Minggu, 04 Mei 2014

TB Bisa Disembuhkan

TB atau Tuberkulosis sekarang ini masih menjadi masalah kesehatan, tidak hanya di Indonesia, melainkan di dunia.Terdapat data fantastis yang mengabarkan seberapa besar penyakit itu menyerbu dan membuat banyak warga dunia terperangah.

Menurut laporan WHO, pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang terjangkit TB dan 1,3 juta meninggal. Berdasarkan data WHO pula, Wilayah Asia Tenggara dan Kawasan Pasifik Barat secara kolektif menyumbang 58% dari kasus TB di dunia. Setengah dari negara dengan beban tertinggi TB berada di Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Mediterania Timur yaitu 11 negara dari 22 negara dengan beban TB tertinggi. 


Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 3-4 Maret 2014 di Jakarta, telah diadakan pertemuan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Mediterania Timur untuk membahas masalah ini. Pertemuan itu melahirkan Rekomendasi Kunci, yang intinya adalah :
  • Masing-masing negara membentuk atau memperkuat struktur/perangkat/mitra/forum kemitraan di tingkat nasional dengan bantuan dari Global Stop TB Partnership  untuk memastikan pengendalian TB
  • Aktif melibatkan sektor swasta untuk berkontribusi secara substansial dalam mendukung pengendalian TB melalui berbagai mekanisme, advokasi, dukungan bisnis dan pendanaan.  
  • Memastikan lingkungan yang kondusif di tingkat nasional untuk program pengendalian TB  
  • Menyusun dan melaksanakan peraturan bahwa TB merupakan penyakit yang wajib dilaporkan dengan cara :
    • Advokasi dan mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pelaporan wajib TB;
    • Mengatur sistem informasi untuk mendukung pelaporan wajib TB;
    • Melakukan ujicoba dan penyempurnaan sistem informasi.
  • Membuat regulasi/peraturan untuk mengawasi penjualan obat anti TB
Kesepakatan telah dibuat, rekomendasi telah disebarkan, tinggal pelaksanaan di lapangan. 
Masalahnya kemudian, pemerintah tak semudah itu menemukan penderita lalu menyembuhkannya. Sebab pada kenyataannya muncul masalah baru, yakni TB-MDR. 

TB-MDR adalah kepanjangan dari Tuberkulosis Multi Drugs Resistant, yakni 
TB yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (M. Tb) resisten in vitro terhadap isoniazid (H) dan rifampisin (R) dengan atau tanpa resisten obat lainnya. Terdapat 2 jenis kasus resistensi obat yaitu kasus baru dan kasus telah diobati sebelumnya.
Mudahnya, seorang bisa masuk kategori TB-MDR, bila sebelumnya ia telah divonis TB lalu diobati namun pengobatannya tidak tuntas. Pengobatan TB memang mensyaratkan penderita untuk minum obat setiap hari selama minimal 6 bulan tanpa terhenti. Bila pasien menghentikan pengobatan sebelum habis masa yang dianjurkan dokter, maka tubuh pasien akan menjadi resistant obat. Tubuhnya akan menolak obat, sehingga memerlukan pengobatan yang lebih lama dan dengan dosis obat yang lebih kuat disertai suntikan setiap hari. 

Karena itulah bagi setiap penderita TB diperlukan dukungan penuh dari orang-orang dekatnya, baik keluarga maupun lingkungan sekitar. Keluarga, melalui perhatiannya dapat memberi kenyamanan serta kepercayaan diri bahwa pasien bukanlah orang yang 'terasing' dan 'diasingkan' sehingga harus dijauhi karena penyakitnya. 

Keluarga juga dapat mengingatkan pasien untuk tetap minum obat setiap hari. Tidak boleh malas hanya karena sudah merasa sehat. Penghentian minum obat hanya akan menimbulkan masalah baru yakni TB-MDR tadi. Bila perlu beri pasien pengertian bahwa bila berhenti minum obat, resiko yang terjadi adalah makin lama 'kewajiban' minum obat baru yang lebih keras.

Jadi, dengan dukungan penuh dari pemerintah dan dunia, sekarang, tak perlu lagi terintimidasi dengan nama penyakit TB,  karena, seperti telah diceritakan di sini, TB bukan lagi penyakit mengerikan yang tak ada obatnya. TB bisa disembuhkan.

