Minggu, 06 April 2014

TB? Dengan Mengenalnya, Kita Paham Penanganannya

Salah diagnosa?
Oh, No!

Saya tak hendak menyalahkan siapapun mengenai hal ini, sebab semua peristiwa ada hikmahnya. Ada yang disiapkan Allah untuk ditemukan, gerangan apa maksud sesuatu bisa terjadi.  Seburuk dan sebaik apapun yang kita alami dulu, buahnya akan kita petik hari ini. Pun yang kita jalani hari ini, akan kita dapatkan hasilnya di waktu yang akan datang, entah esok, minggu depan, bulan depan atau bertahun-tahun lagi, kita tak tahu.

Ini berkaitan dengan riwayat kesehatan saya ...
Sekitar 13 tahun yang lalu, saya divonis dokter menderita TBC, sekarang lebih populer dengan sebutan TB saja.

TB? Ya Allah, saya langsung lemas. TB adalah penyakit menular. Hati dan pikiran saya dipenuhi gambar putera saya, Kakang Hanif, yang masih berusia 5 tahun. Apa yang harus saya lakukan agar tidak menulari anak semata wayang yang masih suka bergelut manja dan tidur bersama itu? Bagaimana saya harus menjaga diri, agar tidak tergoda makan sepiring berdua, sesuap bersama, bahkan menciumi pipi dan kepalanya? Bahkan hanya sekedar berbicara dengan penderita saja, seseorang bisa terpapar kuman TB atau bacilli.

Suara dokter yang bicara panjang lebar sambil menuliskan resep seperti datang dari layar film. Kupelototi seakan itu bukan ditujukan pada saya. Hingga saya kembali ke rumah, saya masih tak percaya bila kuman itu telah memasuki tubuh saya.

Badan saya memang kecil, kurus kata orang. Sedari kecil, teman-teman menjuluki saya si mungil saking gak pernah gede. (Hingga ketika acara reunian marak dari setiap jenjang pendidikan, teman-teman SD, SMP, SMA hingga kuliah, mengatakan bahwa saya tak berubah, mungil teruuss ... ).
Saat itu saya berfikir : apakah karena saya mengidap TB? Sejak kapan kuman  itu bersarang di tubuh? Saya merasa selalu menjaga kesehatan, baik kesehatan tubuh, makanan, pakaian, rumah, halaman, dan lain-lain.

Tapi kemudian saya berhenti mempertanyakan kenapa? Saya harus move on.  Saya siapkan alat makan khusus, untuk memastikan anak dan suami tidak menggunakan alat makan yang sama. Saya mulai menjaga jarak dengan Kakang, putera saya, dan berkata jujur  bahwa ibu sedang sakit dan harus istirahat agar tidak membuat Kakang juga sakit. Sulit memang, bagi saya juga bagi Kakang, tapi itu harus dilakukan. Bersyukur, suami saya mengambil alih pengasuhan sekaligus mendampingi serta memberi kekuatan kepada saya dalam menjalani proses tersebut.

Pengobatan TB membutuhkan waktu paling sedikit 6 bulan, bisa 9 bulan atau bahkan 12 bulan atau lebih, tergantung berat ringannya kuman menyerang. Selama kurun waktu yang telah ditentukan, tak boleh ada hari yang terlewat untuk minum obat. Bila terlewat, maka pengobatan harus dimulai dari awal.

Pada kasus saya, dokter memberi obat untuk 1 minggu, dan saya harus kontrol seminggu kemudian sambil mendapat obat selanjutnya. Kontrol yang pertama, sakit saya terasa lebih parah. Perut saya mual dan kepala sangat pusing. Dokter memberi resep tambahan berupa vitamin, dan menyarankan agar saya banyak makan. Minggu kedua saya kontrol lagi. Pada saat itulah dokter mulai curiga. Pengobatan pun dihentikan. Alasannya saya tidak kuat mengonsumsi obat-obatan. Saya pulang.

Minggu ketiga saya istirahat tanpa obat. Selain makan, mamah, yang datang untuk ikut merawat saya, memberi saya juz wortel dan air  rebusan kacang hijau setiap hari. Katanya untuk mengurangi rasa mual  serta membantu pemulihan kesehatan saya semakin drop. Lalau, setiap pagi, saya minum rebusan air pandan yang telah disimpan semalaman, istilahnya di'ibun'keun, lalu diminum pagi harinya sebelum makan dan minum apapun. Singkat cerita, saya sembuh. Lalu memeriksakan diri ke dokter lain sebagai upaya komparasi. Serangkaian tes saya jalani, seperti foto rontgen, tes sputum (dahak), dan tes darah.

Diagnosa dokter ini sungguh mengejutkan : saya tidak sakit TB. Artinya? Obat-obatan yang selama ini saya konsumsi bukanlah obat yang tepat, sehingga memicu penyakit lambung. Itulah yang membuat perut saya mual dan pusing-pusing.

