Minggu, 30 Maret 2014

Patriotku adalah AKI

Tiba-tiba saja saya menahan sedan, saat baru saja mengetik kata "Aki".
Saya rindu padanya  ...

Beliau adalah kakek saya almarhum, namanya Endus Supena, kerap dipanggil E. Supena saja. Sudah hampir lima tahun beliau berpulang,  tapi saya masih suka merasa beliau ada di tengah-tengah kami. Saya tahu benar nilai-nilai hidup yang beliau wariskan kepada kami anak cucu mantunya tak akan pernah hilang. Terutama nilai silaturahmi yang menjadi amanahnya.

Masa kecil saya dihabiskan bersama aki dan enin (kakek dan nenek). Bersama mereka saya banyak memiliki kisah yang tidak dimiliki oleh cucu aki yang lain. Yang saya ingat, saya mulai mengenal kewajiban sholat darinya.  Setiap hari, ketika saya tengah asik bermain di siang hari, saya dipanggil untuk sholat dhuhur. Ditemaninya saya berwudlu, lalu sholat berjamaah di mushola yang terletak di halaman belakang rumah di bawah pohon jambu air.


Aki adalah seorang pensiunan guru. Sebagai orang yang bergelut di bidang pendidikan, beliau sangat menganjurkan kami untuk tekun memelihara kebiasaan membaca dan menulis. Hal itu beliau ajarkan bukan hanya dengan nasihat dan teori semata, tetapi beliau memberi teladan lewat kebiasaannya sehari-hari. 

Yang paling membekas adalah pesan aki untuk menulis. Waktu itu saya masih SD, ketika dipanggil ke ruang kerjanya yang juga  sekaligus ruang makan.  Di satu sudutnya aki menyediakan ruang untuk menulis, membaca sambil mendengarkan radio. Kesanalah saya menghadap. Saat itu saya menemui aki bersama dua adik sepupu, namanya Tita dan Jaja, sambil bertanya-tanya ada apa gerangan aki memanggil kami bertiga? Apakah kami telah melakukan kesalahan? Rasanya tidak. Atau ... barangkali aki mau membagi makanan? Hal yang sering dilakukannya bila beliau baru pulang.

Namun rupanya semua dugaan kami keliru. Aki menyuruh saya, Tita dan Jaja untuk mulai menuliskan aktivitas harian dalam sebuah buku. Tuliskan saja, jam berapa saya bangun lalu melakukan apa, jam berapa pergi ke sekolah belajar apa, ada peristiwa apa dan berapa banyak uang yang telah dikeluarkan baik untuk jajan maupun ongkos. Istilahnya buku harian. Kami semua diharuskan menulis apapun setiap hari. Dan setiap malam akan diperiksa.

Sungguh, tugas tersebut awalnya sangat berat dan terasa mengada-ada. Masa anak SD kelas 3 disuruh menulis buku harian? Tapi kami tak ada yang protes. Kami melakukannya setiap hari lalu setor setiap malam untuk ditandatangani. Sebulan kemudian kami dilepas, tak lagi ada pemeriksaan. Kami pun merasa bebas merdeka. Tetapi, tiga bulan kemudian tiba-tiba saja aki menagih setoran buku harian.  Kami sadar tugas itu bukan untuk sekali saja, tetapi selamanya, seumur hidup. Selagi kita mampu menulis, menulislah. Apa saja, meskipun sedang sakit, tuliskan saja meski hanya satu baris kalimat. Begitulah, aki mengajarkan tentang kesetiaan pada jadwal dan kebiasaan.

Aktivitas aki sangat  banyak. Aki pernah menjadi  pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cicendo Bandung. Aktif mengisi dakwah  di berbagai masjid. Bila semua aktivitas itu usai dilakukan, aki tak pernah diam. Di rumah terdapat perabotan kayu sangat lengkap, dari mulai mesin bubut, gergaji, palu, paku, dll. Aki sangat menyukai kegiatan pertukangan. Beliau pintar membuat aneka meubel. Lemari, bufet, dll yang ada di rumah hampir semuanya buatan aki sendiri.

Bersama Mang Tata, paman saya yang adik bungsu ibu, aki pernah membuat aneka mainan edukatif dari kayu beraneka warna dan desain. Mulai dari puzzle hingga kayu bersusun. Sayang, saya tidak punya fotonya.

