku dan hujan
...

Kamis, 13 Mei 2010

Hujan di balik jendela



Empat puluh tahun lalu, aku masih kanak-kanak. (keliatan tua amat aku ya …!!) Hujan sore hari sering kupandangi dari balik jendela. Melambai-lambai, lalu segerombolan anak-anak berlarian dalam hujan. Menarik-narik.

Kubuka pintu, jendela rumahku tak bisa kubuka, sebab ia tak berdaun. (daun jendela kan biasanya membuat jendela bisa terbuka, punyaku tidak! Jendela rumahku besar, selebar aku dikali empat atas bawah. Karena itu ia tak berdaun jendela, dan tak bisa dibuka)

Lalu air hujan membasahi mauku, menarik tanganku dalam basah, tiba-tiba saja aku bermandikan hujan bersama anak-anak yang berlari. Teriakan berkawan dengan kaki-kaki kecil yang kegirangan. Aku lupa, bajuku kuyup bersama tawa yang basah. Hujan telah berjabat erat denganku.

Itu dulu …. Berpuluh tahun lalu.

Sore ini, hujan kembali mengetuk jendela. Kali ini jendelaku dapat kusibak, sebab ia memiliki daun. Tapi aku tak bisa melompat dan memeluk hujan, sebab disana aku tak menemukan lagi kaki-kaki kecil milikku dan gerombolan anak-anak. Meski ia tetap melambai dan menarik-narik mauku.

Bisakah aku kembali bertelanjang kaki bersama tarian hujan? Sedang langit tak lagi menurunkan air yang sama. Air yang memiliki wangi awan, air yang tidak menurunkan rasa sakit, …


Aku hanya ingin sekejap saja menari bersama hujan. Seperti dulu

Tapi aku hanya bisa memandangi, sedang anak-anakkupun kularang bermain hujan. Sebab bagiku ia telah berubah.

Hujan itu telah berubah …ataukah tidak? Hujan tak pernah berubah, aku saja yang berubah?

Barangkali karena langit telah menua, demikian pula aku ...


GAMBAR : http://nakjadimande.com/2009/08/13/hujan-dalam-peran-antagonis/

Senin, 10 Mei 2010

Embuni Diri dengan Mutiara


Manusia yang merdeka adalah
manusia yang mampu memerdekakan dirinya dari
berbagai penghambaan kepada sesuatu
selain Allah swt.

Jumat, 07 Mei 2010

enigma


Apakah ada namanya

saat jutaan siluet menggempur kenang antara kembara

dan keterjagaan

ketika batuan mengangkangi mau

sedang angin menyeret dalam turbulensi keheningan


enigma hening


Apakah ada penjelasannya

saat langit terang menurunkan gumpal commulo nimbus

di batas antara keciap ayam dan kepak sayap elang

dan serbuan air menghujani keseimbangan


enigma hujan


seharusnya ada

karena hidup adalah rangkaian sebab akibat

meski tak semua akibat timbul dari sebab yang sama

seharusnya ada

karena hidup perkara menggali

kalau perlu mengebor

kedalaman sekian milyar enigma


apakah ada namanya

bagi setiap keterpasungan dan kelunya jiwa

yang bukan oleh aku


aku berteriak seteriak yang kubisa!


apakah namanya teriakanku?

hanya katarsis

atau sebuah keputusan


yang kutahu

kuharus menerima

meski itu

tak kumau!



Dedicated to Hanifah Nurhasanah

7 Mei 2010