Rabu, 05 Mei 2010

Segelas Susu


Kisah ini saya sunting dari buku "Setengah Isi Setengah Kosong = Half Full - Half Empty" yang ditulis Parlindungan Marpaung. Saya memilihnya karena kisah ini menginspsirasi orang untuk berbagi, sesederhana apapun bentuknya. Seperti semut.


Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup sebagai pedagang asongan dari pintu ke pintu (biasanya dilakukan di komplek-komplek Rumah Dinas) kehabisan uang. Kondisinya saat itu sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi ia kehilangan keberanian sat seorang ibu muda - istri pejabat - membuka pintu, Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Ibu muda tersebut melihat dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar.


Oleh karena itu, ia memberikan segelas besar susu. Kemudian anak lelaki tersebut minum dengan "lahap"nya dan bertanya : "Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?"


Ibu itu menjawab, "Kamu tidak perlu membayar apapun, orangtua kami dulu mengajarkan untuk tidak menerima bayaran jika melakukan suatu kebaikan," kata ibu itu menambahkan.


Sambil menghabiskan susunya, anak lelaki tersebut berkata dalam hatinya "Dari hatiku yang terdalam, aku sangat simpati pada ibu yang berbaik hati ini, dia tidak sombong sekalipun istri pejabat."


Beberapa puluh tahun kemudian, ibu muda dahulu (yang kini sudah agak lanjut usianya) mengalami sakit yang sangat kritis. Balai pengobatan sudah tidak mampu lagi mengobati penyakit komplikasinya, apalagi saat ini ia berstatus janda seorang pensiunan kereta api. Atas saran keluarganya, si wanita ini dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Pemerintah yang ada di kota tersebut untuk diobservasi. Namun tetap saja tidak bisa diobati. Akhirnya dengan menjual barang-barang yang tersisa dan atas bantuan rekan-rekan sesama janda pensiunan, ia dikirim ke ibu kota karena disana ada dokter yang mampu mengobati penyakit komplikasinya itu.


Dr. Sobur Nurjaman Ali dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si ibu tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Sobur. Segera ia bangkit mengenakan jubah dokternya dan bergegas turun melalui aula rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut. Ia langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang.


Dr. Sobur kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan serangkaian medical check up total serta terapi-terapi medis lainnya.


"Pokoknya ibu tersebut harus sembuh," demikian obsesinya. Mulai hari itu si ibu yang tergolek lemah tersebut menjadi perhatian Dr. Sobur dengan kasih yang tulus. Memasuki bulan ke tiga di rumah sakit tersebut ternyata si ibu benar-benar sembuh.


Lalu, Dr. Sobur meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya guna persetujuan. Dr. Sobur melihatnya, dan menuliskan sesuatu di pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia sangat yakin bahwa ibu itu tidak akan sanggup membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hiduonya. Bisnis yang dirintis bersama sang suami (almarhum) ketika memasuki pensiun gagal karena ditipu orang, demikian cerita ibu itu kepada Dr. Sobur beberapa waktu lalu. Hal ini pula yang membuat dia jatuh miskin, dengan seorang anak yang saat ini juga pengangguran.


Lembar tagihan akhirnya sampai ke tangan ibu yang malang itu. Dengan rasa waswas ia memberanikan diri membaca tagihan yang disodorkan bagian keuangan. Disana tertera rincian biaya yang dikeluarkan selama pengobatan. Akan tetapi, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi : "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu." Tertanda Dr. Sobur Nurjaman Ali.

8 komentar:

  1. Ceritanya bagus banget mbak.. sangat menginspirasi.
    Kemarin aku baca kisah serupa di facebook, tapi nama tokohnya diganti dg nama orang barat..

    BalasHapus
  2. merinding baca tulisan ini,...inspiratif bgt mba ^^
    pagi2 membaca postingan menarik,semoga hari ini lebih indah dr sebelumnya....

    BalasHapus
  3. Ya ampun, inspiratif bgt mbak...seandainya hal ini membudaya disemua kalangan, pastilah sgt indah..

    BalasHapus
  4. Bibit2 kebaikan yang telah ditaburkan telah menghasilkan buah kebaikan juga. Memang sangat menginspirasi mba....

    Salam hangat & sukses selalu...

    BalasHapus
  5. Kisah mengharukan juga indah. Selamat sore Mba Annie.

    BalasHapus
  6. wuih, cerita yang sangat indah
    menyentuh...

    BalasHapus
  7. Inspiratif, kisah ini beda2 namayah, teh? :)

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...