Akhirnya ...
Yang dinantikan selama 19 tahun, yang sangat dirindukan oleh para bobotoh dan warga Jawa Barat, terbayar sudah. Tadi malam, Tim Maung Bandung berhasil mengguncang emosi para pendukungnya dalam permainan cepat melawan Persipura. Melalui drama adu penalty, setelah perpanjangan waktu 2 x 15 menit dan skor imbang 2-2, laga berakhir dengan hasil 7-5. Stadion Jakabaring Palembang, tempat laga final ISL itu digelar, riuh dengan sorak sorai dan tangis haru suporter fanatik Pangeran Biru.
Persib menang!
Malam itu tiba-tiba saja di hampir seluruh daerah di Jawa Barat, suasana menghangat. Riuh-rendah ungkapan kegembiraan, haru dan rasa bangga tumpah dimana-mana. Hujan tidak menyurutkan semangat mereka untuk menggelar nobar, lalu konvoi di jalanan, lalu kembang api dinyalakan. Tak terkecuali di komplek perumahan tempat saya tinggal. Tapi saya gak ikut nobar, sih. Gempita dan harap cemas nonton tim kebanggaan itu saya rasakan di rumah saja bersama keluarga. Bener ya, nonton mereka itu bikin jantung mau copot. Meski saya bukan penggemar bola, melihat dua tim itu bermain, saya tahu mereka pantas berlaga di babak final. Persipura dan Persib sama-sama bermain cantik.
Djadjang Nurdjaman
Saya jadi ingin tahu siapa orang di balik kesuksesan itu? Tentu saja selain para pemain yang bekerja ekstra keras untuk mewujudkan mimpi, jajaran manajemen dan pelatih menjadi kunci bagi solidnya sebuah tim. Dan mata akan tertuju kepada sosok pelatih ini. Djadjang Nurdjaman alias Djanur. Saya mulai buka wikipedia.
Dulu, lelaki kelahiran Bandung, 30 Oktober 1964 ini adalah pemain bintang andalan Persib di era tahun 1990-an, dan sempat mengantarkan tim menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986, 1989-1990 dan 1993-1994.
Djanur tumbuh bersama PERSIB. Ketika menjuarai kompetisi perserikatan tahun 1986, dialah sang pahlawan, sebab satu-satunya skor didapat lewat tendangannya. Djanur dielu-elukan sebagai pahlawan. Dan itu adalah moment tak terlupakan baginya.
Tahun 1995-1996, Djanur kembali merasakan gelar juara ketika ia berperan sebagai asisten pelatih. Dan kini, 19 tahun kemudian gelar itu kembali diraih, saat ia menjadi pelatih kepala.
Kang Emil
Ada yang menarik setelah laga selesai. Luapan kegembiraan penonton, pelatih dan pemain menyatu di pinggir lapang. Dan ... saya lihat di antara puluhan yang berlompatan riang ada lelaki berkacamata. Dialah Ridwan Kamil alias Kang Emil, walikota Bandung. Seorang pejabat, yang selalu berbaur dengan rakyatnya itu, tadi malam asik berlompatan sambil berteriak, tak sungkan, menyatu dengan seluruh pemain dan crew.
Repro RCTI
Persib juara!
Yang lebih menarik sekaligus bikin saya tercengang adalah niat Kang Emil, orang nomor satu Bandung itu, untuk menggunduli rambutnya. Benarkah?
Ahai ... jadi gak sabar ingin segera melihat Kang Emil gundul.
Ferdinand Sinaga
Pemain yang berdiri di barisan Penyerang ini tadi malam dinobatkan sebagai pemain terbaik ISL tahun 2014. Ketika laga final tadi malam, saya sempat Ferdinand marah-marah, kecewa pada Ridwan karena merasa tidak didukung di lini tengah. Bahkan beberapa kali ia mengguyurkan air mineral ke wajah dan tubuhnya, mungkin untuk mendinginkan. Dan, ketika diumumkan sebagai pemain terbaik, rasanya saya tahu, tak percuma jerih payah, segala marah kecewa dan sakit yang telah dilalui. Toh hasilnya menggembirakan.
Baiklah ...
Hari ini, tadi saya lihat di layar televisi, demikian ruahnya antusiasme warga Bandung menyambut skuad Persib dari bandara, hingga bis dan iring-iringan mobil tenggelam di tengah lautan manusia.
Besok, rencananya para pemain akan diarak keliling kota Bandung bersama pialanya. Terbayang betapa akan padatnya lalu-lintas Bandung hari Minggu besok.
Tak mengapa. Kemenangan memang layak dirayakan. Setelah itu, Bandung kembali bersiap untuk menjadi tuan rumah PON tahun 2016 mendatang. Semoga persiapan dapat dilakukan dengan maksimal.
Sebagai warga Jawa Barat saya bangga. Dan berharap juara itu bukan hanya pada gelar, melainkan pada mental. Mental seluruh pemain, pelatih, pejabat dan semua pendukung.
Hatur nuhun, Persib ...
bobotoh? apa itu? hehe
BalasHapusbobotoh adalah sebutan bagi para pendukung Persib, mak Susan. Sama dengan Bonek untuk pendukung Persebaya atau Aremania buat sebuatn pendukung Arema
HapusHihihi, sama teteh, sampe keringetan nonton Persib walau di TV. Ikut teriak2 dan lompat kegirangan. Fauzan khusus pakai kaos Persib saat nonton :D
BalasHapusBerarti bobotoh asli, ya hehe ...
HapusHem...imut euforia juga si emak :))))
BalasHapuscongrats makkk...