Meski sudah mengenal penyakit TB
sejak lama, karena saya pernah terpapar oleh virus Mycobacterium Tuberculosis
itu dulu, saya baru mengenal istilah TB-MDR baru-baru ini. Saya awalnya hanya
tahu bahwa penyembuhan sakit TB memakan waktu lama dan harus konsisten. Itu
saja.
Pernah juga menemukan beberapa pasien yang ternyata
belum sembuh setelah minum obat selama 6 bulan. Konsekuensinya mereka harus
menambah waktu minum obat. Waktu itu saya bersyukur, bahwa saya dinyatakan
sembuh dan bebas dari penyakit menakutkan tersebut, setelah dokter (melalui
foto rontgen dan tes darah) menyatakan paru-paru saya bersih. Karena itu sempat
kaget, ada juga ya, yang memerlukan waktu penyembuhan lebih lama.
Pikiran saya positif saja, mungkin kondisi tubuh
mereka tidak sama dengan saya. Sekarang saya mulai menduga, bisa saja diantara
mereka pernah sekali atau dua kali lupa minum obat dan tidak terus terang pada
dokter. Padahal syarat utama penyembuhan TB adalah minum obat tanpa terhenti selama minimal 6 bulan.
Ketidakteraturan minum obat akan membuat kuman TB menjadi resisten alias kebal
terhadap obat. Kondisi ini pula yang mengharuskan pasien untuk minum obat lebih
panjang, sebagai 'pengganti' kekosongan yang sempat terjadi.
Rupanya si kuman begitu aktif dalam diamnya, disiplin
dan terstruktur, sehingga gerak serangannya hanya bisa diatasi oleh
kedisiplinan dan terstruktur pula. Ya itu tadi, memasukkan obat langsung ke
markas kuman yang menduduki tubuh sesuai arahan komandan alias dokter.
TB-MDR sendiri adalah istilah medis singkatan dari
Tuberculosis Multi Drug Resistent, artinya TB resisten obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan Rifampicin secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB (OAT) lini pertama lainnya seperti Etambuthol, Streptomicin dan Pirazinamid.
Penyebabnya memang tidak hanya karena si pasien
tidak kosisten minum obat saja melainkan bisa juga akibat dari tidak
tepatnya pemberian obat dari petugas kesehatan , baik dosisnya,
paduannya, kualitas obatnya, atau suplay obat yang tidak cukup.
Tapi jangan khawatir, sekarang pemerintah telah membangun kebijakan baru bagi pemberantasa penyakit TB di Indonesia. Diantaranya dengan memberikan obat TB gratis, jaminan suplay obat serta memastikan seluruh masyarakat menerima penyebaran informasi seputar TB.
Memang berat menjalani kewajiban minum obat setiap
hari tanpa henti. Belum lagi bila terjangkit penyakit lupa. Kadang ketika sibuk
melanda, esok paginya harus kembali memulai aktivitas harian atau dikejar tugas
kantor atau apapun, minum obat jadi terlupakan. Aneh juga ya kalau membaca kata
"sibuk-tugas-aktivitas" bersanding dengan "minum
obat". Pada beberapa kasus, pasien akan merasa telah sehat dan
sembuh karena keluhan batuk, demam dan berkeringat malam hari serta keluhan
lain, sudah tidak ada lgi. Badan sudah fit kembali. Keadaan inilah yang sering
membuat pasien merasa tak perlu lagi minum obat.
Padahal secara gerilya, kuman dalam tubuh belum punah,
ia hanya tertidur sementara, dan bila pemusnahnya dihentikan, kuman itu akan
bangun dan aktif kembali dengan kekuatan yang lebih besar.
Bila sudah begitu, maka obat yang harus dimakan nanti
lebih banyak, lebih keras dan tentu saja proses penyembuhan jadi semakin lama.
Yang ‘hanya’ 6 bulan saja sudah berat, apalagi lebih? TB-MDR memerlukan waktu 18 hingga 24 bulan untuk sembuh! Belum lagi harga obatnya lebih mahal, bisa 100 kali lipat dari obat TB biasa. Jumlah obat yang harus dimakan lebih banyak, dan otomatis efek sampingnya bisa lebih berat. Ini bukan menakut-nakuti. Beneran!
Kalau bisa lebih cepat sembuh dengan 6
bulan saja, kenapa harus memilih lebih lama lagi?
Itulah sebabnya harus ada keterlibatan banyak pihak
untuk mengawal keberhasilan pengobatan TB. Pasien perlu didampingi oleh PMO
alias Pengawas Minum Obat. Siapa saja bisa jadi PMO, istri, suami, anak, teman,
pacar, tetangga, ayah, ibu, siapapun. Yang akan memastikan pasien benar-benar
tak melewatkan sehari pun tanpa minum obat selama waktu yang telah ditetapkan.
Jangan sampai waktu terbuang sia-sia hanya karena
kelalaian.
Setelah mengalami sakitu TB dulu, lalu kini banyak mendapat informasi mengenai penyakit ini lebih mendalam, saya makin yakin bahwa sesungguhnya penyembuhannya tidaklah sulit. Hanya perlu kedisiplinan dan keinginan kuat untuk sembuh. Apalagi sekarang obat TB gratis, dukungan pemerintah sangat kuat, dan informasi tentangnya sangat banyak dan mudah didapat.
Maka, bila kita temukan keluarga, teman, tetangga atau siapapun yang dekat dengan kita terpapar virus TB, yuk kita jadi PMO nya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberculosis
sumber :
http://www.tbindonesia.or.id/tb-mdr/
http://www.depkes.go.id/
bener mak, jgn ada lg tb resiten
BalasHapussemoga Indonesia makin sehat, mak
Hapusternyata memang tb bisa disembuhkan ya, semoga sukses untuk blog competitionnya
BalasHapusbetul, mas ... amiin, termkasih ya
Hapuslebih lama ya proses penyembuhannya
BalasHapuslama penyembuhan dan harus bersabar ya mbk..
BalasHapusudah lebih sulit kalau udah resisten
BalasHapusharus benar2 disembuhkan total ya supaya tdk menular
BalasHapusberkunjung kemari, wah sekarang musim postingan TB yah, bagus jadinya menambah pengetahuan supaya orang2 tdk menjauhi yang kena TB
BalasHapusMak, maukah menerima Liebstar Award dariku?
BalasHapusbisa cek disini ya.... http://emisyofyan.blogspot.com/2014/05/liebster-award-dariku-untukmu.html
makasih.... :)
Jangan ada lagi TB MDR. sedih melihat pasien TB MDR, harus menjalankan pengobatan selama hampir 2 tahun lamanya....
BalasHapusteteh baru ngeh rumahnya ganti interior dan cat nih,... lebih simple.
BalasHapussemoga menang ya teh aniii
BalasHapussemangat :D
mengerikan ya TB MDR, semoga tdk ada lagi orang yang terkena penyakit itu
BalasHapusngeri ya bu kalau terkena penyakit TB MDR
BalasHapus
BalasHapusberkunjung kemari sambil menyimak, selamat menunaikan ibadah puasa, salam. ditunggu kunjungan
baliknya ya ^_^