Jumat, 12 Februari 2010

Sepotong Petang Bersama Cici


Di sebuah coretan kecil, suatu petang kutemukan sebaris kalimat harap yang menggelitik, “Selamat tahun baru, semoga di tahun ini tidak ada korupsi.”

Kalimat yang biasa saja, kalau saja ditulis oleh orang dewasa, tapi menjadi menggelitik dan mengundang tanya sebab kalimat itu ditulis oleh seorang anak kelas 2 SD. Ditulis dalam sebuah blog imut dan pinky.

Nyata benar, Cici, pemilik blog ini, yang juga puteri bungsuku, memahami bahwa korupsi adalah sebuah kata atau perilaku yang berkonotasi negatif, tidak baik, cenderung merugikan. Meski saat ditanyakan secara sepintas ‘apa itu korupsi?’ ia hanya menjawab ringan :’nggak tahu’ sambil nyengir. Lantas ketika kukejar dengan pertanyaan : ‘lalu kenapa berharap tahun ini gak ada korupsi?’ Jawabannya adalah : “Biar aman aja, kan korupsi itu jahat.”

“oooo….,” responku mengundangnya meneruskan ‘penjelasan’.

“Pokoknya yang suka nyuri-nyuri, gitu.”

Mengapa obrolan petang itu menjadi penting bagiku? Karena saat itulah kuanggap sebagai moment emas untuk menanam. Ya, menanam. Anak-anak bagiku, selain sebagai inspirasi, adalah lahan subur untuk menanam. Menanam benih kebaikan, pemahaman, etika, norma, moral agama dan segala macam nilai-nilai kehidupan yang kelak, Insya Allah, akan mengantarkan perjalanannya menuju tujuan akhirat. Terlalu jauh? Tentu saja tidak. Disadari atau tidak, perjalanan setiap manusia adalah untuk mempersiapkan kematian. Dan aku bertanggung jawab menebarkan benih yang baik di dada anak-anakku, agar ia tidak terjebak dalam ‘permainan’ yang melenakan. Menebar setiap waktu, setiap Tuhan beri kesempatan padaku untuk menanam. Menanam kebaikan, kebenaran, perbedaan, toleransi, nilai-nilai agama dan budi pekerti dalam praktek keseharian.

Sungguh itu tidaklah gampang!

Anak ini (dan seluruh anak seusianya di negeri ini), kelak, lima belas hingga duapuluh tahun mendatang, adalah para pemimpin negeri ini, yang seyogyanya memiliki budi pekerti dan jiwa yang kuat dalam menghadapi terjangan dan gempuran virus menyesatkan. Dengan demikian, mereka mampu tetap lurus dalam membawa bangsanya menjadi maju secara jujur, bukan maju bagai buih, yaitu maju dan berkembang secara fisik tetapi keropos dan ringkih bila dilihat lebih dalam. Mudah terprovokasi, gampang dikibuli, kikuk saat menjadi diri sendiri. Sungguh sebuah kenyataan yang memiriskan. Kelak, saat anak-anak kita menjadi panglimanya, aku berharap negeri ini tak lagi jalan sempoyongan akibat keropos digerogoti anaknya sendiri.

Maka mulailah aku berperang melawan korupsi dari kamar tidur anakku, dari rumah sederhanaku, dari dapur, dari halaman bermain, dari setiap sudut dimana anakku tengah berada di zona emas. Yakni keadaan jiwa yang memungkinkannya menerima asupan nilai secara maksimal. Bukan disaat ibunya tengah ada waktu. Melainkan di saat anak ini berada di puncak interestnya pada keadaan di luar dunianya.

“Bu, Antasari (Antasari Azhar) dihukum 18 tahun,” katanya sambil menyisir rambut usai mandi. Rupanya benaknya masih menyimpan berita yang sempat dilihatnya di televisi. Aku mengiyakan saja dengan anggukan sambil berdebar menanti kelanjutannya, cemas dengan apa yang harus kukatakan agar aku tak salah menanam.

“Dia korupsi, ya, Bu.”

Tentu saja aku bingung, jawaban seperti apa yang harus kurangkai, agar kasus yang njelimet ini menjadi sederhana sehingga ‘masuk’ dalam logika anak usia kelas 2 SD, namun tak sampai menjerumuskannya pada penilaian yang keliru.

“Dia tidak korupsi, sayang. Dia adalah mantan ketua KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu orang yang bertugas menghilangkan korupsi di Indonesia. Tapi dia melakukan kesalahan sehingga harus diadili, untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dia lakukan."

"Seperti maling, ya, Bu," simpulnya lugas.

