Sejatinya, bukan hanya besok, setiap hari setiap waktu manusia harus memilih. Pada hakikatnya hidup adalah proses memilih. Memilih untuk bersikap baik pada orang yang menyebalkan atau bersikap sama menyebalkannya dengan dia. Memilih untuk pergi menunaikan tugas atau menemani anak yang sakit. Memilih untuk makan sop ayam atau jajan bakso. Memilih untuk diam atau menjawab pertanyaan gak penting. Memilih untuk melawan atau menerima. Memilih melawan dengan keras atau dengan elegan. Memilih menerima dengan terpaksa atau menerima dengan ikhlas lalu melihat hasilnya. See? Setiap hari manusia selalu dihadapkan pada keadaan 'kita harus memilih', bukan hanya dari dua pilihan, bisa pula lebih dari itu.
Maka, proses memilih adalah proses hidup itu sendiri. Bagian dari tanggung jawab yang harus dipikul oleh siapapun, sesuai kapasitas, kapabilitas serta keinsyafan seseorang akan konskuensi yang kelak dipikulnya. Seperti sebuah proses ijtihad dalam tataran fiqih. Ketika pilihan kita benar maka dapat pahala dua, bila pun salah setidaknya kita mendpat 1 pahala. Memilih, bisa dimasukkan dalam lingkup ibadah, sepanjang kita meniatkannya untuk itu. Bukankah sejatinya "tidak semata Allah ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah"?
Memilih adalah bagain dari ibadah dan tanggung jawab.
Pun dengan pilihan yang harus dilakukan pada tataran yang lebih besar semacam Pemilu. Besar dalam artian luas. Besar ruang lingkup pemilihnya, besar angka partisipannya, besar tanggung jawabnya, besar pula konsekuensi yang disandangnya. Maka, setelah paham 'kebesaran' momentum tersebut lengkap dengan beragam atribut yang disandangnya, pilihan itu kembali harus dihadapi.
Biarlah yang kemarin gempita dan membakar ...
Hari ini masa pendinginan, peneduhan dan pengendapan. Seperti pasir yang diaduk bersama air dan menjadi keruh, diendapkan. Seperti air cucian beras yang memutih, lalu didiamkan. Simpan saja setiap titik kristal yang turun di dasar gelas, saatnya melihat melalui bagian yang lebih jernih. Meski tak sebening semula, kita tetap masih bisa melihat dengan lebih terang.
Biarlah, barangkali, masih tersimpan banyak kemarahan dan kecewa dari setiap tingkah polah wakil rakyat kemarin yang tidak seterhormat jabatannya. Hari ini kita bisa sedikit menarik nafas dan menjadi tuan bagi negeri ini 5 tahun ke depan. Simpan sejenak aneka pasir dan endapan beras yang mengeruhkan air itu.
Baiklah ...
Bila tidak ingin nurani kita disuarakan oleh bunyi yang tak senada dengan kita, gunakan kesempatan besok untuk menyuarakan sendiri bunyi itu, terserah mau pilih yang mana, hitam putih, kuning, biru, merah, hijau. Mau dengan cara teriak atau berbisik. Asal jangan diam.
Bila tidak ingin negeri ini dikuasai oleh orang-orang fasik dan munafik, kita masih punya kesempatan untuk berbuat. Tidak membiarkan hak kita dimanfaatkan oleh orang lain adalah pilihan paling terhormat, setidaknya menurut saya.
Bila terlanjur muak dengan para caleg yang ada, setidaknya kita tidak membiarkan satu kertas suara kita terbuang percuma, yang artinya pemborosan dana APBN. Bayangkan bila semua orang berpendapat : toh cuma satu suara. Bila yang berpikiran begitu 100 orang? 100 suara melayang. Bila seribu? sejuta? Masih mending tak diambil orang serakah untuk kemudian dicoblos oleh tim sukses yang tidak jujur. Bila diambil? Artinya kita menyumbangkan suara kita dengan cuma-cuma kepada orang yang belum tentu benar, dan bisa jadi calon koruptor. Astaghfirullah ...
Maka, mumpung masih ada waktu, yuk cari tahu siapa yang akan kita pilih. Bersyukur bila sedari awal kita telah menentukan pilihan. Besok, apapun pilihannya, pastikan suara itu tidak dipakai orang lain.
Bismillah ...
Besok, Saya Memilih
Sobat juga, kan?
Sobat juga, kan?
Sebagai warna negara mari kita ambil bagian dalam membangun negeri tercinta.
BalasHapusItu taggung jawab kita semua
Selamat memilih Jeng
Jangan lupa ikut GAku ya
Salam hangat dari Surabaya
Betul, pakdhe
HapusInsya Allah saya ikut meramaikan GA-nya, tapi ini masih jjs
Terimakasih sudah mampir
iya saya juga, pilih yg amanah ya pastinya :)
BalasHapuskunbalnya di tunggu :D
Insya Allah, trimkasih sudah mampir
HapusRenungan tentang pilihan yg dituliskan dengan indah. Suka dengan metaforanya, Mbak...
BalasHapusSelamat memilih ya... Semoga pilihannya mantap :)
Terimakasih, Insya Allah ...
HapusAllhamdulillah sudah memilih
BalasHapusAlhamdulillah, mak, suara kita sangat berharga untuk turut menentukan masa depan bangsa
HapusSelamat berdemokrasi
BalasHapussaya juga milih teh
BalasHapussaya sekarang tinggal dan kerja di jakarta :)
Pemilu kali ini emang beda, meriah :)
BalasHapusaku juga milih loh teh ani..
BalasHapusno golput
semoga menjadikan indonesia lebih baik, siapapun pemenangnya
BalasHapus