Senin, 08 Maret 2010

Menembus Halimun

Gambar disini

Matahari belum lagi terjaga. Langit menyelimuti pagi erat-erat, seakan hendak membuat bumi hangat dalam dekapnya. Biarlah bumi lelap kembali, toh sekarang hari Minggu. Tak ada yang perlu dikejar lagi. Tak perlu gegas memburu detik.

Siapa bilang demikian? Minggu adalah juga hari yang berisi duapuluh empat jam, menampung kisah yang aneka, membebat rasa yang rupa, layaknya hari lain. Lalu mengapa harus ada pengecualian?

O, langit ...
kuterima dekapmu, tapi aku harus pergi. Menemani perempuan muda yang sepakat dengan kekasihnya untuk menghapus masa sendiri. Bukankah itu mulia. Ia, perempuan muda itu hendak menggenapkan agamanya dengan membuhul ikatan 'mitsaqan ghalida'. Dan aku harus ada bersamanya. Ia tengah menunggu di sebuah tempat, puluhan kilometer jauhnya dariku pagi ini. Maka aku harus gegas, mendahului matahari, agar ia tak lama menunggu.

Aku pergi bersama rombongan hati yang bunga. Setangkup harap menyertai kepergian rombongan ini. Perjalanan layaknya menembusi paparan halimun yang pecah diterjang laju kendaraan yang kami naiki. Benar, pagi ini halimun demikian pekat, mengapung dalam pandangan. Sementara hati ramai berbincang. Tentang perempuan muda yang akan segera disunting.

Usianya 20. Segar, cantik dan ranum. Dalam tubuhnya aku melihat cermin ibunya. Seorang perempuan perkasa, usia akhir 30-an, yang tengah menjemput rejeki di tanah Nabi. Yang karena kondisinya itu tak sempat mendampingi putri sulungnya bersanding. Dari jarak yang terbentang, aku rasakan kebahagiaan menyatu dengan nelangsa dan doa sepenuh bumi, yang dikirim sang ibu.

Sesaat lagi ijab kabul, dering telpon itu baru saja senyap. Kami terdiam dalam kepungan doa-doa yang dipimpin sang Naib dan munajat yang tak jua hilang dari relung hati ibunda. Maka sempurnalah air mata yang rinai pagi itu.

Halimun mulai memudar, ada angin yang membelai. Aku melihat sang ibu melambai, diantara kerumunan perempuan-perempuan perkasa lainnya, mengais rejeki di negeri orang, demi 'membahagiakan' anak masa depan. Ada harapan yang terbentang panjang diantara doa yang didzikirkan setiap saat, dan peluh yang dikucurkan setiap waktu. Barangkali kelak, entah kapan, saat negeri ini tak lagi keberatan menampung peluh para ibunda, ia dapat kembali merajut hari bersama putri sulungnya yang ranum dan si bungsu yang sedari pagi merengek 'rungsing' karena hatinya gundah dirindui ibu.

Aku menatap langit , awan mulai menyapu tipis. Aku tahu, langit ini pula yang tengah memeluk sang ibu disana. Biarlah ia tahu, melalui langit yang biru, bahwa putrinya tengah bahagia.

Hari Minggu ini menyimpan selaksa rasa dari seutas hidup yang dikirimkan Tuhan, lewat cerita pendek hati ibunda yang kueja diantara prosesi pernikahan.

28 komentar:

  1. Mbak..., terbayang suasana yg penuh haru dalam prosesi ijab kabulnya. Jadi ikut gerimis dalam hati ini.

    BalasHapus
  2. Kerasnya hidup membawa keluarga harus menanggung sebuah beban, terutama seorang anak.Semoga kerasnya hidup ini membuat sebuah ketegaran dan kesabaran sang ibunda dan putrinya yang sedang melangsungkan ijab kabul, amin.

    Alhamdulillah akhirnya bisa pertama juga disni, mumpung inet ga lemot ceu. Semoga sehat ya ceu?!

