Minggu, 21 Juni 2015

#4 Shaum Keempat : Tentang Ayat-ayat

Bismillahir rahmaanir rahiim …

Saya lupa harinya, kalau tidak salah shaum pertama, dalam tayangan hafidz quran di Trans 7, puteri ustadz Yusuf Mansur, Wirda, melantunkan ayat suci Al-Quran. Suaranya merdu dan menyentuh. Hingga tiba di tengah ayat, ia tersendat, suaranya tercekat menahan haru. Dan itu menular. Saya ikut meneteskan air mata. Kenapa? Kan saya gak tahu artinya? Entahlah … keharuan selalu mudah menulari saya. Tapi bukan itu, saya tahu ada yang lebih dahsyat dari sekedar terbawa suasana.

Usai mengaji, Ali dan Zeezee sang pembawa acara bertanya, ternyata Wirda tidak tahu penyebabnya, iapun tidak tahu arti yang dia baca. Tiba-tiba saja keharuan menyeruak dan melahirkan tangis. Setelah ustadz Yusuf Mansur menjelaskan barulah kita semua paham artinya, bahwa ayat yang dibaca Wirda itu kurang lebih mengatakan ‘jin saja mau menerima kebenaran dan kedahsyatan Al-Quran, masa manusia yang diberi kelebihan akal dan sempurna tubuhnya, tidak menginsyafi hal itu?’



Sahabat tentu pernah pula, bahkan sering (setiap kali baca Al-Quran) mengalami hal tersebut. Ayatayat Al-Quran yang kita baca banyak yang tidak tahu artinya, kecuali setelah kita baca terjemahnya. Kalau mau, ‘seharusnya’ menangisnya ya di pas bagian baca terjemahnya. Ternyata tidak. Rasa haru, tenang, bahkan bahagia justru hadir saat kita membaca ayat demi ayat yang tak tahu artinya itu. Kenapa?

Demikianlah, Allah menjanjikan syifa (obat segala macam penyakit hati dan badan), petunjuk, rasa aman, bahagia, pembeda, penerang jalan, bagi yang membaca Al-Quran.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. ” (QS Yunus: 57). “Katakanlah: ‘Al Qur’an itu adalah petunjuk dan obat penawar bagi orang-orang yang beriman” (QS Fushshilat : 44)
Banyak yang bahkan kurang meyakininya. Mengaji, ya mengaji saja. Efeknya bagi jiwa dan tubuh sering luput dari perhatian. Pernahkah kita kaji, mengaji 1 juz 1 hari, yang dilakukan dalam waktu yang sama, setiap hari (istiqomah) memberi efek sehat jiwa raga?

Atau begini : pernahkah merutinkan diri untuk mengaji setiap hari secara terstruktur (dalam waktu tetap) tidak terjeda? (*sentil kuping sendiri). Para pakar kesehatan sejak berabad lampau bilang bahwa kontinuitas asupan gizi, kontinuitas olah raga, kontinuitas kegiatan positif yang dilakukan secara disiplin akan memberi efek sehat, tidak saja bagi tubuh tapi juga bagi jiwa.

Mengaji adalah proses yang melibatkan panca indera dan ruhani. Tahu ataupun tidak artinya. Kalau dilakukan secara terstruktur, tetap, kontinu, efeknya …rasakan sendiri. (maaf, kok seperti iklan, ya). Yakin, itu resepnya.  Allah swt yang menjanjikan melalui hadits qudsi  bahwa 10 kebaikan bagi setiap 1 huruf yang dibaca.

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran) maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan : “Alif lam mim” itu satu huruf, tapi ‘Alif itu satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)
Bahkan kebaikan seperti apa yang Allah janjikan, kita sering tak mampu menjangkaunya. Hanya bisa merasakan dan menginsyafi betapa luas rahman rahimNya. Betapa besarnya kebaikan yang telah Allah himpunkan untuk kita setiap hari. Salah satunya, keteraturan, kesehatan, kebahagiaan.

Mengaji secara istiqomah, pada dasarnya memasukkan ayat demi ayat ke dalam system tubuh kita. Ayat-ayat tersebut secara fitrah akan menjalankan sistemnya sendiri lalu membuat sebuah bangunan kebaikan untuk yang membacanya. Ribet? Amalkan saja …

Saya sering iri pada para sepuh jaman dulu yang melakukan segala sesuatu dengan patuh taat tanpa banyak Tanya kenapa begini kenapa begitu. Istilahnya ‘sami’na wa atho’na’ = kami dengar dan kami taat. Efeknya, mereka hidup sehat, tenang, tanpa banyak tuntutan apa-apa. Lain dengan saya … duh, astaghfirullahal’adzim.

Kembali ke peristiwa Wirda, saat itu (saat mengaji) Allah swt tengah menyentuh hati  Wirda atau siapapun yang sedang mengaji. Lalu dengan caraNya, lewat ayat-ayat yang dibaca, Allah memberi pengetahuan, penjelasan atau apapun istilah, yang berefek langsung pada keadaan jiwa kita saat itu. Bila kita sedang ada di level bawah maka sentuhan bisa membuat kita sedih karena ingat dosa, tanpa kita sadari ruh kita bereaksi. Demikian halnya dengan rasa tenang, bahagia membuncah atau kenikmatan. 

Usai mengaji, kita bisa lihat terjemah ayat yang berefek tadi. Saat itulah kita paham Allah swt Yang MahaRahman tengah memberi tahu kita sesuatu. Subhanallah ...
Maka nikmat Tuhan yang mana lagikah yang kita dustakan?

Terakhir, di hari ke empat shaum ini, saya baca sebuah hadits ini :

Dan dari Abdullah bin Amru bin Ash Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah saw bersabda : “Puasa dan Al Qur’an akan memberi syafa’at kepada hamba kelak di hari kiamat, Puasa berkata : “Ya Rabbku saya telah mencegahnya dari memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan berkata Al Qur’an :”Saya telah mencegahnya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, Rasulullah saw :”Maka keduanya memberikan syafa’at” (HR. Ahmad)
Wallahu 'alam bi shawab ...

sumber : http://www.santritahfidz.com/keutamaan-membaca-al-quran/

8 komentar:

  1. Hiksssss,....saya sedih membaca tulisan teteh. Masih sulit rutin mengaji sehari satu juz. Trima kasih teh untuk pencerahannya, termotivasi untuk mengaji setiap hari minimal 1 juz atau jika tidak beberapa ayat dari pada tdk sama sekali.

    BalasHapus
  2. semangat tadarusan di bulan suci

    BalasHapus
  3. DAH BERUBAH BLOGNYA teh semoga membawa kebaikan dunia dan akhirat dari Sahabat lama

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah bisa ngurangi kegiatan agar bisa tadarusan bareng anak2 meski target belum seperti yg kami harapkan. Semoga kami bisa mengejar. Biasanya kedodoran pd saat liburan.

    BalasHapus
  5. Masya Allah ... begitu indahnya Qur'an ya Mak sehingga tak tahu artinya pun bisa terharu

    BalasHapus
  6. Trims pencerahannya.... Smga Ramadan ini mjdi awal yg baik bg kita -khususnya sy- utk lbh baik lagi.. Aamiin...

    BalasHapus
  7. Saya jadi teringat nasihat guru saya:

    "Teruslah membaca al-Qur'an. Mohonlah hidayah dari setiap ayat yang kau baca kepada Allah Swt. Sebab, ilmu memang penting, tapi jauh lebih penting adalah hidayah."

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...