Di lain pihak, Aki meletakkan dasar-dasar silaturahmi dalam keluarga besar. Beliau yang pertama kali mencetuskan ide perkumpulan keluarga, agar seluruh keluarga yang terpencar bisa saling mengenal dan melakukan pertemuan setiap bulan. Tak ada alasan untuk tidak datang, sebab kesibukan bukanlah halangan, ia justru harus diolah dan disiasati.  Kebijakan mengelola waktu adalah salah satu dari kearifan yang harus dimiliki oleh anak-anak dan seluruh keluarga besar satu buyut.

Dalam setiap pertemuan, pesan aki yang utama adalah "menegakkan sholat". Kata aki, yang dulunya adalah seorang pejuang dan ikut bergerilya di hutan-hutan Garut, ketika seseorang menegakkan sholat maka seluruh amal dan perilakunya tak akan melenceng dari kebenaran. Aki sangat yakin bila sholatnya terpelihara, maka akhlaqnya pun akan terjaga. Bila ada yang suka sholat tapi masih korupsi, itu artinya sholatnya belum benar.

Aki, yang hingga usianya menginjak 80 tahun masih aktif berkantor di PWRI (Perkumpula Wredatama Republik Indonesia) yakni organisasi pensiunan PNS, masih juga mengajar di sebuah Pesantren Muhammadiyah di daerah Tegalega Bandung. Saya menduga usia panjang serta kebugarannya ditunjang oleh kesukaannya membaca dan menjaga silaturahmi. Serta hobbynya berolahraga.

Dulu, kalau tidak salah ketika usia aki sudah 74 tahun, setiap malam kamis saya suka menjerang air untuk mandi aki usai main bulutangkis di GOR Cipadung. Benar, aki masih kuat dan aktif main bulutangkis di usia senjanya. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang betul-betul sehat dan bugar.

Setiap shubuh aki masih suka mengaji tafsir Al-quran bersama bapak-bapak lainnya. Menurut mereka, di usia senjanya aki masih bernas dalam berfikir dan berdiskusi. Apalagi bila diajak bicara tentang keadaan negeri, semangatnya benar-benar pejuang 45, berapi-api. Tetapi kemudian aki jadi sedih, mengingat makin banyaknya pemimpin yang tak lagi memiliki idealisme dan sikap negarawan. Hal yang sangat disesalkan oleh beliau sebagai saksi sekaligus pelaku perjuangan Indonesia di awal kemerdekaan.

Maka, tidak bisa tidak, setiap aku tengah menulis catatan harian, atau sedang berkumpul dengan keluarga, atau ketika sedang menonton berita di tv, saya suka ingat aki. Ingat komentar-komentarnya, ingat nasihatnya, ingat suaranya, bahkan saya ingat tarikan nafasnya ...

Aki meninggal saat usianya menginjak 103 tahun. Usia yang sudah sangat sepuh. Tapi saya tak pernah mengenal aki yang pikun. Hingga ajal menjempunt, beliau tidak pikun. Gaya hidup lurus dan beningnya yang menjaganya dari kepikunan.

Dan tahukah sobat? Warisan aki yang paling berharga bagi kami selain nasihatnya tentang menjaga sholat adalah  49 buku harian!Saat itulah saya berani membaca apa saja yang telah aki tuliskan. Ada tawa serta takjub, ketika kami menemukan detik-detik hidup kami tercatat dalam bukunya. Kapan mamah saya menikah, jam berapa tanggal berapa hari apa dimana, lengkap. Catatan kelahiran, pernikahan dan keseharian seluruh anak cucu mantu buyutnya lengkap ada di sana.

Sungguh, beliau adalah teladan kami, beliau lah patriot kami. Maka izinkan saya langitkan doa untuk beliau yang telah menjadi sebab saya menjadi seperti ini.
"Allahumghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu."
Aaamiiin ...