    BalasHapus
  3. Pengorbanan seorang ibu demi menyiapkan hari depan yg lebih baik utk buah hatinya.
    Pasti sedih sekali hatinya karna tak mampu mendampingi buah hati di hari istimewanya ya..?

    BalasHapus
  4. Semoga aku cepat menyusul. Amin.

    BalasHapus
  5. seperti yang kang ivan bilang..
    semoga aku cepat menyusul.. heheh..
    amiiin

    BalasHapus
  6. Barokallohu untuk kedua mempelai, semoga Allah menjadikan mereka keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah, amin....

    BalasHapus
  7. barokallah untuk mereka yah mbak, semoga saya segera menyusul, insya Allah... :)

    terasa kesedihannya. Saya baru ngeh, kenapa teteh sangat menyayangi saya :( syukron yah teh, atas huluran silaturahimnya.

    BalasHapus
  8. @ mbak reni : iya mbak, kami semua sedih sekaligus bahagia
    @ Ateh : amiiin ... hehe kadua teh, tos aya mbak reni ti madiun tuh.
    @ Ivan + Ritma : amiiin ...
    @ Abi Sabila : amiin... bila waktu itu telah tiba, kabari ya, Na

    BalasHapus
  9. yah setuju, semangati buat yang belum untuk segera menyusul. Lho..emang pada mau pergi kemana sih?

    owh pada pengen menikah ya, pastinya iya kan...

    BalasHapus
  10. Keharuan dan kebahagian memang selalu menyelimuti suasana ijab kobul, apalagi bila orang mempelai tidak lengkap....

    Semoga mereka berbahagia kelak...

    BalasHapus
  11. Untaian kata yang sangat indah ceu...

    BalasHapus
  12. minggu yang syahdu , diliputi halimun kebahagiaan. barakallahu buat pasangan pengantinnya

    BalasHapus
  13. Seperti biasa mbak Ani bisa menceritakan peristiwa biasa jd luar biasa...

    Mbak, blog mbak Ani msk dalam 10 template blog terfavoritku loh..

    BalasHapus
  14. -_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-
    Assalamualaikum,
    *******Salam ‘Blog’!!*******

    “GA BISA KOMEN BANYAK<<<Cuma mau bicara ini aja
    SAYAP_SAYAP TERBANG
    MENEPIS kabut tipis
    Surya melenggok semampai di ujung
    Menyeringai
    Betewe,,,,,ijab qabul memang katanya selalu diliputi suasana yang campur aduk yah??? Saya mah belum pernah ngalamin jadi masih bingung,,hehehhee
    bEtwe. mbak ani,,sudah jarang main ke gubuk jelek saya nih,,,hiksss...yuk main..

    -_-_-_-_-_-_-Cosmorary-_-_-_-_-_-_-

    BalasHapus
  15. Semoga saya bisa menyusul...
    Amiin...

    BalasHapus
  16. @ Fanda : oya? aduh jadi tersanjung nih, segera meluncur ke TKP

    @ Aviorclef : susah masuk kesana, Mas. Kenapa ya? beberapa kali teksnya gak nampak, ketutup oleh background template.

    @ fa_cong+rosi+joddie: amiiin

    BalasHapus
  17. semoga selalu bahagia
    dan mendo'akan beliau selalu

    nb ;
    maaf mba
    tadi kupikir "menembus tapal batas"
    sebagai jargon Blogger Bekasi

    BalasHapus
  18. semoga jadi keluarga yang sakinah yaahh... :)

    BalasHapus
  19. salam bu sedih juga ya nikah tanpa ibu kalau aku dulu tanpa ayah (berpulang)

    BalasHapus
  20. saya suka cara mbak bercerita.
    ohya, blognya saya follow ya :)

    BalasHapus
  21. ikut berbahagia sist.Moga langgeng sampai akhir hayat ya.

    BalasHapus
  22. indahnya... semoga keindahannya terus terjaga sampai akhir hayat.

    BalasHapus
  23. :D
    SENYUM AJAH BUAT TULISAN INI..HEHEH

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...