Malam adalah saat istirah. Begitu Allah telah menyediakan waktu bagi manusia. Sedang
siang adalah sebagai tempat bertebaran dalam segala urusan dunia. Lalu setiap manusia memiliki caranya masing-masing untuk berurusan menjalani siang serta cara lain untuk menghabiskan malam.
Di sepanjang waktu yang sama, yakni 24 jam sehari semalam, Allah sediakan pula waktu untuk berdialog denganNya. Privat. Lima waktu.
Di sepanjang waktu yang sama, 24 jam sehari semalam, telah berapa banyak hal yang dapat kita kerjakan? Ada berapa banyak yang kita dapatkan?
Malam, adalah saat untuk berhitung. Apa yang seharian tadi kita lakukan? Apa yang seharian tadi kita dapatkan? Apa yang seharian tadi kita berikan? Kalkulasi yang terjadi tak jarang melupakan hal-hal sederhana yang bila tak kita sebut justru membuat kita, sesungguhnya, mati. Mati?
Benar, mati. Bayangkan, pernahkah kita memperhitungkan udara yang kita hirup setuap hari, oksigen yang membuat nafas kita tetap berhembus? Apa yang terjadi bila oksigen pun harus kita beli, seiring laju kenaikan gas elpiji yang melambung di tahun baru ini?
Duhai ...
Itu baru 'hanya' oksigen. Sejatinya oksigen bukan 'hanya', ia 'sesuatu'. Yang menjadi biasa karena luput kita sebut-sebut. Apatah lagi bila yang sekian banyak itu kita sebutkan satu persatu, seperti nikmat sehat, usia, rejeki, anak-anak, suami, ayah ibu, keluarga, sahabat, pekerjaan, rejeki, dan lain-lain, dan lain-lain.
Maka, perjumpaan kita dengan Allah di saat menegakkan sholat, sejatinya adalah laporan syukur kita padaNya. Laporan serta ungkapan syukur dan terimakasih itu dilakukan secara privat. Lalu Allah telah perintahkan kita untuk menyebut-nyebut nikmat itu dalam QS. Adh-Dhuha ayat 11 :
Dan terhadap ni'mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.
Karunia berupa pengetahuan kenabian, Al-Qur'an dan agama Islam hendaknya
disebarluaskan kepada yang lain.
Maka, dengan berlindung kepada Allah dari segala godaan setan yang terkutuk, semoga setiap detik pergulatan kita di dunia, Allah mampukan kita untuk menang melawan setan, yang halus menyelusup ke dalam urat nadi kita.
Aamiiin ...
Iya bener banget Teh... seringkali manusia itu jadi sombong atas semua nikmat yang telah diperolehnya.
BalasHapusTerimakasih sudah mengingatkan :)
Sama-sama, mbak reni. Ini sebetulnya (lebih khusus) sebagai pengingat bagi diri saya sendiri
Hapusteteh,...ditahun ini aku berniat ingin menggiatkan lg mengajiku. Hiksss...sungguh malu, krn anak-anak jauh lbh pintar dari bundanya ;(
BalasHapustrima kasih untuk pencerahannya hari ini teteh ^_^
Alhamdulillah ... yuk, kita sama-sama bergiat menujuNya. Semoga tahun ini semakin baik dan manfaat, aamiin
HapusBetapa nikmat dari Allah Swt. yang telah kita terima ini luar biasa tak terhitung ya, Teh, alhamdulillaah...
BalasHapusbetul, mas Akhmad. Subhanallah
HapusTerimakasih sudah mampir