"Ya seperti itulah orang yang korupsi, tapi Antasari diadili karena alasan lain," jawabku hati-hati. Lalu aku mendekat. Sambil mengambil alih menyisiri rambutnya yang masih basah kulanjutkan misi rahasiaku : menanam benih.

"Nak, korupsi itu bukan hanya soal uang. Korupsi dilakukan oleh orang-orang yang tidak punya iman. Bila ibu pulang kantor lebih dahulu tanpa izin, bisa disebut korupsi juga, yaitu korupsi waktu. Ibu kan sudah digaji sebulan penuh oleh negara, jadi ibu harus kerja sebulan penuh juga. Bila ada anak-anak yang jajan permen lima biji tapi bayarnya cuma satu, itu korupsi juga. Korupsi sama dengan melakukan hal buruk dan merugikan orang lain, baik secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi."

Cermin di hadapan kami memantulkan mata bening milik Cici, menatapku, mencerna setiap kalimat yang kukatakan. Kami saling bertatapan manis. Kubayangkan, sebening itulah dahulu, mata para koruptor, kala mereka masih kanak-kanak. Namun, terjangan berbagai kepentingan dan lemahnya iman di dada mereka membuat segala nilai menjadi kabur. Atau bahkan mungkin saja mereka memang tak pernah mendapat ajaran tentang nilai-nilai yang luhur, karena ibunya sibuk mengurusi urusan luar. Alangkah sayangnya ... Alangkah ruginya ...

Ya Allah, mampukanlah aku, mampukanlah kami, para ibu dan ayah, dalam menanam benih kebenaran dan kebaikan di dada anak-anak kami, agar akarnya kuat menancap di jiwa-jiwa kecil mereka hingga kelak tiba saatnya mereka jadi panglima negeri ini, hingga kelak Engkau panggil mereka untuk menghadapMu. Jangan biarkan ia pudar dan ternoda.

Sepintas terpampang sebuah data survey yang sempat kubaca disini. Transparency Internasional menyebutkan bahwa Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia di tahun 2009 adalah 2,8. Masih sangat jauh dari angka ideal 10. Indeks pengukuran memiliki skala antara 0 (sangat korup) sampai dengan 10 (sangat bersih). Tentunya ini sangat memprihatinkan, terlebih lagi bila kita bandingkan dengan IPK negara-negara tetangga seperti Singapura, Brunei Darussalam (5,5), Malaysia (4,5) dan Thailand (3,3).

Aku menghela nafas.

Bangsa ini ada di genggamanmu, Nak, di genggaman semua anak yang lahir di negeri ini, anak yang lahir di Jakarta, Bukittinggi, Pulau Nias, Ambon, Bone, di pegunungan, di pesisir pantai, bahkan di pedalaman Papua. Semuanya memiliki kesempatan yang sama, asal engkau mendapat bekal yang seimbang dari alam materi dan alam spiritual.

Bila saja semua orangtua di negeri ini mempersiapkan dan memperlakukan mereka (anak-anak) sebagai pemimpin dan panglima negeri yang akan membawa Indonesia menjadi lebih baik, kuyakin negeri impian itu akan benar-benar ada.

"Selesai," senyumku mengembang menatapnya di cermin dengan bando merah muda. "Siap untuk jadi shalih dan manfaat?"

"Siap!" jawabnya tertawa derai.

"Oke, silakan main, Tuan Puteri..."

Sekejap dia 'terbang' sambil berteriak : "hapus korupsi!"

Sendiri aku menatap cermin, menata kembali semangat untuk mengobati bangsa yang tengah sakit ini, dari bilik yang paling sederhana, yakni rumah. Sebagai seorang ibu aku masih menyimpan mimpi, dari setiap rumah kita akan lahir calon pemimpin negeri ini, yang di dadanya berlimpah nyala kasih, di jiwanya menyala semangat berkorban, berbagi dan berjuang, di kalbunya tertancap akar iman yang kuat.

Insya Allah, kelak Indonesia jaya.


NB : Artikel ini saya ikutsertakan dalam ANTI KORUPSI BLOGPOST COMPETITION yang diadakan oleh www.ceritainspirasi.net


49 komentar:

  1. Saya menulis ini untuk menghormati Mas Jodie yang telah berbaik hati mengundang saya dalam sebuah kompetisi. Belum pernah sih, jadi maaf Mas, kalau masih berantakan.

    BalasHapus
  2. salam sobat
    wah mba ANNIE ikut kompetisi ya,,
    semoga sukses mba,,
    CICI putri bungsu mba ANNIE,kreatif dan cerdas.
    dengan banyak pertanyaannya.

    BalasHapus
  3. @ Nura : terima kasih, mbak. Cici puteri saya, doakan agar ia selalu jadi anak shalih dan manfaat ya, mbak

    BalasHapus
  4. Wah..posting ini buat kompetisi toh ! semoga menang deh bu...

