Rabu, 16 Juni 2010

Memahami Kesalahpahaman



Ada ketidaknyamanan yang kita rasakan saat terjadi salah paham, terutama dengan suami. Salah paham bisa terjadi oleh sebab yang terkadang sangat sepele, raut wajah yang tak menyenangkan misalnya. Ya, hanya oleh sebab ekspresi jutek, yang astaghfirullah kerapkali tak bisa disembunyikan karena berbagai sebab, tiba-tiba saja pertengkaran dimulai. Padahal ketika dirunut lagi kronologis kejadiannya, kok ya menggelikan. Meminjam istilah Gus Dur : gitu aja kok repot! Tapi memang begitulah yang sering terjadi dalam rumah tangga.




Namanya juga salah paham, berarti ada kesalahan dalam memahami suami atau istri. Bukannya kesalahan yang betul-betul dilakukan untuk menyakiti. Bukankah itu letak perbedaan antara kesalahpahaman dengan kesalahan.


Setelah ungkapan ketidakenakan keluar dari lisan keduanya atau malah hanya muncul dari satu pihak karena yang lain lebih memilih untuk diam, biasanya saat itulah muncul “slide” sebab-musabab mengapa ini bisa terjadi. Reaksi yang kemudian terjadi bisa berbeda, menangis, geram, pergi, menyesal, atau malah menertawakan diri sendiri. Apapun reaksi yang timbul merupakan buah dari perasaan dan kata-kata yang meluncur sebagai wakil hati kita saat itu. Ibarat awan mendung yang menurunkan hujan. Seberapa besar dampak yang diakibatkannya tergantung deras tidaknya air yang turun.



Maka Rasulullah saw membimbing kita untuk menetralkan hati saat emosi melalui sikap. Bila kemarahan itu timbul saat berdiri, maka duduklah. Bila sedang duduk maka berbaringlah. Dan lekaslah membasuh diri dengan air wudlu karena air akan mendinginkan api yang tengah bergejolak di dalam hati. Tentu saja tuntunan beliau yang indah itu harus disertai oleh upaya aktif dari diri kita sendiri untuk meredam emosi agar kesalahpahaman tak berlanjut pada pertengkaran yang tak perlu.



Ada istilah “rep-pok” yang diajarkan orangtua dahulu (khususnya di kalangan orang sunda) dalam menyikapi kesalahpahaman dalam rumah tangga. Artinya bila salah satunya “pok” alias berbicara, yang lain jangan ikut bicara atau “rep” diam, agar tidak terjadi cekcok. Ajaran orangtua kita itu sejalan dengan tuntunan Islam dalam berperilaku santun ketika bicara. Bisa dimengerti apabila lisan seringkali tak dapat dijaga saat emosi tengah naik. Tapi dengan banyak berlatih menahan diri dan beristighfar, Insya Allah, Allah akan memudahkan setiap upaya perbaikan diri.



Tapi, sesekali kesalahpahaman perlu “dipertengkarkan” agar tumbuh pemahaman baru di benak suami istri mengenai keinginan dan tuntutan pasangan. Kesalahpahaman dapat dijadikan sarana untuk mengupdate perilaku atau malah sebagai sarana “penemuan baru” karakter dan sifat pasangan bahwa ternyata suami kita itu begini dan tidak menyukai yang begitu. Sebab seberapa lamapun kita menikah, pasangan adalah pribadi yang sesungguhnya tak kita kenal dengan tepat meskipun kita kenali dengan baik. Perjalanan rumah tangga adalah proses belajar seumur hidup. Di sana terdapat semacam “ritual ibadah” dalam bentuk lain.



Ketika kesalahpahaman diletakkan pada tempat yang tepat, dikelola dengan benar, dilihat sebagai sesuatu yang dapat berdampak baik, maka Insya Allah kita dapat lebih memahami pasangan kita serta memahami salah paham itu sendiri. Kesalahpahaman serupa tak perlu lagi terjadi dimasa mendatang dan tumbuh kesepahaman baru diantara pasangan.



Kesalahpahaman dapat dijadikan sebagai momentum pembaharuan. Bukankah sejatinya kehidupan berumah tangga itu adalah gerakan pembaharuan yang tak pernah berhenti ? Ia terus-menerus tumbuh seiring perubahan dan perkembangan masing-masing pribadi yang hidup didalamnya. Dan saya yakin di setiap detiknya Allah menyimpan hikmah agar kita bisa menemukannya dan kemudian menikmatinya.


Gambar : images.plurk.com

26 komentar:

  1. Salah paham bisa terjadi kapan saja, karena kita kurang sabar dan jeli dalam melihat kejadian! Yang utama segera minta maaf bila terjadi! Salam!