Kita perlu melihat dari sudut pandang berbeda dari data-data yang menyebutkan, bahwa :
Setiap tahun terdapat 67.000 kasus meninggal karena TB atau sekitar 186 orang per hari. TB adalah pembunuh nomor satu di antara penyakit menular dan merupakan peringkat 3 dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia (SKRT 2004). Selain itu pada usia 5 tahun ke atas, TB merupakan penyebab kematian nomor 4 di perkotaan setelah stroke, diabetes dan hipertensi dan nomor 2 di pedesaan setelah stroke (Riskesdas 2007).
Yakni dengan konotasi positif seperti ini :
(Data itu) bukan lagi data mengerikan, melainkan data yang memacu tekad kita untuk  meminimalisir angka-angka tersebut menjadi kecil bahkan nol. Bila dunia sudah bergerak bersama, peraturan sudah dibuat, perangkat/mitra dan forum sudah dibentuk, sistem informasi sudah disiapkan dan sedang akan terus ditingkatkan, obat sudah disediakan gratis, apa lagi yang kita khawatirkan? Kita hanya perlu bergerak : sehatkan Indonesia, sembuhkan TB, TB bisa disembuhkan!
Jadi, bila kita, keluarga, kenalan, saudara atau pun tetangga diduga terkena TB, seperti mengalami gejala :
  1. Batuk terus-menerus dan tidak membaik meski sudah diberi antibiotik
  2. Berat badan menurun atau tidak mengalami penaikan berat badan
  3. Mengalami demam 
  4. Berkeringat di malam hari

tidak perlu khawatir. Yang perlu dilakukan adalah jalankan tindakan yang benar dengan memeriksakan diri ke dokter lalu jalani proses pengobatan.

Ikuti semua saran dokter. Bila melalui tes lab sputum BTA, darah dan tes mantoux positif TB, maka bulatkan tekad untuk sembuh dengan cara mengikuti saran dokter secara teratur. Jangan berhenti berobat sebelum 6 bulan. Pastikan kita masuk sebagai warga yang turut menyumbang angka sehat bagi Indonesia. 

Sudah selayaknya pula bila kita budayakan hidup sehat dari rumah. Dari anak-anak, keluarga, dan diri sendiri. Bisa dengan cara :
  1. Biasakan mencuci tangan memakai sabun
  2. Menutup mulut bila batuk atau bersin
  3. Meludah pada tempatnya
  4. Stop merokok
  5. Membuka jendela di siang hari
  6. Makan makanan bergizi
 Dengan demikian, selain hidup lebih sehat dan nyaman, kita berkontribusi untuk Indonesia sehat.

Ada beberapa sumber yang bisa dihubungi untuk informasi lebih lengkap mengenai TB di bawah ini, yang sekaligus menjadi sumber bacaan tulisan saya.

sumber bacaan :
http://www.ppti.info/2010/07/mekanisme-dan-diagnosis-multidrug.html
http://www.depkes.go.id/
http://www.stoptbindonesia.org/2014/04/rekomendasi-pertemuan-ke-2-fstpi.html
http://blog.tbindonesia.or.id/
http://home.spotdokter.com/818/5-langkah-sederhana-cegah-tbc/

8 komentar:

  1. Mencegah lebih baik dari mengobati ya mak. :)
    Wahhh data risetnya lumayan banyak, ini bisa memicu yang baca bahwa TB ini memang masalah serius. Tulisannya sangat informatif.

    Salam hangat,
    Zia

    BalasHapus
  2. saya malah baru tahu kalau ancaman TB di Indonesia juga cukup besar, saya kira penyakit berbahaya di indonesia adalah DB :)

    BalasHapus
  3. dukungan pemerintah sepertinya sudah bagus ya mak,buktinya memberikan obat gratis bagi penderita TB... :)

    BalasHapus
  4. bisa disembuhkan asal rutin minum obatnya ya

    BalasHapus
  5. Anakku baru saja kena ini. Dites semua positif. Lalu baru saja bulan kemarin dia menyelesaikan pengobatannya lagi. Dan sudah bersih. Untung ada penyuluhan juga dari puskesmas dekat rumah ke RT2 dan sekolah, jadinya lebih tau tentang penyakit ini...

    Salam rindu
    Akhirnya membuat postingan baru di blogku.
    Main-main ya...
    http://moody-ninneta.blogspot.com/2014/05/to-judge-or-not-to-judge.html

    -Ninneta-

    BalasHapus
  6. penderita TB harus semangat, karena bisa disembuhkan :)

    BalasHapus
  7. Gegara ikutan lomba blog yang ini aku jadi tahu lebih banyak tentang TB Mak.
    Gutlak ya utk kontesnya :)

    BalasHapus
  8. Hai mbak..salam kenal..salam silaturahmi..
    sukses ngontesnya yaa :)

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...