    BalasHapus
  5. wow?
    penulisan tentang KKN yang biasa membuat ku muak kini malah menjadi menarik
    anaknya menggemaskan ya :D

    BalasHapus
  6. teteh...tulisannya sungguhan bagus banget..
    teteh pinter nulis yaa..btw ini buat kompetisi ya??

    BalasHapus
  7. waaah cerita korupsi lagiii... memang ga ada abisnya nih kalo masalah korupsi. korupsi uang, korupsi waktu wah macam2 deh, itu sangat merugikan kita semua. semoga kita semua dijauhkan dari yang namanya Korupsi.

    Selamat berlomba semoga menang dan sukses n tetap semangat

    BalasHapus
  8. wow.. ini mah luar biasa mbak.. ^^ bener nih, mengalun, lembut, tapi dalem. Saya pribadi setuju banget dengan saran di dalam artikel ini.. toh pelaku korupsi itu juga anak-anak bangsa ini.. cucu dari kakek dan nenek kita dulu..
    mungkin hanya dengan cara pembelajaran sejak dini seperti ini rantai korupsi bisa diputus.. semoga..

    BalasHapus
  9. eh kelupaan.. makasih atas partisipasinya yah.. ^^

    BalasHapus
  10. alamat blognya cici apa ya mbak?

    BalasHapus
  11. Siiip. Tulisan mantap tentang korupsi. Selamat malming mbak Annie.

    BalasHapus
  12. Subhanallah....mengerti dia ya sis?
    Semoga Indonesia cepat terbebas dari korupsi.

    BalasHapus
  13. smoga sukses dengan kompetisinya ya mba..
    oya mba, ada award buat mba.. moga aja mba bersedia untuk menjemput.. :)

    BalasHapus
  14. wah..pinter banget sih anaknya mbak.. mungkin anak sekarang udah ngerti bahwa korupsi itu gak baik. walaupun untuk deskripsi korupsi itu sendiri dia emang belum tau..

    salam buat anaknya ya mbak.. :)

    BalasHapus
  15. Artikel untuk lomba ya, aku dukung 100 persen, sebuah pemahaman korupsi bukan untuk anak saja tetapi saya dan yang merasa korupsi! Mengena sekali! Nice Post!
    Salam buat anaknya! Hapus Korupsi!

    BalasHapus
  16. setuju banget mbak... penanaman nilai-nilai kebaikan memang harus dimulai sejak kecil... tentang kompetisinya semoga berhasil ya mbak... mari bersama kita hapus KORUPSI!

    BalasHapus
  17. Cici yang pintar dan menggemaskan... tentu saja semua itu tak lepas dari tangan-2 Ibu yang hebat dan penuh kasih spt Mbak Anie.
    Artikel pemberantasan korupsinya keren banget...
    Semoga menang ya mbak...

    BalasHapus
  18. Korupsi sudah mendarah daging di negeri ini. Geus ngajadi budaya anu lekat jeung kulit.
    Memang bener ceu, kudu mulai ti kaluarga jeung anak-anak ngadidik anti korupsi teh. Sugan ka payun mah generasi penerus teh balalageur. Amien...

    Selamat nya ceu... Smoga sukses kompetisina.
    Eh, recent commentna masih keneh teu acan jalan ceu?

    BalasHapus
  19. tuh udah keliatan seorang calon pemimpin dari sekarang, yg responsif terhadap hal-hal sensitif di sekitarnya, meskipun ia tidak terlalu paham tentang apa yang membuatnya terusik, salam kenal mbak. sesama blogger pejuang anti korupsi

    BalasHapus
  20. selalu menemukan pembelajaran disini mba *_*

    selalu ingin belajar menjadi lebih baik setelah membaca tulisanmu.

    semoga aku bisa menjadi bunda terbaik untuk buah hati ^^

    BalasHapus
  21. @ sadaya : terima kasih semua atas dukungannya. Yang penting bagi saya adalah memenuhi undangan, dan berbagi sedikit untuk negeri, semoga sekecil apapun usaha saya Allah berkenan meridloi. Amiiin

    @ anyin : alamat blog cici disini www.rahma-meisyara.blogspot.com

    BalasHapus
  22. Q agusta27 : salam kenal kembali, terima kasih sudah mampir.

    @ eNeS ; muhun Kang, kamari teh kompine nuju rada lelet.

    @ reni : kita selalu terus belajar jadi ibu yang manfaat, kan, mbak?

