Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang)
kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya
dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.
Dan
Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia
memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu)
dari Al-Qur'an.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu
orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi berperang
di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan
dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik.
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya
di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
Dan mohonlah
ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
(QS. Al-Muzzamil 20)
Saya selalu punya cara sendiri untuk 'berdialog' denganNya. Selain menegakkan sholat, menaikkan ruh menujuNya, melalui tadarus pun sejatinya kita tengah melakukan sebuah komunikasi.
Usai sholat maghrib dan dzikir, Allah menuntun saya untuk 'ngahanca', yakni melanjutkan jeda tadarus malam sebelumnya. Membaca ayat demi ayat, menelusuri lekuk liku perjalanan. Mengikuti Sang Penggerak, ke arah mana akan diajak, ke arah mana akan dituntun. Sejatinya, setiap bacaan adalah tanda dan Hudal lin Naas (petunjuk bagi manusia). Jadi pasti petunjuk itu akan senantiasa datang, diminta ataupun tidak, selama kita menujuNya, selama kita menelususri perjalanan sesuai titahNya. Sekali lagi, petunjuk akan senatiasa datang. Namun seringkali kita yang tak paham bahwa petunjuk (tanda) itu ada.
Untuk memahami tanda itu ada, tadarus secara istiqomah adalah salah satu caranya. Cara memahami bahwa Allah telah mengirimkan kita 'signal'. Malam itu, signal datang.
Ketika tengah tadarus, tetiba saja di ayat ke 20 Surat Al-Muzzamil, bacaan saya tersendat. Bacaan saya yang biasanya lancar, mendadak terbata-bata, tanpa saya tahu penyebabnya. Berkali-kali saya ulang, hingga saya seolah diingatkan agar nanti usai juz tersebut saya selesaikan (saya terbiasa mengaji 1 juz sekali duduk), saya harus segera membuka tafsir ayatnya.
Itu sebuah pertanda : Allah tengah memberi tahu saya sesuatu. Dan saya harus tahu apa itu?
Subhanallah ...!
Usai juz 29 ditunaikan. Saya bersegera menutup mushaf dan menggantinya dengan membuka Tafsir Rahmat. Saat saya baca terjemahnya, Ya Allaaaah .... tak kuasa saya menahan derasnya cucuran air mata.
Engkau sungguh dengan telak telah menyentil hamba. Benar, Engkau sungguh Mahatahu bahwa selama ini hamba sangat kurang dalam mendirikan sholat malam. Tahajud hamba bolong-bolong.
Astaghfirullahal'adzim ...
Masih tersungkur saya, ketika adzan Isya berkumandang. Allah masih demikian mencintai dan akan begitu seterusnya, bukan?
Hayya 'ala sholah ... Hayya 'ala falah ...
Ya Allah, bimbing hamba senantiasa, jaga sholat dan bacaan hamba
Aamiin ...
Aamiin. Membaca ayat demi ayat Firman Allah SWT memang sungguh menyentuh hati
BalasHapusSubhanallah ...
Hapussaya jadi tringatkan untuk juga lebih sering berdialog dengaNya. Makasih mbak postingnya :)
BalasHapusterimakasih kembali, semoga sama-sama mendapat kebaikan, ya, dik
HapusItulah nikmatnya membaca Al Quran, seringkali Allah menyampaikan sentilannya dengan sangat lembut tanpa Kita sadari..
BalasHapusBenar ...
Hapusyang harus kita siapkan adalah hati, agar selalu sadar ketika tanda itu datang.
Nuhun, mbak enny
Semakin kita memahaminya, semakin kita menyadari kemurahan dan kebesaran Allah ya Teh.
BalasHapusBetul, mbak reni
HapusSubhanallah
Adem banget baca postingannya, bener banget. mari bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.
BalasHapus