Minggu, 01 Februari 2015

Asyik ber Sonian

Awal tahun ini, saya diundang masuk sebuah grup khusus di facebook oleh seorang penyair asal Bandung, kang Soni Farid Maulana. Nama grup nya : sonian.

Ternyata sonian adalah bentuk puisi baru sepanjang empat larik dalam sastra Indonesia modern dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik. Bentuk baru ini dikreasi oleh penyair Soni Farid Maulana. Dalam sonian para kreator bisa menggunakan majas, simbol, metafor, imaji, apapun itu. Tema bebas, dan tidak melanggar SARA serta berbagai undang-undang yang berlaku di negeri ini. Dengan demikian sonian berbeda dengan Haiku yang ditulis oleh Basho.



Saya mulai membaca karya-karya sonian yang bermunculan di grup, belajar dan mulai tertarik. Ada sesuatu yang mengasyikkan di dalamnya. Bagaimana kita menyajikan imaji, memilih diksi yang dituangkan dalam kata-kata yang ringkas menurut pola per larik. Awalnya sulit, merangkai pesan dalam kata yang terbatas. Lama-lama ... asyik.

Seperti kata Farick Ziat salah seorang sonian (apa ya sebutan bagi penulis sonian?) : Meski terkesan ringkas, Sonian butuh imaji yang padat. Puisi dengan tatanan 6-5-4-3 suku kata pada tiap lariknya ini membatasi keliaran emosi. Tak cuma sekadar memenuhi bentuk yang terpola ketat, tapi juga menitipkan pesan yang mudah tertangkap. Sebab, nilai Sonian bukan karena tepat hitungan katanya. 

Ini saya sunting beberapa sonian yang ditulis Farick Ziat :

HILANG
pagi tanpa hujan
aku endapkan
kehilangan
bayangmu

SENDIRI
sisa embun pagi
bias mentari
meluluhkan
gelisah

Dan di bawah ini sonian karya kang Soni Farid Maulana, sang kreator

BUKIT BINTANG
- untuk Raja Ahmad Aminullah
1
mata merah gagak
nyalang menatap
jiwaku. O
mautku

2
dunia kelabu
jalanan macet
angin dingin:
gerimis
3
memang masih siang
dan kau tak kunjung
datang. Gagak
berkoak
4
selarik sajakmu
o Baudelaire
layak sinar
di goa
5
menafsir detik jam
di Bukit Bintang,
koak gagak
di batin
2015

Tak butuh waktu lama untuk sonian bisa diterima di kalangan penikmat sastra. Terbukti dengan bermunculannya para penulis sonian dari pelaku sastra (sastrawan) melayu dari Indonesia dan  Malaysia. Meski memang, layaknya aliran baru, selalu ada pro kontra yang menyertainya.

Sebagian berpendapat bahwa sonian membelenggu ruang imaji penyair dengan pola tertentu sehingga puisi kembali mundur ke belakang. Ruang diskusi pun dibuka dengan sangat lebar oleh kang Soni sebagai kreatornya.

Saya, hanya sekedar penikmat yang kemudian asyik memamah sekaligus belajar menulis sonian. Seperti asyiknya saya ketika belajar ber- Haiku.

Seperti kata mbak Ewith Bahar dalam catatannya :

Ada genre puisi baru di Indonesia, sonian namanya. Ini kabar yang bikin girang karena sudah berbilang puluh tahun, para penyair kita menulis syair dengan mengikuti puisipuisi yang sudah ada selama ini. Penyair Soni Farid Maulana rupanya tak cukup puas hanya dengan menjadi penulis sajak saja, namun ia juga berusaha memperjuangkan dunia puisi di Indonesia dengan menjadi penggagas lahirnya genre puisi baru. Soni Farid Maulana, adalah penyair yang telah dibawa terbang oleh puisi2nya berkeliling ke beberapa negara, di antaranya Perancis, dimana puisi-puisi karyanya dijadikan bahan thesis oleh salah satu universitas terkenal di Paris.
Selama ini puisipuisi dikategorikan atas dua ketentuan, yaitu berdasarkan jumlah baris, atau berdasarkan isi puisinya. Genre puisi yg berdasarkan jumlah baris adalah sbb:
Distichon ( sajak 2 seuntai)
Terzina (sajak 3 seuntai)
Quatrain (sajak 4 seuntai)
Quint (sajak 5 seuntai)
Sextet (sajak 6 seuntai)
Septima (sajak 7 seuntai)
Octave atau stanza (sajak 8 seuntai)
Sedangkan yang berdasarkan isi, adalah sbb:
Ode, hymne, elegi, epigram, satire, romance, balada, dan soneta.
Dalam historis perpuisian kita juga tercatat ragam puisi yang mencakup jenis di atas dengan berbagai variasi, seperti: pantun, gurindam, seloka, dll.
Sonian, yang dilahirkan SFM pada medio Januari 2015 adalah jenis puisi yanhg penamaannya masuk dalam kelompok puisi yang dicirikan pada "baris"nya. Sonian merupakan jenis puisi terikat, berupa sajak pendek berformat 6 5 4 3. Maksudnya, hanya terdiri atas 4 baris, dan tiap baris ditentukan jumlah suku katanya. Baris pertama 6 suku kata, baris kedua 5 suku kata, baris ketiga 4 suku kata, dan baria terakhir 3 suku kata. Alasan SFM dalam menentukan format yang bentuk fisiknya mengerucut ini, karena apa yang ingin disampaikan penulis semakin kebawah akan semakin jelas fokusnya, sehingga maksud yang ingindikomunikasikan sampai.
Ini contoh sonian buatanku:
Dalam balut saga
Kharisma senja
Masuk telak
Ke dada
Untuk menyosialisasikan "sonian" SFM membuat group di fb, dan langsung disambar para pecinta puisi dengan antusias. Maklum, puisi ini memang punya daya tarik karena cukup menantang. Ia memudahkan penulis krn temanya bebas dan ringan, tapi jumlah suku kata yg mengikat terasa menantang, bagai tengah bermain puzzle.