Syukuran Bulan Maret Mengenang Sang Patriot di Kehidupan Kami











21 komentar:

  1. Wah setiap orang punya patriot msing masing yaaas, hiks siapa yaaa ug bakal nganggap aku adalah patriotnya? # ngarep. Com heheh goodluck yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak2, keponakan, muris, teman, atau siapapun bisa menjadikan mbak Icha patriotnya. Iya, kaaan? hehe ...
      Trims atas kunjungan dan doanya, ya

      Hapus
  2. hiks..103 tahun hidup aki tidak sia-sia, ada salah satu cucunya yg juga gemar menulis:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan hanya saya yang suka menulis, mbak Erlina, melainkan beberapa anak dan cucu aki juga suka menulis. Alhamdulillah, meskipun sederhana kami bisa mengambil manfaat darinya.

      Hapus
  3. Amiiin....Aki yg mengagumkan ya mbak Ani...diusianya yg 103 msh belum pikun...begitulah orang-orang yg lurus akan dijauhkan dr sifat pikun....Subhanallah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, mbak Irowati, kami banyak belajar dari beliau, untuk hidup lurus, bening hati, bekerja keras dan istiqomah

      Hapus
  4. Semoga kita yang muda-muda bisa belajar dari kisah hidup Aki


    Matur nuwun sudah turut menyemarakkan Tasyakuran Sang Patriot mbak Ani

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar, mas Lozz
      sami2, semoga bukunya berjodoh denganku hehe ...

      Hapus
  5. Aki aku juga seorang patriot :) kebetulan akuku masih ada nih mbak umurnya udah 89 tahun. Good luck ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah masih punya Aki, mbak, salam hormat untuk beliau ya
      Aamiin, trims, mbak

      Hapus
  6. Wow...bukunya kayaknya keren. btw, salam kenal ya mak, suka tulisannya mak ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya iya, saya juga ingin tuh hehe ... Semoga saya dapat bukunya. Salam kenal kembali, mbak Hacky, trims ya sudah mampir

      Hapus
  7. Bahagianya Mbak memiliki sosok seperti Almarhum Aki. Inspiratif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, mas Hakim, semoga saya bisa meneladani kebaikannya, aamiin

      Hapus
  8. subhanallah teteh, aki sangat luar biasa ya. Mama bilang, saya juga cucu kesayangan aki dari mama... tp sedikit sekali kenangan bersama beliau, karena beliau meninggal saat saya berusia 5 thn :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, neng ...beliau memang luar biasa. Subhanallah
      Meski sebentar mengenal aki, pasti neng Irma tahu kebaikan beliau dari cerita mama.
      Kita hanya bisa mendoakannya skarang

      Hapus
  9. Teh Ani,, sekarang buku Harian Aki disimpen siapa ya?
    ayang belom dapet giliran buat baca......

    BalasHapus
    Balasan
    1. buku harian aki sejak awal disimpan di Mang Maman
      Waktu aki meninggal sempat dibaca bersama hingga malam ketiga, jadi teteh juga belum baca semua bukunya, sendirian. Waktu itu kita (yang hadir) baca bareng, seorang membaca yang lain mendengarkan, gitu, Yang. Coba deh tanya ke mang Maman. Nanti ketika pertemuan keluarga, ya.

      Hapus
  10. Ahh saya takjub dengan buku harian itu, seandainya dulu sudah marak internet dan blog pasti Aki jadi blogger yang hebat ya teh. Semoga Aki semakin bahagia di alam sana, aamiin
    Teh Ani, selamat ya sudah memenangkan novelnya, semoga dilancarkan nanti menggarap reviewnya kit aya Teh

    BalasHapus
  11. Teh, ternyata Aki meninggal di usia yang sudah sangat sepuh ya?
    Omong2 soal PWRI, di tempatku tuh jarang banget yang aktif disana... tinggal yang sepuh2 aja yg masih aktif, sementara yg pensiunan2 baru gak ada yang gabung hehehe

    BTW, maaf ternyata link Teh Ani sempat kehapus dulu waktu aku ganti template dan gak nyadar... tapi sekarang sudah aku pasang lagi kok Teh. Maaf ya?

    BalasHapus
  12. Aki Endus Supena,...sangat beruntung saya memiliki keturunan darah dari beliau,dan sangat beruntungnya pula saya di kasih kesempatan untuk merawat beliau di kala usia senjanya,semoga beliau tenang dan di berikan tempat yg layak oleh Allah SWT..AMIN !

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...