    BalasHapus
  2. Kesalahpahaman yang tidak diselesaikan akan menjadi berkepanjangan dan berujung pada pertengkaran2 yg tak ada habisnya.

    BalasHapus
  3. Bertengkar suami istri... biasa ah.
    habis itu, mesra lagi.. Di pake bumbu aja. :)

    BalasHapus
  4. Adalah luar biasa jika kita mampu mengambil hikmah dari kesalahpahaman yg terjadi ya mbak..

    BalasHapus
  5. @nuances pen : setuju, segera minta maaf
    @catatan kecilku : karenanya kesalahpahaman perlu dikelola dengan bijak. Trims, mbak sudah mampir dan berpendapat

    BalasHapus
  6. @ Gek : betul banget tuh ... tergantung kita menyikapinya.
    @ the other : benar, mbak

    BalasHapus
  7. Mendapat ilmu baru lagi saya, mbak Ani. Smg sy bisa lebih memahami pasangan, trmkasih atas pencerahannya

    BalasHapus
  8. Wah, Mabk Ani hebat bangat kalau ngomong masalah psikis deh..

    Tulisan yang sangat bermutu!
    Kesalahpahaman, bila dipahami dari sudut pandang yang tepat, insya allah hasilnya akan tambah baik dan bijak...

    BalasHapus
  9. Tulisan mantap. Ya, mari damaikan hati, lapangkan dada agar tak mudah salah paham.

    BalasHapus
  10. bermanfaat bgt mba,...kadang byk kesalah pahaman yg terjadi,benar seperti yg mba bilang,hanya karena wajah jutex,nada sedikit tinggi...atau mungkin perbedaan keinginan.

    hemmm,...sangat bermanfaat mba,terima kasih...^^

    BalasHapus
  11. pokoknya asal bisa ngomong pake kepala dingin pasti terselesaikan ya mbak anie :)

    BalasHapus
  12. Sepakat ceu, kesalahpahaman dapat dijadikan momentum untuk pembaharuan, memperbaiki diri, sehingga kehidupan rumah tangga bisa lebih baik di masa depan

    BalasHapus
  13. kesalahpahaman itu bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.. jadi, sebagai manusia, kita harus bisa menyikapinya dengan santai dan tidak gegabah agar tidak terjadi misscommunication yang lebih besar.:)

    BalasHapus
  14. eww.. pelajaran berharga dari seorang istri.
    Sudah sering dengar dari teman2 yg sudah menikah, bahwa pernikahan itu suatu perjalanan yg sangat puanjang. Butuh proses untuk terus saling memahami antara suami dan istri.
    err.. ini juga sepertinya berharga buat tiap2 orang yg belom menikah yak, untuk tidak hanya membayangkan yg indah2 saja dari sebuah pernikahan, hihi.. *nunjuk idung sendiri*

    BalasHapus
  15. salah paham biasa terjadi
    karena tidak ada manusia yang satu pikiran dengan yang lain
    berbesar hatilah
    damai di hati
    damai di bumi

    BalasHapus
  16. kesalah pahaman adalah salah satu jalan pendewasaan dengan 1 kejadian,kita bisa memaknai dari berbagai sisi dari berbagai arah mata memandang

    BalasHapus
  17. salah paham...mungkin tu bumbu kehidupan juga ya bu....???

    BalasHapus
  18. Salah paham sebagai pembaharuan. Sepakat 1000%. Pencerahannya menyejukkan.

    Dzadjakillah khairan :)

    BalasHapus
  19. Segera silaturahmi untuk minta maaf!

    BalasHapus
  20. @ sadayana : terimakasih sudah memberi apresiasi, semoga manfaat buat saya dan kita semua. Amiiin
    @ T.murtini : euleuh si euceu ngersakeun, kamana wae ateuh?

    BalasHapus
  21. satuju pisan teh, rep-pok kudu diterapkeun pisan,,,~_~

    alhmdllh sae teh annie..kul lancar bade ujian deui ayeuna teh ^_^

    c teteh oge mugi sehat2 weh nya, da abdi teh ayeuna sok males muka blog teh,,hihi^^

    BalasHapus
  22. Subhanallah... perenungan yang dalam :) Makasih, Teh...

    BalasHapus
  23. setuju...dengan meluruskan kesalahpahaman yang ada kita jadi tahu duduk persoalannya, selain itu kita juga mengetahui karakter dari masing-masing pasangan dengan yang ditimbulkan oleh karena adanya kesalahpahaman tersebut.

    BalasHapus
  24. salah paham emang bahaya kalo tidak segera diurai permasalahannya...

    BalasHapus
  25. teh ani miss you........

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...