Dulu, kalau mau kutak-ketik (bukan otak-atik) atau internetan, saya suka pakai komputer portable. Atau bila sedang tidak dipakai, saya pinjem laptop suami. Namanya juga minjem, jadi bila menulis harus disimpan di flashdisk supaya tidak perlu repot ketika harus mempostingnya di komputer.
Tapi keadaan itu saya jalani dengan santai. Setiap kali suami menawarkan agar saya membeli laptop, tidak terlalu saya tanggapi, sebab toh saya masih bisa menggunakan komputer rumah. Sayang bila dibiarkan nganggur.
Tapi, ketika di akhir tahun 2013 saya membelikan putra sulung saya sebuah laptop untuk keperluan kuliahnya, saya mulai punya keinginan untuk memiliki laptop sendiri. Kenapa, ya? Mungkin karena melihat laptop baru itu penampilannya yang ramping, lalu ketika saya coba ngetik, keyboardnya empuk. Namanya ASUS.
Penasaran, saya tanya : kenapa pilih LAPTOP ASUS bukannya merek yang sama dengan milik ayahnya. Menurut Kang Hanif, sulung saya itu, ASUS bandel dalam arti lebih awet dan tahan banting meski digunakan terus-menerus alias dalam jangka waktu lama. Speknya lebih gede plus ada aplikasi gear bawaan. Begitu, ya? Saya manggut-manggut saja, ada yang ngerti, kebanyakannya gak paham hehe ... Yang jelas, saya percaya anak saya lebih paham ketimbang ibunya.
Diam-diam saya mulai 'ngiler'. Saya membayangkan ASUS dalam ukuran lebih kecil ketimbang milik Kang Hanif. Sebuah notebook.
Rupanya, meski gak bilang, suami paham keinginan terpendam saya. Meski saya ibu yang bekerja, dan otomatis memiliki penghasilan sendiri, saya kerap "konsultasi" dulu bila hendak belanja keperluan pribadi, tertama bila harganya tidak murah. Dan karena memang sejak dulu suami sudah menganjurkan, dia oke dengan niat saya itu.
Lucunya, saya tidak membeli dan memilih sendiri. Saya minta tolong adik yang tinggal di Bandung untuk membelikan laptop pilihan saya. Saya hanya bilang : "Tolong pilihkan notebook ASUS warna putih." Itu saja. Padahal pilihan warnanya banyak, ada biru, hitam, silver dan putih (tentu saja). Saya tahu, adik pasti akan memilihkan notebook terbaik yang sesuai budget yang saya titipkan. Waktu itu saya kirim uang 3,5 juta rupiah.
Beberapa kali terjadi kontak via telepon dengan adik tentang spesifikasi notebook impian saya itu. Tak terlalu njelimet, sebab saya tak terlalu paham spek dan lain-lain. Maka ketika keesokan harinya saya libur dan ke Bandung sekalian menengok mamah, yang paling ingin saya temui adalah notebook ASUS hehe ... Ternyata harganya Rp. 3,3 juta. Artinya uang saya masih sisa Rp. 200 ribu. Alhamdulillah, saya dapat notebook baru dengan harga murah.
Ini dia penampakannya :
1. Slim, sehingga ringan dibawa kemana saja
Warna putih, sesuai harapan. Terlihat bersih dan cantik. Ramping, beratnya saja cuma 1,3 kg. Model X200CA
2. Spesifikasi
Dalam kotak Eco Box tertulis :
Type X200CA
ID+Colour : 1A - White
LCD : 11,6 HD Slim
Vram : N/A
CPU : 1007 U/BQA
Hard Disk Drive : 500 GB 5400 RPM
Accecories : 3 cell 3000 MAH
Tegangan : 100 -240 V AC
Frekuensi : 50 -60 Hz
Saya sendiri gak semua paham dengan bahasa yang tertera di eco box itu. Yang pasti tulisan di atas itu adalah informasi mengenai spesifikasi laptop tersebut, yang oleh Kang Hanif dan banyak orang disebut spek. Biasanya, ketika kita membeli sebuah laptop, pedagangnya suka bertanya "speknya apa?"Spesifikasi laptop mudahnya adalah perangkat atau hardware yang dirakit di dalam sebuah laptop. Kemampuan sebuah laptop untuk mengerjakan aplikasi atau perangkat lunak yang diinstal didalamnya itu dikarenakan adanya hardware tersebut. Biasanya spek inilah yang menentukan harga mahal atau murah sebuah laptop. Nah, dengan kapasitas memory 4 GB, notebook ASUS sudah lebih dari cukup untuk keperluan saya.
Notebook ASUS juga tahan lama, baterai nya kuat dipakai selama 3,5 jam tanpa bingung nyari colokan listrik bila dipakai di luar rumah.
3. Multitasking
Selain menulis di word, saya masih tetap bisa blogwalking, menyapa teman di facebook atau twitter dan mendengarkan musik sekaligus tanpa khawatir lelet. Saya pernah punya pengalaman, ketika mengetik, jari saya asik saja ketak-ketik tombol keyboard, eeh ... ketika lihat layar monitor, ternyata huruf-hurufnya masih antri berbaris untuk menampilkan dan menyelesaikan sebuah kata, padahal jari saya sudah selesai memijit tuts-tutsnya. Itu yang saya bilang lelet. Nah di notebook ASUS, kejadian itu tidak saya alami. Artinya ASUS gak lelet. Dia persis ibu rumah tangga, yang tetep bisa masak sekaligus nyuci piring dan beres-beres dalam waktu bersamaan.Cocok dengan keinginan saya.
4. Nyaman dipakai
Notebook ASUS ternyata friendly. Dia gak rewel ketika saya baru saja mengenalnya. Suaranya jernih saat saya menyetel musik dan film. Saat saya menyentuhnya, saya tahu kami akan jadi sahabat yang saling mengerti. Karena ringan dan ramping, ia tidak susah dibawa kemana saja. Empat bulan saya mengenalnya, dan saya cinta padanya, pada ASUS notebook terbaik dan favorit yang saya miliki.
saya juga pengen punya laptop belum kesampaian sampe skrg haha.. semoga berhasil ya mak.
BalasHapussemoga segera terwujud ya, mbak
HapusAamiin ya Allah ... trims doanya
temenan sama ASUS juga ya mbak kita :) good luck ya
BalasHapusOh samaan dong, mak
HapusSip, tengkyu
ASUS keren mak, suami saya sama adek pake hehehe. Saya juga merekomendasikan buat ibu saya untuk dipakai di sekolahnya ^^
BalasHapusya, Alhamdulillah, mak Shinta, saya puas pake ASUS hehe ...
HapusOhya? bagus tuh, pakenya mudah gak pake ribet, cocok buat ibu2 kayak saya dan ibunya mak Shinta
*dadah dadah ke mak Ani :D
BalasHapushaha ... asiiik didadahin mak Lusi, 'kali aja ketularan sering juara nulis hehe
HapusPada banyak yg ikutan blog kontee ASUS ya
BalasHapusLaptopku nge-hang. udah terlalu tua kayaknya, bawaan skripsi dulu. Kayaknya ngiler ASUS juga nih.....
BalasHapusAku gak pake ASUS Teh...
BalasHapusGutlak utk kontesnya yaa....