    BalasHapus
  23. @ Syifa : trim's Syifa, nanti saya jemput
    @ anna : oke saya sampaikan
    @ nuansa penna + mas goen : setuju!
    @ newsoul : selamat malming ... eh malam senin, mbak (sekarang sudah minggu sore, soale) hehe ...
    @ aisha : amiiin

    BalasHapus
  24. Ini buat kompetii to mbak....
    Semoga menang ya mbak...
    Putrinya lucu ya.......... hehehe

    BalasHapus
  25. wah, saya njagokan artikel ini neh mbak.. siiip...

    BalasHapus
  26. tulisan ini buat kompetisi ya mbak...
    kereen..semoga kelak Indonesia bisa lebih baik lagi yaa

    salam :)

    BalasHapus
  27. Inspiratif mbak..Terima kasih untuk 'ilmunya'. InsyaAllah berhasil dg kompetisinya mbak..

    BalasHapus
  28. moga sukses lombanya n ceritanya bener2 menginspirasi kita :)

    BalasHapus
  29. Tulisannya mantap banget mbak...
    dari setiap rumah kita akan lahir calon pemimpin negeri ini, yang di dadanya berlimpah nyala kasih, di jiwanya menyala semangat berkorban, berbagi dan berjuang, di kalbunya tertancap akar iman yang kuat....
    Bermula dari belaian kasih sayang dan welas asih serta ketulusan yang tiada akhir dari seorang ibu.

    BalasHapus
  30. seorang Ibu....
    memang harus pintar ya, menjelaskan kepada anak-anaknya segala sesuatu tentang kehidupan dan apa yang ada di dunia ini....

    susah ya jadi ibu

    BalasHapus
  31. artikel yang sanagat bagus bu layak untuk sebuah kontes

    BalasHapus
  32. mba pasti seneng punya putri yang kritis dan punya kepekaan terhadap lingkungan dan sikon bangsa ini, semoga cici jadi anak yang brguna bagi bangsa nantinya

    BalasHapus
  33. berkunjung untuk memenuhi undangan...
    sungguh sejuk juga di sini ya...
    suka dengan gambar postingan ini..
    maafka baru sekarang berkunjung...
    *malu*

    BalasHapus
  34. hebat sekali anaknya mbak, masih kecil udah mulai tau soal korupsi meski belum sepenuhnya ngerti...salut deh sama anaknya ^^

    BalasHapus
  35. Sungguh seorang ibu yang bijak, dan anak yang cerdas.

    Semoga sukses ya Ceu kompetisinya, amin.

    BalasHapus
  36. Berantas korupsi... Jayalah Indonesiaku...
    Semoga berhasil dalm kompetisinya... Amiiin..

    BalasHapus
  37. Korupsi dimana-mana ada korupsi, kapan ya korupsi cepat teratasi?

    BalasHapus
  38. berantakan?
    nggak kok mbak, postingan ini menarik dan layak diikutsertakan di kontesnya mas Joddie.
    semoga menang ya ^^

    ps : alhamdulillah kabar henny baik, semoga mbak annie jg gitu

    BalasHapus
  39. Cici, ayo bersama om memberantas korupsi.

    BalasHapus
  40. ARTIKEL MANTAP. SEMOGA MENANG DALAM KONTES.

    BalasHapus
  41. Korupsi yang mewabah saat ini tak lepas dari, hasil didikan orang tua yang salah terhadapa anaknya, kadang orang tua mewariskan kesalahan kepada anak-anaknya hingga kesalahan ini menjadi turun-temurun dan hasilnya kita rasakan sekarang

    BalasHapus
  42. Ibu bagus banget cerpennya terus ada kata kata Cici terus banyak lagi yang komentar sama cerpennya juga pokonya bagus deh untuk ibumah. Ada yang nanyain gak soal Cici?

    SELAMAT YA ... KARENA IBU UDAH BANYAK CERPENNYA


    SELAMAT DEH SEMUANYA. OKE SIP

    BalasHapus
  43. saya kok punya feeling tulisan mbak akan menang ya. bagus banget sih

    BalasHapus
  44. Anak-anak Indonesia, harapan negeri ini untuk bangkit kembali dari keterpurukan akibat korupsi.Sangat mencerahkan, ternyata masih ada peran tersisa untuk membenahi bangsa ini dengan mendidik sang anak menjadi generasi yang amanah. Tunas pemimpin bangsa. Amin.
    Selamat...ya. Salam kenal,Ibu Ani, juga buat si Cerdas Cici.

    BalasHapus
  45. hmmm. dialog yg indah antara ibu dan anak... malah melahirkan topik. dan sekarang melahirkan pemenang.... hebat ibu satu ini.....top markotop

    BalasHapus
  46. Selamat ya mbak udah terpilih sebagai pemenang kompetisi. Sukses.

    BalasHapus
  47. Alhamdulillah, Kita doakan agar mas antasary azhar jadi wali!

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...