Selasa, 23 April 2013

Ketika Tanda-tandaNya Terabaikan


Masih dengan setumpuk sesal, meski tak sepengap kemarin.
Benar, waktu akan membuat semuanya menjadi lain, tapi Alya tak pernah menduga akan selekas ini beban itu terangkat dari dadanya. Dan itu patut disyukuri, sebab dengan demikian tak perlu lagi ia menahan ledakan yang tak mampu dieksekusi.

Hari ini sudah asar. Peristiwa kemarin masih segar dalam ingatan.
Ruangan kecil berbentuk kotak dengan mesin penarik uang di hadapan. Anjungan Tunai Mandiri. Disanalah semuanya bermula. Alya tertegun dalam situasi seolah de javu. Bukan, bukan de javu, entah apa namanya. Alya hanya tahu,  ia telah memperkirakan saat ini sebelumnya, karena tanda-tanda itu telah dikabarkan berkali-kali selama tiga hari terakhir. Kemarin Alya tak mau larut dan mengikuti, ia coba melawan, bahwa semua itu bukan tanda-tanda melainkan kerikil kecil yang harus disiasati, meski iapun ragu dengan pendapatnya. Kini, ia tahu bahwa tanda-tanda itu benar, dan ia tak mampu menghindar. Tak bisa menghindar lebih karena ia mulai dipenjara oleh ketakutannya sendiri. Maka ketika  seseorang menuntunnya untuk menekan tombol ini itu kemudian meninggalkan kartunya terselip dalam mesin, ia tak bisa berpikiran lain selain menurut. Ia yakin tidak sedang dihipnotis. Tapi ... entahlah, ia telah tertipu. Alya sungguh merasa dirinya sangat bodoh!

Tanpa ampun sesal menjerat dirinya. Alangkah bebal ia.
Usai semuanya berlalu, Alya bebenah. Membenahi kealpaan, memblokir tabungan meski kemudian ia tahu saldonya telah terkuras, beruntung tak sampai habis karena ada limit penarikan. Melapor ke pihak kepolisian, menjalani BAP. Selesai segala urusan, ia kemudian tersungkur di atas sajadah.

Laa ilaaha illaa anta subhanaka innii kuntu minadz dzalimiin ... 
Tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau, Ya Allah, Maha Sucilah Engkau, sesungguhnya hamba benar-benar golongan orang-orang yang aniaya (Al-Anbiya 87)

Benar, Alya telah alpa. Alpa memahami begitu banyak pertanda yang telah diberikan Tuhannya. Sebetulnya Alya sempat merasakannya. Pertanda itu. Namun ia abaikan. Ia telah aniaya terhadap dirinya sendiri. Dan inilah hasilnya. Maka siapa yang patut dipersalahkan?
Ketika sesuatu yang buruk menimpa sesiapa saja, itulah musibah, atau ujian, atau peringatan, atau apapun namanya yang penting bukan bernama azab (Naudzubillahi min dzalik). Maka ucapkan Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Apa sih sesungguhnya yang kita punya? Tidak ada!

Alya faham itu, kemudian dibukanya mushaf. Sesungguhnya mushaf Al-quran bukanlah sekedar bacaan, ia makhluk. Hidup, dalam dada setiap mukmin yang ihsan. Berbicara, berdialog, menjawab apa yang kita bisikkan, sebab ia-nya sejatinya adalah kalamullah, firman Tuhan, sabda Allah, maka ia-nya sungguh mampu menjawab setiap tanya sesiapa yang ingin bertanya. Dan Alya beroleh jawaban.

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah: 45-46)

Beruntung Alya masih bugar, tak kurang apapun. Tubuhnya tak teraniaya, selamat, tak disakiti. Uang bisa dicari, rizki bisa hadir dalam bentuk tak terkira. Dan balasan Tuhan bagi orang yang sabar dan sholat tak pernah meleset. maka untuk apalagi ia menyesali semuanya? Masa-masa sesal telah berlalu, hilang bersama aliran air mata ampunan yang ia pintakan di atas sajadahnya itu. Bersama mushaf, bersama keinsyafan yang kian membubung. Betapa manusia tak pernah punya daya apapun, selain belajar iqra', membaca, apapun yang dikirimkan Allah sebagai pertanda, sebagai ilmu yang kelak melahirkan pemahaman yang mendalam akan sesuatu nilai dalam hidup. Dan setiap orang akan diberi kefahaman itu sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Tak akan pernah tertukar.

Dan benar adanya, Al-quran adalah syifa bagi segala macam sakit. Asy-syifa-u limaa fish-shudur, obat bagi segala macam sakit yang bersemayam dalam hati.

Hari ini Alya tahu Tuhan tak pernah berhenti mengasihinya, ia yang alpa memahami.






3 komentar:

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...