Alhamdulillah ..
Saya bersyukur, saya bisa kembali memeluk dan bercengkrama bebas dengan Kakang. Sungguh, saya benar-benar merasa, betapa sehat itu benar-benar sangat berharga. Selain itu saya lalu mencari tahu apakah TB itu dan mengapa saya divonis demikian oleh dokter.

Ya Allah, ternyata penyakit ini merupakan penyakit mematikan kedua terbanyak. Setiap jamnya diperkirakan 175 orang meninggal akibat TB. Penyakit TB kerap ditemui pada orang berusia produktif 16-40 tahun. Untuk menekan angka kematian dan kasus baru TB, Kemenkes menargetkan tahun 2050 Indonesia sudah bisa bebas TB.

Untuk itu berarti kita semua harus paham benar penyakit ini berikut penanganannya. Yuk, kita cari tahu dan kenal dia lebih dekat.

Cara Penularan Penyakit TB
Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.


Saat Mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk bulat. Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini akan berusaha dihambat dan menjadi masuk pada kedaan istirahat, istilahnya dormant. Nah, pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, hal ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan. lalu  membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi dahak dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TB.

Saya ingat, saat sakit itu saya memang menderita batuk. Tapi seingat saya, rangkaian tes lab seperti yang saya lakukan pada dokter kedua, tidak saya jalani semuanya (dokter hanya menyarankan saya untuk foto rontgen saja). Sekarang saya paham, untuk dinyatakan positif TB tidaklah sembarangan. Harus rela menjalani berbagai tes lab, agar hasil yang diperoleh benar-benar akurat.

Gejala
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, sebaiknya kita memang harus tahu gejala umum yang terjadi pada mereka yang diperkirakan terjangkit kuman ini, yaitu :
* Demam, biasanya gak terlalu tinggi, dan terasanya pada malam hari. Lalu muncul keringat malam
* Nafsu makan menurun, begitupun dengan berat badan
* Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (kadang-kadang disertai darah)
* Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Yang perlu kita waspadai adalah bagaimana bila hal tersebut menimpa anak kita? Menurut banyak sumber,  pasien anak tidak menimbulkan gejala, TB dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TB dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderitaTB paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan � 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. Sumber  dari sini

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TB, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
* Rontgen dada (thorax photo).
* Uji tuberkulin

Dan bila kemudian sudah dinyatakan positif terpapar, maka ikuti pengobatan sesuai anjuran dokter, seperti yang saya tulis di atas, yakni minum obat tanpa terlewat selama minimal 6 bulan. Jangan hentikan pengobatan bila belum tuntas, sebab bisa saja penderita nampak sehat setelah diobati sekian bulan, tetapi karena terhenti sebelum waktunya, maka kuman itu masih akan ada dan muncul kembali. Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, menjaga diri agar tidak menulari orang lain. Dan tetap berfikiran serta berperasaan positif. Positif thinking dan positif feeling.

Dari beberapa sumber terjawablah pertanyaan saya dulu. Penyakit TB bisa menyerang siapa saja, bukan hanya orang yang memiliki tubuh kurus saja. Meskipun memang, penderita TB biasanya mengalami penurunan berat badan, bukan berarti orang yang kurus berarti penderita TB. Penularan bisa terjadi di mana saja. Karena itulah kita harus hati-hati menjaga agar tubuh kita tetap fit, sebab daya tahan yang menurun akan memudahkan masuknya kuman TB.

Setelah mengenal TB dan gejalanya serta bagaimana cara tepat melakukan serangkaian tes lab, saya paham, bila TB menyerang kita tak perlu panik dan ngeri yang berlebihan. Jalani saja proses penyembuhannya, sebab meskipun TB itu penyakit yang bisa mematikan, namun dengan cara penanganan yang benar ia bisa disembuhkan. Dan yang lebih penting lagi adalah setelah kita mengenalnya, cara terbaik adalah mencegah hal itu terjadi pada diri dan orang-orang terdekat di sekitar kita.
 
 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberculosis

sumber bacaan :
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://health.kompas.com/read/2013/05/30/14350652/Tiap.Jam.175.Orang.Meninggal.karena.TB


6 komentar:

  1. dengan penanganan yang baik TB bisa sembuh ya

    BalasHapus
  2. Oalah jadi dokternya salah diagnosa ya Teh... Alhamdulillah...
    Tapi gegara salah diagnosa itu jadi belajar banyak tentang penyakit TB kan ya?
    Jadi bisa mencegahnya :)

    BalasHapus
  3. saya juga mungil lo mak hehe. wah untung bukan TB ya mak hhehe

    BalasHapus
  4. Syukurlah, Mak... Bukan TB... Dan saya juga kurus nih, hehe... Biar kurus tapi tetap sehat...
    Semoga tetap sehat, ya Mak... :)

    BalasHapus
  5. TB merupakan penyakit yang menakutkan ya Jeng
    Orang2 kampung selayaknya mendapat penyuluhan dari dinas kesehatan agar mereka mengerti dan dapat melakukan langkah yang tepat
    Semoga berjaya dalam GA
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...