Bagi sebagian orang tasma adalah fashion, bagi sebagian lainnya tasma adalah kebutuhan.
Tasma? Apaan tuuuh ..?? (*gaya Jaja Mihardja hehe ...)
Yaa... Tasma adalah sebutan kacamata dalam bahasa Sunda.
Ceritanya begini, setelah sekian tahun kacamata minus saya jarang dipakai karena saya merasa sudah tidak terlalu tergantung lagi, beberapa hari ini saya harus kembali pakai (kacamata). Bukan lagi minus, tetapi double. Maksudnya??
Karena ternyata usiaku sudah masuk kategori lansia, (batas minimal kategori lansia adalah 45 tahun), maka mataku sudah ikutan lansia, jadi mata tua alias presbiopi. Aiiih ... tua nih. Jadi harus pake kacamata jenis bifokal agar mata bisa melihat benda dengan jelas. Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya dengan istilah kecamata plus minus, yaitu menggunakan lensa cekung dan cembung sekaligus.
Presbiopi alias mata tua katanya sih bukan sejenis penyakit, melainkan keadaan normal yang lazim terjadi pada orang-orang yang sudah memasuki usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena melemahnya otot mata yang berfungsi memberi fokus jarak dekat. Maka supaya aktivitas saya tak terganggu karena mata yang tidak lagi fokus (bukan hatinya yang gak fokus, ya hee ..) meluncurlah saya ke toko optik.
Melihat begitu banyaknya pilihan kacamata di toko optik, dengan kategori aneka pula, seperti kacamata khusus baca, kacamata korektif (untuk yang memiliki kelanainan mata seperti miopi, hipermetropi, silindris, bifokal), kacamata hitam, kacamata 3D, dan kacamata pelindung, pikiran saya melayang kemana-mana.
Bisa dipastikan, dulu kacamata belumlah sebanyak dan seaneka ini.
Bisa dipastikan, dulu kacamata belumlah sebanyak dan seaneka ini.
Sejarah kacamata, menurut Wikipedia, pertama kali dimulai dari Nero, kaisar Roma yang berkuasa pada tahun 54 - 68 M. Katanya sih, Nero selalu menggunakan batu permata cekung untuk membaca hingga menonton pertunjukan, walau tidak diketahui dengan pasti apakah Nero memiliki masalah dengan penglihatannya atau tidak.
Bangsa Cina mungkin yang pertama kali menggunakan kacamata seperti
kacamata yang lazim digunakan sekarang ini. Biasanya kacamata itu
terbuat dari lensa yang berbentuk oval sangat besar dan terbuat dari
kristal batu serta bingkai dari tempurung kura-kura. Supaya dapat
memegang kacanya, bangsa Cina menggunakan dua kawat yang diberi pemberat serta dicantolkan ke telinga mereka atau lensanya diikatkan ke topi atau menggunakan kait yang dicantolkan ke pelipis mereka. Bagi bangsa Cina waktu itu, kacamata hanya digunakan sebagai jimat keberuntungan atau alat untuk membuat mereka terlihat lebih keren dan
berwibawa sehingga kadang mereka hanya mengenakan bingkai kacamatanya
saja tanpa lensa.
Kacamata mulai dikenal di Eropa pada abad ke 13. Namun berbeda dengan
bangsa Cina, orang Eropa menggunakan kacamata untuk membantu
penglihatan mereka. Kacamata yang dikenakan masih menyerupai dengan
kacamata bangsa Cina yakni terbuat dari kristal batu atau batu
transparan.
Sekarang ini, sudah
sangat banyak aneka bentuk kacamata. Seiring perkembangan fashion,
kacamata jadi bagian dari gaya hidup. Jadi meskipun secara kesehatan,
matanya normal dan tidak mengalami gangguan penglihatan, orang banyak
memakai kacamata sebagai pelengkap gaya berbusana.
Kacamata
buat bergaya di pantai misalnya, untuk menjaga mata dari teriknya sinar
matahari, aneka bentuk dari yang simpel sampe yang sebesar 'tatakan'
ala syahrini tersedia di toko optik. Asalkan mau aja makenya hehe ...
Begitulah ...
Sekarang saya mau lanjut baca saja, gak bisa tanpa tasma. Nikmati saja lagi
happy reading
kacamata saya cuma satu,ya yg saya pakai hehhe,,,
BalasHapusNembe terang, kacamata teh Tasma nyak *Nasib orang sunda jadi2an .. hihihi
BalasHapusgambar kaca matanya bagus bulet. tulisan ibu juga sama bagusnya malah lebih bagus.
BalasHapuslihat kacamata bulet jadi inget kacamataku dulu.. hahaha.. salam kenal mbak
BalasHapusAku pake kacatama plus dan minus Teh... trus masih ditambah dg silinder juga... Lengkap sudah :(
BalasHapusTanpa kacamata ...
BalasHapussaya juga tidak bisa membaca ... plus 2 jeh ...
usia tak bisa dibohongi ...
Salam saya Mbak Annie
(24/2 : 15)