Senin, 14 Juli 2014

Semoga Allah Mengampuni Kejahiliyahan Kita

Apa kabar, kawan?
Membuka kembali halaman, baru tersadar kiranya lama sekali saya tak singgah di teras ini. Tempat tercurah apa yang mau dibagi, wadah kecil diantara sekian banyak wadah yang saya punya, untuk sekedar berbagi. Meski mungkin tak seberapa guna bagi kawan, ada banyak hal yang saya dapat. 

Ternyata sentuhan terakhir saya kemarin ada di tanggal 18 Mei 2014. Duhai ... kemana sajakah saya?
Padahal wasiat kakek dulu, menulislah setiap hari. Apa saja. Asalkan jangan lewatkan hari tanpa menulis.
Astaghfirullah ...

Hari ini saya datang. Banyak sekali yang terlewat bahkan terlupakan. Sejarah tentang perjalanan saya, anak-anak, rumah, kantor, Indonesia bahkan dunia.

Hari ini saya terhenyak dengan berita-berita mencekam tak kunjung putus.
Dari mulai Pilpres yang makin memanas, dengan bertebarannya fitnah tak terbendung. Samar mana yang benar mana yang salah. Masing-masing pendukung mengklaim jagoannyalah yang menang. Belum lagi quick count yang mengompori. Seakan bangsa ini hendak dibagi dua saja.

Tensi pilpres agak mereda oleh bulatnya bola di perhelatan akbar Piala Dunia. Hasil akhir yang kerap tidak terprediksi sebelumnya seakan menertawakan 'kepintaran' opini para politisi yang lebih tahu hasil akhir pemenang pilpres bahkan sebelum perhitungan suara usai digelar.

Lalu dunia disentakkan oleh gempuran di tengah malam tentara Zionis Israel ke kota Gaza. Masya Allah ...
Betapa murah mereka menilai sebuah nyawa. Ratusan anak-anak, perempuan dan orangtua melayang entah demi apa? Nilai kemanusiaan seolah terbang dan hilang bersama kepulan asap yang melantakkan gedung-gedung dan pemukiman penduduk tak berdosa.

Gelombang demo mengalir dari setiap penjuru dunia, mengutuk kebrutalan Zionis. Entah apa yang ada di benak pemimpin mereka, Benjamin Netanyahu, yang enggan menghentikan serangan. Sudah tak terhitung gambar-gambar kebiadaban Israel ditayangkan di layar televisi, yang bahkan banyak orang tak sanggup melihatnya. Sungguh kejahatan kemanusiaan yang tak pernah terbayangkan!  

Potret kebiadaban itu hadir di rumah kita, di meja makan, ketika kita bisa berbuka dengan tenang dengan menu tersaji lengkap. Gambar anak-anak berdarah itu datang menggempur dada kita, ketika kita bisa dengan gembira bercengkrama dengan keluarga. 
Melihat pelukan terakhir seorang ibu yang berlinang airmata dengan keyakinan kelak akan berkumpul lagi di surga. Menyaksikan kegeraman seorang ayah melihat anaknya syahid berlumuran darah. Menatap rombongan manusia yang mengusung puluhan keranda menuju kubur dengan teriakan menembus langit. 

Maka, adalah sebuah kewajiban kemanusiaan, bila kita bergelombang mengumpulkan donasi, memanjatkan doa Qunut Nazilah, melayangkan protes dan kutukan, serta mendaftarkan diri sebagai relawan menuju Gaza. Membantu saudara-saudara kita di sana. Bukan hanya saudara seiman, melainkan saudara semanusia. Bergeraklah wahai diri, siapapun itu, untuk membantu penderitaan mereka. 

Sungguh, gegap gempita dunia semakin memurukkan jiwa saya, betapa tak pernah berdayanya manusia, bahkan untuk sekedar menyelesaikan urusannya dunianya sendiri. 
"Laa ilaaha illa Anta, Subhaanaka innii kuntu minadhdholimin. Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah, Maha suci Engkau, sungguh aku termasuk golongan orang yang dzalim"
Bersyukur tengah berada di bulan suci. Di mana pintu anugerah, rahmat dan ampunan terbuka selebar-lebarnya. Maka tak pandaikah kita memanfaatkan moment ini untuk berserah dan menyerah padaNya? Lalu henti saling menghujat, menahan diri untuk mendebat, merebahkan hati untuk sama-sama menerima apapun hasil akhir. Sebab dimanapun, selalu ada campur tangan Allah Yang Maha Berkehendak. Tidak bisa tidak, manusia memang tak pernah punya kekuatan apapun selain doa dan meminta.

Jadi ingat kalimat yang disampaikan ustadz Gunawan, guru saya. Jika saja manusia tahu posisi planet bumi diantara planet-planet lain di bulan Ramadhan, maka tak akan ada seorangpun yang berani meninggalkan shaum dan melajur nafsunya. Sebab manusia yang mampu mengendalikan nafsulah yang bisa menyelamatlan bumi dari kehancuran galaksi, sebelum kehancuran yang sesungguhnya (kiamat kubro) datang dengan kehendak Allah.

Seiring perputaran alamiah, posisi Bumi di bulan Ramadhan tiba di titik terpanas, hingga dari sekian banyak peristiwa dan bencana, menjelang selama dan setelah Ramadhan, kerap terjadi di belahan bumi. Tugas manusialah sebagai khalifatu fil Ardl untuk menetralkannya, yakni dengan perintah shaum. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surat Al-Baqarah ayat 183 :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa."
Perintah shaum adalah menundukkan nafsu.  
Nafsu menyerang, nafsu menghujat, nafsu memakan saudara, nafsu minum darah jelata, nafsu menuhankan quick count, nafsu menjatuhkan orang, nafsu merasa benar sendiri, nafsu hura-hura, dan nafsu apapun namanya yang bila diperhatikan tak beringsut dari budaya, lepas dari urat akar kemanusiaan yang sejati.

Mumpung Ramadhan, yang Allah menjanjikan malam seribu bulan, mengapa tak kita sungkurkan setiap diri kepada kesejatian manusia? Yang tak punya apa-apa? Lalu memohon ampunan, hanya ampunan pada kemurahanNya, agar kiranya Dia mengampuni kejahiliyan kita?

Astaghfirullahal'adzim ...

8 komentar:

  1. Senang sekali mbak Ani sdh kembali menulis... lama sekali ato jrg sekali lihat status mbak di Fb, atau muncul tulisan mbak yg baru di dasbor blog sy...
    Benar sekali di bln penuh rahmat dan ampunan ini kt banyak beristiqfar dan memohon ampunan...
    Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maka maafkanlah aku)..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, mbak. Benar sekali, saya lama tak menulis. Rinduu rasanya.
      Semoga kita termasuk golongan orang2 yang beruntung mendapat ridlo dan ampunanNya ya, mbak. Aaamiiin

      Hapus
  2. beberapa terakhir ini socmed 'bising' sekali, Mbak. Terutama tentang pilpres. Minta ampun, deh :(

    BalasHapus
  3. apa kabar mbak ani? lama gak nulis ya? lama juga aku gak mampir kesini

    BalasHapus
  4. Assalamamu'alaikum, datang berkunjung kemari sambil menyimak, apa kabarnya bu sehatkan? mudah2an selalu ada dalam lindungan Allah ya

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...