Nah, namanya juga pemula, dan terus berproses, ini beberapa sonian saya :

ZAMAN BATU
1.
akik macam nama
di banyak jari
emper jalan
sempurna

2.
gosok usap pamer
segala kilap
desa, kota
membatu

KALIGRAFI
mengalir udara
panggil cahaya
pada alif
al ikhlas


SUATU SIANG
matahari tajam
menyisit hari
aku gerah
tatapmu


ujung jan 2015



Kembali kang Soni mewariskan ajarannya : pada dasarnya ‪#‎sonian‬ bukan sajak yang meledak-ledak. Ia adalah sajak alit yang lembut, yang secara psikologis emosi diatur oleh kepiawaian para sonian dalam memilih diksi yang tepat, untuk mengungkap sebentuk pengalaman. Imaji, simbol, metafor, apapun namanya di dalam #sonian akan bekerja dan berfungsi sebagaimana adanya, bila kita tepat dalam membangun rancang-bangun #sonian itu sendiri dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlariknya.

Sebagai penyair senior yang telah melanglang ke banyak negara, kang Soni orang yang low profil, beliau mudah sekali berbagi ilmu kepada siapa saja yang memintanya. Bagi yang tertarik meramaikan sastra Indonesia, khususnya perpuisian, yuk gabung, kita ber-sonian bersama-sama ...


 

13 komentar:

  1. Balasan
    1. tepatnya belajar berpuisi, mbak Lidya hehe ...

      Hapus
  2. Akuu suka puisi maak, tapi baru tau sonian ini, cyma puisinya kaya nanggung nanggung gitu jadi ga berasa feel mau menghayati puisi jadinya hihihi

    Xoxo
    http://leeviahan.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, polanya memang begitu, ringkas. Penulisnya dituntut untuk memilih kata dengan teliti agar pesan yang ingin disampaikan dapat kena kepada pembaca. Coba deh, awalnya terasa aneh tapi lama-lama asik juga hehe ...

      Hapus
  3. kereeen...jadi pengen coba :) TFS yaa

    BalasHapus
  4. Aisshhh...baru baca dan baru ngeh ada genre puisi sonian ini. Mksh infonya teteh...
    nanti coba bikin sonian akhhh ^_^

    BalasHapus
  5. Saya suka puisi... baru tau kalo model begini di sebut sonian... ..ah..ikut ngeramein ah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, nov, ini jenis baru puisi modern. Asik lho bersonian. Yuk mari biar tambah ramai

      Hapus
  6. aku suka teh yang suatu siangnya

    BalasHapus
  7. wah,baru tau...dikit2 gitu ya mbak..sip,makasih ilmunya^^

    BalasHapus
  8. Makasih sharingnya, Mak Ani. Dari awal aku sudah berprasangka apakah "sonian" itu ada hubungannya dengan Soni Farid Maulana? Soalnya di Bandung beliau penyair yg banyak dikenal. Ternyata iya, beliau toh yang menggagas. Asyik juga ya... Tapi mikirnya harus dua kali (atau lebih) nih bikinnya, karena harus memperhatikan pola suku kata juga & gimana caranya biar pemilihan kata menjadi padat makna. Lain kali posting tentang ilmu puisi lagi colek aku ya Mak... Aku juga penasaran sama yg lain seperti Haiku, dll. *Tapi blm menyempatkan baca2 ttg ilmu beginian :)

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...